13. Senyap Kejanggalan

6 5 0
                                    

Malam ini, Atlantika berkutat dengan pikiran nya sendiri. Ia masih memikirkan saat mereka berempat berlibur ke pantai tadi. Jelas jelas ia menemukan beberapa kejanggalan disana. Dan sosok berkaki tentacle itu, siapa dia?. Dia juga melihat, Samudra yang mencoba berkomunikasi dengan sosok itu melalui gerakan tangan, seperti memberikan kode yang ia sendiri tidak paham maksudnya.

Ditambah lagi di dalam kepala nya masih terngiang kata kata dari neneknya, yang menyebut dirinya sebagai bagian dari sejarah kerajaan laut. Apa iya? ah mana mungkin.

Atlantika beranjak dari ranjang nya, ia berjalan menuju meja belajarnya, lalu mengambil buku catatan dan pulpen. Ia mulai mencatat beberapa kejanggalan yang ia temui belakangan ini. Mulai dari kali pertama ia melihat Samudra yang berkomunikasi dengan sosok makhluk yang tidak ia ketahui asal usulnya, sampai kejadian tadi sore di pantai.

Semua kejanggalan itu ia rangkum dalam buku catatan miliknya. Ia juga menulis tempat kejadian nya. Itu adalah sebagai pengingat sekaligus bukti. Barangkali itu bisa berguna di masa depan.

Pertanyaan nya, bagaimana cara mendapatkan jawaban dari itu semua?. Atlantika berpikir, apakah ia harus bertanya langsung kepada Samudra? tidak tidak, ia tidak mau Samudra curiga kepadanya. Biarkan semuanya mengalir seperti air saja, dan ia akan menunggu jawaban nya datang sendiri. Tapi sampai kapan?.

Atlantika menghela napas, ia menjatuhkan tubuhnya yang lelah ke kasur nya yang tidak terlalu empuk itu. Ia mencoba untuk tidur dan melupakan semuanya.

***

Sama halnya dengan Atlantika, malam ini pun Samudra berkutat dengan pikiran nya. Saat ini, ia sedang membuat coklat panas untuk paman Gonu, bibi Serina, dan juga dirinya sendiri. Mereka bertiga akan menonton film horor tengah malam di ruang keluarga.

Selesai membuat, ia pun membawa nya ke ruang keluarga, yang dimana sudah ada paman dan bibinya disana.

"Waduh anak lanang, terima kasih yaa," ucap paman Gonu.

bibi Serina langsung mencubit pinggang suami nya ini, membuat yang dicubit mengaduh sakit. "Terima kasih. Maaf merepotkan mu, Pangeran."

"Santai saja bibi."

Mereka pun duduk bersama di ruang keluarga. Menonton film horor dengan menyeruput coklat panas buatan Samudra. Selama menonton itu, Samudra tidak fokus, pikiran nya melalang buana ke kejadian tadi sore di pantai.

Sosok tadi, adalah Pangeran Carlos. Ia merupakan Pangeran Mahkota kerajaan Kraken. Dulu, ia dan Carlos adalah sahabat dekat. Tetapi, persahabatan mereka retak karena pertempuran waktu itu. Samudra tak menyangka, jika Carlos akan menusuk nya dari belakang. Dengan kata lain, memanfaatkan persahabatan sebagai celah untuk mencari kelemahan kaum nya dan kerajaan nya.

"Samudra?"

Samudra tetap tidak bergeming.

"Samudra?"

Samudra tersadar dari lamunan nya, "E-h iya ada apa bibi?"

"Kau melamun atau kerasukan setan di film itu?"

Samudra terkekeh, "Aku hanya banyak pikiran saja."

"Kau seperti orang tua saja Pangeran, banyak pikiran."

Samudra mendengus, "Coba bercermin, siapa yang tua disini paman?"

Paman Gonu terkekeh. Sejak usia mereka yang berhenti di alam ini, Paman Gonu merasa seperti muda terus. Lihatlah wajah nya, masih sama seperti dahulu padahal sudah 11 abad yang lalu, begitu pula bibi Serina dan Samudra.

"Apa yang membuatmu melamun Yang Mulia?"

"Paman tahu Pangeran Carlos kan?"

"Pangeran Carlos? paman tidak tahu, Pangeran. Paman hanya tahu Carlos yang berjualan bakso disini."

SAMUDRA ATLANTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang