5. Tragedi Perpustakaan Kota

7 5 0
                                    

Fadil menyahut, "Kalian saling kenal?"

"Iyaa."

"Enggak."

Jawab Samudra dan Atlantika bersamaan.

Atlantika mencebik, lalu melenggang pergi menuju toilet wanita yang jaraknya tak jauh dari sana.

Samudra menggelengkan kepala. Menurutnya, Atlantika itu menyebalkan tapi menggemaskan. Lalu Samudra menoleh, mendapati Fadil yang menatap kearahnya dengan wajah plonga plongo.

"Ngapain lo masih disini?"

Fadil menggaruk tengkuk, "Anu, itu, mau minta tolong. Nanti sore temenin gue mau ga bang?, ke perpustakaan kota. Mau nyari buku."

***

Sore harinya, disinilah mereka. Perpustakaan kota yang luasnya hampir sama dengan rumah Atlantika. Dengan kata lain, besar sekali. Samudra kagum dengan interior dan tata letak perpustakaan ini yang menurutnya rapi dan menarik.

"Loh?"

Samudra menoleh, ia mendapati Atlantika yang sedang menatapnya bengong, dengan banyak buku ditangan nya. Kenapa lagi cewek satu ini. Tak menunggu lama, Samudra mengambil beberapa buku di tangan Atlantika, agar gadis itu tidak keberatan membawa banyak buku. "Gue tau gue ganteng, tapi jangan diliatin sampe melongo gitu juga kali."

Atlantika mendengus, "Cih kepedean. Gue bingung aja, kenapa idup gue selalu ketemu lo mulu. Ga asik."

"Mungkin kita takdir?" ucap Samudra dengan menaik turunkan alisnya menggoda Atlantika.

Atlantika bergidik geli, "Ogah."

Fadil yang melihat itu hanya terkekeh. Bau bau ada yang jatuh cinta nih.

Fadil mengajak nya untuk mencari buku di lorong rak Bahasa". Mau tak mau Samudra mengikuti pemuda itu, dengan Atlantika mengekor di belakang nya. Gadis itu tiba tiba meminta untuk ikut. Mereka tak keberatan, toh Atlantika juga bisa membantu Fadil mencari buku yang bagus dan cocok.

Namun mata Samudra tidak sengaja menangkap sosok bertudung hitam yang baru saja masuk kedalam lorong rak "Fiksi". Merasa tidak familiar, akhirnya Samudra mengikuti sosok itu.

Namun saat ia mengejar atau mengikuti sosok itu sampai akhir lorong, tepat nya di pojok tembok, ia tidak menemukan sosok bertudung hitam itu.

"Kau mengikuti saya? Yang Mulia Pangeran Samudra."

Samudra tertegun. Ia lantas berbalik badan dan tampaklah sosok bertudung hitam itu yang ternyata merupakan Panglima perang kaum Kraken.

"Kau! kenapa kau ada di duniaku?"

Panglima Kraken itu mengernyit, lalu terkekeh, "Duniamu? bukan kah dunia mu di laut sudah hancur Yang Mulia?"

Samudra mengepalkan tangan nya kuat, tanda ia emosi. "Katakan padaku Panglima, apa tujuan mu datang ke dunia ini."

"Ohh sangat simple. Saya hanya ditugaskan Yang Mulia Raja Kraken untuk mencari mu Pangeran. Dan menangkap mu tentu saja hahaha."

Samudra terkekeh, "Cih, coba saja kalau bisa menangkapku, dasar kaum tidak tahu diri."

Merasa dihina, sosok itu pun marah. Tanpa aba aba ia langsung saja menyerang Samudra dengan tentacle nya. Namun dengan gesit, Samudra bisa menghindari serangan itu.

Samudra terkekeh, "Hanya itu?"

Samudra langsung menyerang sosok di depan nya ini. Dan terjadilah pertarungan kecil di lorong rak perpustaakan, tepatnya di pojok yang jarang dikunjungi orang. Untung saja, tidak ada CCTV disini.

"Kau hebat juga Pangeran. Apakah kau selalu berlatih selama ini?"

"Tentu saja."

"Bagus. Saya tak sabar menunggu pertarungan antara Yang Mulia Raja Kraken dengan mu Pangeran. Saya tunggu kekalahan mu."

"Cih. Kau percaya diri sekali Panglima."

"Oiya, satu lagi Pangeran. Besok, tolong temui saya tepat disini. Saya tunggu."

"Lusa saja. Besok saya sibuk."

"Baiklah. Lusa, saya tunggu disini. Jangan ingkar janji, Pangeran."

Lalu sosok panglima kraken itupun berjalan dan menembus dinding perpustakaan kota. Meninggalkan Samudra sendirian mematung.

***

"Bang Samudra?"

Samudra terkaget, ia langsung membalik kan badan dan menemukan Fadil serta Atlantika sedang berdiri disana.

"Sejak kapan kalian ada di sana?"

"Baru tadi. Lo dicariin kemana mana taunya nyasar kesini ya bang. Bikin gue puyeng aja."

"Kalian.....ga liat kan?" tanya Samudra cemas. Bagaimana jika mereka berdua melihat pertarungan nya dengan sosok tadi? bagaimana jika mereka mendengar penuturan sosok tadi?

"Hah liat apa?"

Samudra bernafas lega, syukurlah kalau mereka berdua tidak melihat nya. "Ga. Ga liat apa apa hehe. Ayo, katanya lo mau nyari buku."

Lalu Samudra berjalan mendahului, dengan Fadil dan Atlantika yang mengekor di belakang nya.

Fadil dan Atlantika saling bertatap tatapan bingung, akal dan pikiran nya masih mencerna kejadian tadi. Sebenarnya, tanpa sepengetahuan Samudra, mereka berdua melihat semuanya. Dari pertarungan tadi, sampai kata kata sosok bertudung hitam yang memanggil Samudra dengan sebutan 'Yang Mulia Pangeran'. Mereka yang mendengar dan melihat itu cengo, antara percaya dan tidak percaya. Sebenarnya ada apa? dan siapa sebenarnya Samudra itu?

Sebenarnya mereka ingin menanyakan itu, namun ia takut Samudra akan menjauh dan menjaga jarak darinya. Namun kenapa Samudra tidak pernah bercerita tentang asal usul nya? mungkin saja Samudra belum sepenuhnya nya percaya padanya, mengingat mereka baru saling mengenal. Memikirkan itu semua, membuat kepala mereka menjadi pusing.

"Buku apa yang mau lo cari dil?"

"H-hah apa? gajadi deh, kita pulang aja bang. Buku yang gue cari ngga ada disini."

Samudra mengernyit, bingung melihat teman nya ini. Ia menyimpan kecurigaan yang besar kepada Fadil dan juga Atlantika, apa mungkin mereka melihat semua kejadian tadi?

"Oke deh. Nanti kalo butuh bantuan panggil gue aja."

"Iyaa."

***

Malam ini, Atlantika rebahan di kamarnya, kepalanya masih memikirkan kejadian siang tadi di perpustakaan.

"Pangeran? Laut? Kraken? maksudnya apa sih anjeer. Bikin pala puyeng aja."

Atlantika tiba tiba teringat dongeng yang dulu nenek nya sering ceritakan kepada dirinya dan juga Fadil. Ya, Fadil adalah teman masa kecilnya dulu, ia dan Fadil sering bermain bersama, sampai sekarang pun tetap sahabat seperti itu.

Suatu ketika, nenek nya bercerita, bahwa dahulu kala, ada suatu pertempuran besar di dasar laut Samudra Atlantik. Pertempuran itu menyebabkan sang Raja Penguasa laut gugur, bersama istri dan anak bungsu nya. Tetapi, anak sulung sekaligus Putra Mahkota Kerajaan, berhasil menyelamatkan diri bersama penasihat kerajaan dan tabib kerajaan. Mereka melarikan diri ke dunia manusia.

Sampai sekarang, nenek Atlantika percaya, bahwa Pangeran Mahkota itu masih hidup dan berada di kawasan sekeliling kita.

Namun dahulu, ia menganggap bahwa itu cerita dongeng pengantar tidur, dan tidak nyata. Tetapi, ia meragukan pemikiran itu sekarang.

"Apa cerita nenek gue itu bener yaa? tapi itu kedengeran ga masuk akal anjirr."

Atlantika beranjak, dan mulai berbicara sendiri, "Tapi gue baru aja liat sendiri dengan mata kepala gue hal ga masuk akal itu. Oke Atlantika tenang, lo perlahan lahan harus mempercayai hal ga masuk akal itu."




TBC







SAMUDRA ATLANTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang