🔥02🔥

371 44 3
                                    

Pagi hari yang cerah itu, Xavira kembali dari joging pagi di sekitar mansion. Ia melihat sosok yang sudah tak asing lagi. Kakek Stephan, pria tua yang tinggal di sebelah mansionnya, sedang merapikan taman kecil di depan rumahnya. Xavira tersenyum dan berjalan mendekat.

Kakek Stephan adalah seorang pria yang tampak bijaksana dengan usia yang sudah menginjak senja. Usianya sekitar tujuh puluhan, namun semangat hidupnya tetap memancar kuat. Rambutnya sudah sepenuhnya memutih, namun masih tebal dan disisir rapi ke belakang. Wajahnya dipenuhi keriput, tanda dari tahun-tahun yang telah ia lalui, namun senyumnya selalu hangat dan mengundang. Matanya berwarna biru jernih, masih penuh dengan keceriaan dan hidup, seakan tidak pernah kehilangan sinar mudanya.

Pakaian yang dikenakan Kakek Stephan mencerminkan gaya klasik yang penuh dengan keanggunan. Hari ini, ia mengenakan kemeja flanel kotak-kotak berwarna merah tua dan hitam yang tampak nyaman dan hangat. Kemeja itu dimasukkan rapi ke dalam celana khaki berwarna cokelat muda yang sudah tampak sedikit lusuh, tetapi tetap terawat. Di kakinya, ia mengenakan sepatu bot kulit cokelat yang meski sudah agak pudar warnanya, namun jelas masih kuat dan kokoh.

Di atas kemejanya, Kakek Stephan mengenakan sweater rajut berwarna abu-abu gelap yang tampak lembut dan hangat, melindunginya dari udara pagi yang dingin. Di tangan kirinya, ada sebuah jam tangan klasik dengan tali kulit cokelat, sebuah warisan dari masa mudanya. Topi fedora berwarna krem yang agak usang melengkapi penampilannya, memberi kesan bahwa ia adalah pria yang menjaga tradisi dan nilai-nilai lama.

Xavira mendekat dan melambaikan tangan. "Selamat pagi, Kakek Stephan! Apa kabar?"

Kakek Stephan menoleh dan tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi yang masih cukup terawat meski usia telah lanjut. "Selamat pagi, Nona Xavira! Kabar baik, terima kasih. Kau baru saja berolahraga?"

"Ya, hanya joging ringan untuk menjaga kesehatan," jawab Xavira sambil tersenyum.

"Bagus sekali! Olahraga memang penting, terutama untuk menjaga kesehatan jantung," kata Kakek Stephan sambil menepuk dadanya dengan lembut. "Bagaimana kuliahmu, Nona?"

Xavira menghela napas. "Masih berjuang, Kakek. Tapi aku yakin semuanya akan baik-baik saja."

Kakek Stephan tertawa kecil. "Kau pasti bisa melewatinya. Kau anak yang pintar dan kuat."

Percakapan mereka terus berlanjut dengan hangat. Xavira merasa nyaman berbicara dengan Kakek Stephan. Pria tua itu selalu punya kata-kata bijak dan penuh penghiburan. Meski hidup di dunia yang berbeda, sosok Kakek Stephan membuat Xavira merasa sedikit lebih dekat dengan rumah.

Kembali ke mansion, Xavira mengingat satu hal. Para tokoh utama ada dalam satu kampus, bagaimana jika ia pindah dan mengawali hidup dengan tenang? Lagipula ia bisa memulai dengan jurusan lain yang dapat ia kuasai seperti manajemen bisnis.

Xavira segera masuk ke dalam mansion dan bertemu dengan Adrean. Pria itu memberi salam dan memberikan handuk kepada Xavira dengan wajah tertunduk, menghindari pandangan dari tubuh majikannya yang seksi.

"Adrean, apa aku bisa pindah universitas? Aku ingin memasuki jurusan manajemen bisnis. Apa kau bisa melakukannya?" tanya Xavira sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.

Adrean sedikit terkejut dengan permintaan sang Nona. Sebelumnya, wanita itu enggan menyentuh buku pelajarannya.

"Tuan besar pasti akan senang jika Anda mau mempelajari bisnis. Saya akan segera menghubungi beliau," jawab Adrean sambil undur diri.

Xavira merasa lega mendengar jawaban itu. Ia berharap dengan pindah jurusan, hidupnya akan lebih tenang dan tidak terlalu terlibat dengan para tokoh utama dalam novel. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa keputusan ini juga berarti menghadapi tantangan baru. 

The Hell TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang