Xavira telah kembali ke mansion miliknya. Ruang kerja Rodrigo di mansion itu kini menjadi miliknya. Rodrigo dan Tiffany akhirnya memilih menetap di mansion utama bersama Helena. Xavira tidak peduli, setidaknya hak waris sudah jatuh ke tangannya.
Di ruang kerjanya, Xavira merenung, mencoba mengingat siapa sebenarnya Helena. Belum beberapa menit berlalu, ia teringat sesuatu. "Antagonis," pikirnya. Helena Rosmannace adalah antagonis dari novel yang pernah ia baca. Xavira memijat kepalanya, baru saja ia mengetahui bahwa Helena adalah anak angkat keluarga Rosmannace.
Saat Xavira terbangun dari koma, Helena sudah menjadi bagian dari keluarga Rosmannace. Helena menyukai Zhaire, Nico, Blake, dan Khaled, dan merasa iri dengan tokoh utama wanita dalam novel tersebut, Neia Alexandria. Xavira mengenal Neia, dan setelah mencoba mengingat hubungan mereka, kilatan peristiwa muncul di benaknya.
Saat Blake hampir tertembak, Neia mendorong Xavira agar terkena peluru. Blake melihat kejadian itu seolah Xavira berusaha menolongnya. Xavira menggelengkan kepalanya, tidak menyangka sifat asli tokoh utama wanita seperti itu.
"Neia selalu digambarkan baik hati, pintar berinteraksi, pintar dalam segala hal, dan sangat ramah. Tapi dalam ingatanku, dia jauh dari semua kata-kata manis itu," gumam Xavira sambil mengetuk jemarinya di atas meja.
Pintu ruangan terbuka. Xavira yang tersadar langsung melirik siapa yang datang. Zhaire masuk begitu saja dan kini berdiri di samping Xavira. Pria itu selalu datang sesuka hati, dan Xavira sengaja tidak melarangnya untuk menghindari sifat posesif Zhaire.
"Kau menghilang dari rumah sakit dan ternyata duduk manis di sini saat kami mencarimu keliling kota. Cerdas sekali," sindir Zhaire dengan nada kesal.
"Ada apa lagi kalian mencariku? Selama kalian tidak mendekat, bahaya tidak akan mendekatiku," jawab Xavira dengan tenang.
"Baby, kau belum mendengar penjelasan lainnya dari kami. Selama kau tidak dalam perlindungan kami, kau akan langsung terbunuh begitu saja," ujar Zhaire sambil menatap tajam.
Jemari Zhaire langsung menyentuh dagu Xavira, mengangkatnya agar wanita itu menatapnya. Kilatan amarah terlihat di mata Zhaire, membuat Xavira berpikir harus meredakan amarah pria tampan di hadapannya.
"Penjelasan apa yang ingin kalian sampaikan?" tanya Xavira dengan senyuman menggoda.
Zhaire menunduk dan mengecup bibir manis milik Xavira. Perlahan, kecupan itu berpindah ke pipi lalu ke daun telinga Xavira. Ia menggigit kecil daun telinga Xavira, memberi getaran aneh pada tubuhnya.
"Xavira, kau harus mengerti. Bahaya yang mengintai bukan hanya fisik, tapi juga emosional. Kami di sini untuk melindungimu, karena kami peduli padamu," bisik Zhaire dengan suara serak.
Xavira terdiam, merasakan getaran dari kata-kata Zhaire. Ia menyadari bahwa meskipun pria-pria ini memiliki kepentingan masing-masing, ada ketulusan dalam perlindungan mereka. Akan tetapi, Xavira tetap waspada, tidak ingin sepenuhnya terjebak dalam perasaan mereka tanpa mengetahui niat sebenarnya.
"Aku akan mendengarkan penjelasan kalian. Tapi ingat, jangan coba-coba memanipulasi atau mengendalikan hidupku," ujar Xavira tegas, mengakhiri momen intim itu.
Zhaire mengangguk, tersenyum samar, dan melepaskan cengkeramannya. Ia tahu bahwa Xavira adalah wanita yang kuat dan mandiri, dan itu justru membuatnya semakin tertarik dan bertekad untuk memilikinya.
Xavira telah belajar untuk menghadapi pria-pria yang memiliki obsesi dan rasa posesif yang tinggi. Melawan mereka hanya akan menciptakan drama, dan ia tahu saat ini bukanlah waktu untuk membuat drama. Ia harus berpikir secara logis, mencari keuntungan, dan menghadapi risiko dengan kepala dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hell Transmigration
RomanceAmira Samastia yang terbangun sudah pindah dunia. Saat melihat cermin di kamar luas miliknya, ia melihat sosok yang bukan merupakan dirinya. Sosok perempuan cantik dengan tubuh kutilang, terpampang jelas di hadapannya. Seakan sebuah narasi yang panj...