🔥01🔥

498 52 4
                                    

Xavira, yang merupakan Amira di dunia asalnya, sekarang berusia dua puluh delapan tahun. Ia merasa menyesal harus memasuki dunia lain dengan usianya yang baru menginjak dua puluh tahun, delapan tahun lebih muda dari usianya di dunia asal. Keinginan untuk berteriak sekuat tenaga memenuhi pikirannya karena ia harus mengulang masa kuliah.

"Gue benci belajar!" seru Xavira sambil melempar buku kuliahnya ke dinding.

Di dunia asalnya, Amira benar-benar membenci belajar. Ia hanya akan belajar sehari sebelum ujian dimulai. Yang paling mengherankan, semua nilai mata kuliahnya selalu mendapatkan nilai A. Amira termasuk dalam jejeran orang jenius di dunia asalnya. Akan tetapi, sayangnya, kini ia harus berpindah jiwa ke dunia lain.

Berbeda dengan dunia asalnya, di dunia ini Xavira hanya mendapatkan nilai standar. Hal ini disebabkan oleh jurusan yang berbeda dari yang ia ambil di dunia asal.

Xavira memilih duduk di dekat jendela, menatap pemandangan indah yang sedikit mirip dengan dunia asalnya. Sama-sama di bumi, hanya saja nama kota-kotanya berbeda, bahasanya lain, dan perilaku masyarakatnya lebih bebas.

Xavira mengetahui bahwa saat ini ia tinggal di kota Toronto, sebuah kota yang berbeda dengan dunia asalnya. Toronto adalah ibu kota Amerika Serikat di dunia ini, dengan wilayah yang luas dan sangat modern. Terima kasih kepada penulis novel yang telah menciptakan dunia yang luar biasa aneh seperti sekarang ini. Xavira sangat berterima kasih, meski ia tidak tahu bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

"Nona, waktunya Anda jalan sore untuk menjaga kesehatan mental Anda yang sudah terpuruk karena nilai ujian kuliah," ujar seorang pelayan pria dengan pakaian ala zaman Victoria.

Sindiran itu cukup menyentil otaknya. Meski sering berteriak membenci belajar, nilai-nilai ujiannya sudah cukup meningkat. Xavira menoleh ke arah sang pelayan sambil mendengus kasar.

"Ya, ya, aku tahu!" jawab Xavira yang sering kali merinding harus berbicara dengan bahasa asli dunia ini.

Xavira mengambil pakaian olahraga miliknya dan segera pergi dari mansion, berlari sore demi kesehatannya. Adrean Zealoch, pelayan pribadi Xavira yang berusia tiga puluh tiga tahun, selalu memantau kesehatannya sejak ia terbangun dari koma yang cukup lama.

"Nona Xavira, apa Anda berolahraga sore lagi hari ini?" sapa seorang kakek yang tinggal tak jauh dari mansion.

"Ah, Kakek Stephan, mau ikut olahraga bersamaku?" ajak Xavira dengan senyuman lembut.

Sejak terbangun dari koma, Xavira yang dulu pemalu dan jarang berinteraksi dengan orang lain, sekarang menjadi lebih sering bersosialisasi. Amira dalam tubuh Xavira membuat orang di sekitarnya merasa nyaman.

"Tidak, tidak, aku harus menyiram tanaman istriku. Kau mampirlah sesekali dan makan malam bersama kami," jawab kakek itu sambil tersenyum lebar.

"Baiklah, kapan-kapan aku akan mampir. Aku tidak suka memasak, jadi berikan aku makanan enak, Kakek," jawab Xavira sambil tersenyum lebar.

Kakek Stephan tertawa menanggapi perkataan Xavira. Wanita itu berpamitan dan kembali berlari kecil. Kedekatannya dengan Kakek Stephan terjadi karena Xavira secara tidak sengaja menolong kakek tua itu yang hampir mati tersedak. Dengan ketidaksengajaan, Xavira yang terjatuh di tubuh sang kakek akhirnya berhasil menyelamatkan nyawanya.

Ketidaksengajaan yang membawa berkah, beberapa kali Xavira melakukan hal yang tidak disengaja namun efeknya menyelamatkan nyawa orang lain. Sungguh, Xavira tidak merencanakan hal itu. Baginya, semua itu adalah kesialan yang membuatnya malu, tetapi dapat menolong hidup seseorang.

Setelah merasa lelah dan cukup menyapa banyak orang, Xavira akhirnya memilih pulang dan makan malam sendirian. Kedua orang tuanya tengah sibuk bekerja dan sesungguhnya Xavira tidak peduli dengan mereka. Meski Adrean mengatakan kedua orang tuanya sangat menyayangi Xavira, wanita itu tetap tidak peduli.

The Hell TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang