🔥03🔥

177 27 0
                                    

Xavira menghela napas lega begitu Zhaire pergi. Ia tahu ini bukan akhir dari masalahnya. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam mansion dan mencari Adrean.

"Adrean, aku perlu bicara," kata Xavira saat menemukan pelayan setianya itu di dapur.

"Ada apa, Nona?" tanya Adrean dengan wajah khawatir.

"Zhaire datang lagi. Aku harus menemukan cara untuk menjauh darinya. Apa ada tempat yang aman di mana aku bisa bersembunyi?" tanya Xavira dengan suara bergetar.

Adrean tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Ada sebuah vila milik keluarga di luar kota. Tempatnya terpencil dan jarang dikunjungi orang. Mungkin di sana Anda bisa merasa aman."

Xavira mengangguk. "Baik, siapkan semuanya. Kita akan pergi secepatnya."

Adrean segera bergerak untuk menyiapkan perjalanan mereka. Sementara itu, Xavira pergi ke kamarnya dan mulai mengemasi barang-barangnya. Ia tahu ini adalah langkah terbaik untuk saat ini. Jauh dari Zhaire, ia bisa mulai merencanakan langkah berikutnya.

Malam itu, Xavira dan Adrean meninggalkan mansion dengan mobil pribadi keluarga. Mereka menuju ke vila terpencil yang disebutkan Adrean. Perjalanan berlangsung dalam diam, dengan hanya suara mesin mobil yang menemani. Xavira merasa sedikit lega, tetapi kekhawatiran masih menghantui pikirannya.

Setibanya di vila, Xavira merasa kagum dengan keindahan tempat itu. Vila tersebut terletak di tengah hutan, dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi dan alam yang asri. Udara segar dan tenang membuat Xavira merasa sedikit lebih tenang.

"Ini tempat yang indah," kata Xavira sambil menatap sekeliling.

"Ya, ini salah satu properti keluarga yang jarang digunakan. Saya harap Anda bisa merasa nyaman di sini," jawab Adrean.

Xavira mengangguk. "Terima kasih, Adrean. Aku sangat menghargai semua bantuanmu."

"Ini sudah menjadi tugas saya, Nona. Saya akan memastikan Anda aman," kata Adrean dengan tegas.

Malam itu, Xavira tidur dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa masalahnya belum selesai, tetapi untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, ia merasa ada harapan. Di tempat terpencil ini, mungkin ia bisa menemukan ketenangan dan merencanakan langkah selanjutnya tanpa gangguan.

Namun, Xavira juga tahu bahwa Zhaire tidak akan berhenti begitu saja. Pria itu adalah ancaman yang nyata dan berbahaya. Ia harus selalu waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. Dengan tekad yang kuat, Xavira berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan membiarkan Zhaire mengendalikan hidupnya.

Setelah Xavira terlelap, pintu kamar terbuka dan tertutup kembali. Seorang pria berdiri di ujung ranjang sambil memperhatikan Xavira yang tertidur pulas dengan gaun tidur berwarna merah menyala. Kamar itu begitu gelap karena Xavira tidak bisa tidur dengan adanya cahaya lampu penerangan. Jendela pun tertutup tirai tebal, sehingga tidak ada cahaya yang masuk.

Pria itu naik ke atas ranjang dan mengelus wajah Xavira yang begitu lembut di tangannya. Ia menciumi wajah Xavira yang tampak mulai terganggu dengan kecupan-kecupan kecil di wajahnya. Xavira membuka kedua matanya dan dapat melihat sosok pria yang ada di dekatnya.

Segera Xavira menjauh dan menatap nyalang ke arah pria itu. Seingatnya, ia sudah menghapus jejak keberadaannya, tetapi mengapa Zhaire bisa menemukannya?

Xavira menyalakan lampu kamarnya dengan sekali tepukan. Saat itulah tubuhnya menegang. Ia tidak menyangka pria yang naik ke atas ranjang dan mulai mencumbunya bukanlah Zhaire.

"Blake? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Xavira, menatap tidak percaya pada pria yang tersenyum lebar ke arahnya.

"Kau meninggalkanku, Xavira," katanya sambil beranjak berdiri tegap mendekati Xavira.

The Hell TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang