🔥05🔥

303 32 6
                                    

Harapan Xavira untuk kedamaian tampaknya jauh dari kenyataan. Hari-harinya semakin rumit dengan kehadiran tiga pria yang masing-masing memiliki cerita dan kepentingannya sendiri. Pikirannya terus-menerus dipenuhi oleh pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa hidupnya tiba-tiba berubah menjadi seperti ini.

Pagi itu, tepat pukul delapan, saat Xavira baru saja menyendok suapan pertamanya, pintu kamarnya terbuka. Empat pria tampan masuk ke dalam ruangan. Xavira menelan makanannya dengan susah payah.

Melihat Khaled masuk ke kamarnya sudah tidak asing lagi bagi Xavira. Beberapa hari terakhir, Xavira dan Khaled selalu bermain bersama. Khaled sering kali membawa banyak makanan manis, seperti anak-anak yang menyukai camilan manis.

Namun, tidak dengan ketiga pria lainnya. Blake, Nico, dan Zhaire berdiri menatap satu sama lain dengan aura membunuh. Nafsu makan Xavira tiba-tiba hilang melihat ketiga pria itu datang dengan membawa bunga dan juga buah-buahan.

"Ngapain pada kemari, sih?" gumam Xavira sambil memijat keningnya yang mulai terasa pusing.

"Apa yang dilakukan Tuan Constantia, Steward, dan Safar di sini?" tanya Zhaire dengan tatapan tajam.

"Tentu saja menjenguk penolongku," jawab Nico dengan santai sambil tersenyum ke arah Xavira.

"Penolong? Apa kalian juga ditolong Xavira?" tanya Zhaire, yang kemudian menoleh ke arah Xavira.

"Juga? Jadi kau juga ditolong Xavira?" tanya Blake yang mulai mengerti mengapa orang-orang penting berkumpul di kamar Xavira.

"Tunggu, aku tidak sengaja menolong kalian. Jadi, jangan katakan jika aku sengaja menolong kalian, seakan-akan aku menginginkan sesuatu. Dan berhentilah bersikap menyebalkan dengan mengatakan menjadi milik kalian adalah sebuah imbalan. Aku tidak membutuhkannya, jadi bisakah kalian pergi dari hidupku? Aku sudah cukup sial bertemu dengan kalian!" terang Xavira yang akhirnya mengeluarkan semua isi pikirannya selama ini.

Mereka berempat terdiam, memandang Xavira dengan tatapan yang berbeda. Khaled mendekat dan memeluk pinggang Xavira dengan wajah ketakutan.

"Oh, Khaled, aku tidak bermaksud mengatakan itu padamu," kata Xavira dengan nada lembut sambil mengelus kepala Khaled.

Ketiga pria itu menatap tak percaya dengan apa yang dilakukan Khaled. Zhaire menggelengkan kepalanya dan menatap Khaled dengan nyalang.

"Rubah tua, apa yang kau lakukan di sana!" bentak Zhaire pada Khaled.

Khaled tidak menjawab, ia justru mengeratkan pelukannya pada tubuh Xavira.

"Zhaire, jangan membentaknya. Khaled masih kecil," balas Xavira yang tidak terima Khaled dibentak oleh Zhaire.

"Anak kecil?" seru mereka bertiga serentak.

"Jika kalian ingin mengganggu Khaled, sebaiknya pergi dari ruanganku!" usir Xavira seraya mengelus kepala Khaled lembut.

Ketiga pria itu saling bertukar pandang sebelum akhirnya Nico angkat bicara. "Baiklah, Xavira. Kami tidak ingin membuatmu marah. Tapi, kami di sini karena kami peduli padamu."

"Peduli?" balas Xavira dengan nada sinis. "Kalian tidak tahu apa-apa tentangku."

Blake, yang selama ini lebih pendiam, akhirnya berbicara. "Kami mungkin tidak tahu segalanya, tapi kami ingin membantu. Aku tahu kau berada dalam bahaya, dan kami tidak bisa membiarkanmu menghadapi semua ini sendirian."

Xavira menatap Blake dengan ragu. "Bahaya apa yang kau maksud?"

"Orang-orang yang mengincarmu," jawab Blake tegas. "Ada lebih banyak yang terjadi di balik layar, dan kami di sini untuk memastikan kau aman."

The Hell TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang