Prolog

660 56 0
                                    

Amira Samastia yang berusia dua puluh delapan tahun, terbangun dengan kepala yang masih berat, merasa seolah-olah telah tidur selama berabad-abad. Namun, ketika ia membuka mata, pemandangan yang dilihatnya membuatnya tercekat. Bukan kamar kecilnya yang sederhana, melainkan sebuah kamar luas dengan dekorasi mewah yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Dinding berwarna krem, gorden tebal yang menjuntai, dan perabotan kayu jati yang terlihat antik namun terawat dengan baik.

Dengan langkah ragu, Amira bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju cermin besar yang tergantung di salah satu dinding. Refleksi yang dilihatnya membuatnya terperangah. Bukan dirinya yang biasa, melainkan seorang perempuan cantik dengan tubuh ramping dan wajah yang tampak anggun. Mata besar, hidung mancung, dan bibir tipis yang merah alami, semuanya terasa asing. Seolah sebuah narasi panjang tentang dirinya sedang diputar di kepalanya, memperjelas bentuk tubuh dan wajah barunya.

Ia mengamati sosok itu dengan saksama, setiap lekuk dan detailnya. Tubuhnya terasa ringan, dan pikirannya dipenuhi pertanyaan. "Siapa aku?" gumamnya pelan, suaranya terdengar asing di telinganya sendiri. "Di mana aku? Mengapa aku di sini?" narasi itu tidak menjawab pertanyaan utamanya: siapa dirinya sekarang? Di mana ia berada? Dan mengapa ia berpindah raga?

Sebelum ia sempat merenungkan lebih jauh, pintu kamar terbuka dengan lembut. Seorang pelayan masuk, wajahnya penuh kekhawatiran. "Nona Xavira, Anda sudah bangun," katanya dengan nada lega.

"Xavira?" Amira mengerutkan kening, mencoba memahami situasi. Pelayan itu kemudian menjelaskan dengan sabar, siapa dirinya sekarang, apa yang telah terjadi, di mana ia berada, dan berapa lama ia tidak sadarkan diri. Setiap kalimatnya membuat Amira semakin terdiam dalam keterkejutan.

Perlahan, potongan-potongan informasi itu menyatu dalam pikirannya. Amira menyadari bahwa dirinya telah terlempar ke dunia sebuah novel yang pernah ia baca sekali. Dunia di mana tokoh yang ia rasuki, Xavira Rosmannace, tidak pernah tampil dalam cerita utama. Sejenak, perasaan tenang menyelimuti dirinya. Jika Xavira adalah tokoh yang nyaris tidak pernah muncul, maka hidupnya mungkin akan aman, jauh dari intrik dan konflik yang melibatkan tokoh utama dan antagonis.

Namun, rasa tenang itu tidak bertahan lama. Dalam beberapa hari, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Amira, dalam tubuh Xavira, tanpa sengaja menolong salah satu tokoh utama. Tindakan itu memicu rangkaian peristiwa yang tidak dapat ia kendalikan. Kini, semua tokoh utama mulai memperhatikannya, mengejar dan melibatkan dirinya dalam konflik yang seharusnya bukan miliknya.

Sejak saat itu, hidupnya berubah drastis. Tokoh-tokoh utama mulai mengejarnya, dan ia terjebak dalam permainan kekuasaan yang rumit. Amira menyadari bahwa hidup tenang yang ia impikan tidak akan pernah terwujud. Dunia novel ini penuh dengan intrik dan bahaya, dan ia harus berjuang untuk bertahan hidup di dalamnya.

***

The Hell TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang