Satu tahun telah berlalu. Seorang pria bertubuh kekar baru saja menyelesaikan sesi latihannya di gym. Tubuhnya yang berkulit sawo matang kini terlihat jauh lebih gagah dibandingkan setahun yang lalu. Kedua kakinya sudah pulih sepenuhnya, membuatnya tampak lebih perkasa dan atletis.
Wajah pria itu memiliki ciri khas seperti orang Mesir pada umumnya—tampan dengan alis lebat, hidung mancung, dan rahang tegas yang memberikan kesan kuat dan mempesona. Rambut tipis menghiasi rahangnya yang semakin membuatnya terlihat begitu macho. Tidak lupa dengan tato yang terlukis indah di dada sampai kedua lengannya dan juga anting hitam di telinga kirinya.
"Ada berita terbaru?" tanya pria itu kepada seorang asisten yang setia mendampinginya.
Sambil berjalan keluar dari area gym, pria tersebut memegang sebotol air mineral di tangan kirinya. Asisten yang berjas hitam di sebelahnya membuka iPad dan mulai melaporkan perkembangan pekerjaan yang telah selesai dalam enam bulan terakhir.
"Bagaimana dengan wanitaku?" tanya pria itu lagi, nada suaranya berubah menjadi lebih serius.
"Nona Xavira masih hidup dengan drama yang diciptakan oleh dua orang yang selalu mengganggunya. Tiga pria itu terus berada di sisinya dan menjaga Nona dengan baik. Untuk urusan dunia bawah, pekerjaan Nona masih berjalan lancar tanpa hambatan. Akan tetapi, belum ada produk baru yang dikeluarkan oleh Nona Xavira," jawab sang asisten dengan sedikit khawatir tentang reaksi tuannya.
"Hmm, apakah wanitaku sudah tidur bersama ketiga pria itu?" tanya pria itu lagi, nada suaranya penuh curiga.
Sang asisten terkesiap, tidak tahu harus mengatakan apa. Masalah ranjang bukanlah hal yang ia perhatikan, tetapi menurut informasi dari mata-mata di mansion Xavira, terdengar beberapa kali suara desahan sang Nona dengan seorang pria.
"Saya tidak yakin untuk ketiga pria itu, tetapi saya yakin Nona Xavira sudah melakukannya, karena beberapa kali pelayan mendengar suara desahan bersama seorang pria yang sering datang ke mansionnya," terang sang asisten dengan hati-hati.
"Ah, ternyata cukup nakal juga wanitaku. Haruskah aku menghukumnya?" ujar pria tampan itu dengan seringai yang menyeramkan.
Sang asisten berusaha menelan ludahnya, mendengar kata "hukuman" membuatnya merinding ketakutan. Entah hukuman apa yang akan diberikan majikannya, karena selama ini pria itu menghukum seseorang dengan mematahkan tangan atau kaki untuk kesalahan kecil. Untuk kesalahan yang lebih serius, tangan atau kaki mereka akan dipotong.
"Sebaiknya Anda bertemu Nona terlebih dahulu," sarannya sambil berdoa dalam hati untuk keselamatan Xavira.
"Ya, sebaiknya aku mendatanginya sekarang juga. Aku sudah tidak tahan untuk menghirup aroma tubuhnya," jawab pria itu dengan nada yang penuh gairah dan segera bergegas pergi.
***
Xavira sedang berada di kantin kampus, menikmati makan siangnya dengan santai. Ia mengabaikan tatapan sinis beberapa mahasiswi yang memandangnya dengan tidak suka. Di hadapannya, Blake duduk ditemani oleh Neia yang selalu mengikutinya, sementara Helena sudah Xavira singkirkan agar tidak mendekatinya di area kampus.
Namun, tindakan Xavira tersebut membuat Helena menyebarkan gosip buruk tentang dirinya. Meskipun begitu, Xavira tidak peduli dengan tanggapan dan tatapan orang lain. Ia lebih fokus pada nilai-nilai akademiknya yang semakin membaik.
Selain memikirkan kuliahnya, Xavira juga memikirkan pekerjaan sampingannya. Ia tidak sejenius Xavira yang asli dalam hal dunia bawah, dan narkoba-narkoba jenis terbaru belum keluar sama sekali dari laboratoriumnya. Memikirkan hal itu sudah cukup membuat kepalanya sakit, ia tidak ingin berurusan dengan barang haram tersebut. Amira sendiri tidak habis pikir bagaimana Xavira bisa mendirikan organisasi haram itu. Bagaimana mungkin gadis tertutup, polos, dan tidak bisa bergaul itu menjadi seorang bos?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hell Transmigration
RomanceAmira Samastia yang terbangun sudah pindah dunia. Saat melihat cermin di kamar luas miliknya, ia melihat sosok yang bukan merupakan dirinya. Sosok perempuan cantik dengan tubuh kutilang, terpampang jelas di hadapannya. Seakan sebuah narasi yang panj...