11. Teka Teki Pantai

7 5 0
                                    

"Halo?"

"Suara lo kok ganteng sih kalo malem malem?"

"Emang kalo pas siang engga?"

"Enggak."

Samudra terkekeh.

"Ada apa malem malem gini nelpon?"

"Besok sore gue sama Fadil mau ke pantai, lo mau ikut kaga?"

Haidar berpikir sejenak. Ia dilarang oleh paman dan bibinya nya untuk pergi ke pantai karena demi keselamatan nya. Tapi sesekali tidak apa apa kan ya?. Lagipula, kaum Kraken sudah mengetahui keberadaan nya. Jadi, untuk apa sembunyi sembunyi lagi?

"Woi? gue kaga ditinggal tidur kan ini? mau ikut kaga?"

"Ikut."

***

"Hah indah bangett."

Atlantika berseru senang kala kakinya menginjak pasir lembut pantai. Ditambah suasana sore yang sejuk. Angin sepoi sepoi meniup niup rambut hitam nya. Bisa bisa ia betah disini, tidak mau pulang.

Atlantika berlari semangat menuju ke arah laut untuk menyentuh air laut yang segar. Tetapi tangan nya dicekal terlebih dahulu oleh Fadil. "Jangan buru buru, kita makan dulu njirr, laper banget gue belum makan siang tadi."

"Nanti aja sih pas pulang nya? nanti kita mampir ke resto buat makan malam."

"Enggak. Biar pulang nya gausah makan lagi, jadi langsung pulang."

Atlantika mendecak. Ia mengikuti Fadil dari belakang sambil menggerutu kesal. Samudra yang melihat itu tersenyum, ia menahan agar tidak mencubit pipi gadis di samping nya yang menggembung lucu karena mengomel.

Mereka bertiga pun duduk di bangku dekat pantai untuk makan bersama. Sebelumnya, Samudra udah memesan makanan nya tadi, jadi tinggal menunggu pesanan mereka sampai.

"Maaf yaa telat, beli bensin dulu tadi."

Samudra menoleh. Loh? inikan pemuda yang waktu itu menjemput Atlantika menggunakan mobil? Ia juga sempat melihat mereka berdua makan bersama di restaurant miliknya. Apa benar dia pacarnya Atlantika? jika dilihat lihat lebih tampan dirinya dibanding pemuda itu.

"Kenalin, ini adek gue. Samuel namanya. Kalo Fadil mah udah akrab."

Hah adek? jadi dia itu adik laki laki Atlantika? astaga ternyata selama ini dugaan nya salah. Lagipula lihatlah, wajahnya nya tidak mirip sama sekali dengan Atlantika, jadi bukan salahnya berprasangka yang tidak tidak.

Samuel mengulurkan tangan nya, "Samuel. Panggil aja bang Muel atau kakak juga boleh."

Samudra membulatkan mata tak terima, "Enak aja! tuaan gue ya cil."

"Emang lo umur berapa?"

"11 abad. Lo kudu sungkem sama sepuh ini."

Mereka yang mendengar itu tentu saja terkejut. Lalu tertawa bersama karena menganggap itu adalah candaan yang dibuat Samudra. Sedangkan Fadil, ia hanya tersenyum penuh arti kepada Atlantika.

"M-maksud gue, 11 tahun lebih tua dari lo."

"Iya deh, gue bercanda bang."

Tiba tiba, pesanan mereka pun sampai. Pelayan wanita menghidangkan berbagai makanan yang sudah dipesan di meja.

"Yang gerak bayar."

Sontak mereka semua menghentikan aktivitas nya dan menjadi patung. Tak terkecuali pelayan wanita itu. Saat yang lain diam mematung karena tidak mau bayar, hanya ada satu orang yang malah asyik memakan makanan nya. Samudra.

"Udah gue bayar njirr makanan nya."

Mereka pun langsung menyudahi aksi menjadi patung dalam beberapa detik. Sang pelayan wanita itu hanya tersenyum, sialan, bisa bisa nya ia ditipu bocah bocah berbau duit ini. Samuel terkekeh, sedangkan Atlantika dan Fadil menatap dirinya tajam.

"Kenapa lo ga bilang dari tadi sih? "

Samudra memandang mereka bingung. Ini kenapa lagi bocah. Padahal ia sudah bilang sebelum nya, ia sudah membayar semua makanan nya tadi saat memesan, jadi mereka hanya tinggal makan dengan tenang. Tapi tidak ada yang mendengar yasudah.

Mereka pun akhirnya makan dengan khidmat. Apalagi pemuda yang bernama Fadil, anak itu makan lahap sekali seperti tidak makan 3 hari. Samudra tersenyum melihat adiknya itu. Ralat, reinkarnasi dari adiknya.

Ditengah kegiatan makan mereka, tiba tiba ada seorang anak kecil berumur sekitar 9 tahun, datang menghampiri mereka untuk menawarkan jualan nya.

"Permisi kak, aku jualan gelembung sabun nih, siapa tahu kakak tertarik. Ini aku buat sendiri loh kak. Cuma 2ribu aja."

Mereka pun tertarik untuk melihat lihat gelembung sabun jualan anak itu. Atlantika kaget kala mendengar harga yang dipasang untuk 1 wadah gelembung sabun. Harganya murah sekali? biasanya untuk wadah yang cukup besar seperti ini, seseorang akan memasang harga 5ribu sampai 10ribu rupiah.

"Waah ini kamu buat sendiri? keren bangett," kagum Atlantika

"Iyaa terima kasih kak."

"Nama kamu siapa? imut banget, ayo ikut om," ucap Samudra

Plakk

Fadil yang mendengar teman nya berkata seperti itupun langsung menggeplak belakang kepala nya. "Gausah nakutin bocah satt."

Samudra mengaduh, "Yakan gue cuma mau tau namanya."

"Namaku Uttara Jazz Arjun Nagashwara Grafel."

"Widih keren amat. Panggilan nya?"

"Ujang."

"HAHAHAHAHAHHAHA.*

Tawa Samudra, Fadil, dan Samuel meledak. Mereka tidak ekspek akan seperti itu. Nama panjang nya sangat keren, namun saat anak itu menyebutkan nama panggilan, tawa ketiga cowok itu tidak bisa ditahan.

Sedangkan Atlantika, menggelengkan kepala lelah melihat kelakuan mereka. Tetapi benar, jika melihat huruf awal setiap kata pada nama anak ini, akan terbaca 'ujang'.

"Eh ayo beli ini. Nanti kita main gelembung sabun sambil main air laut, pasti seru banget," ajak Atlantika.

Samudra mengangguk, lalu ia mengeluarkan uang satu lembar 20 ribu. "Abang beli 5 yaa dek, kembalian nya buat kamu aja yaa."

Anak itu pun berbinar dan berseru senang. Lalu ia membungkukkan badan nya, "Terima kasih Yang Mulia."

Mereka yang disana pun terkejut. Terutama Samudra. Siapa sebenarnya anak ini?





Tbc

SAMUDRA ATLANTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang