13

1.3K 114 100
                                    

Vante membangunkan tubuhnya dengan malas. Ia mengucek matanya dan menormalkan pandangan nya sekejap. Ia memandang ke sekeliling dan baru menyadari bahwa Rosie sudah tidak ada di sisinya. Matanya bergerak menyusuri ranjang milik Jeon yang terpisah dengan nya. Sama, Jeon pun tak ada.

Satu kesimpulan yang dapat ia tarik bahwa kedua anak manusia itu pasti sedang pergi bersama. Rasanya seperti kepulan asap naik dari atas kepalanya dan terdapat dua tanduk kecil tak kasat mata di sisi kiri dan kanan kepalanya.

Vante yang semula masih malas-malasan kini langsung saja bangkit dari tidurnya. Bergerak memakai celana panjang lalu memakai kameja nya. Ia langsung berjalan meninggalkan kamar penginapan berniat mencari Jeon dan Rosie.

Tidak, ia takkan membiarkan keduanya menghabiskan waktu yang lama untuk berduaan. Dimana pun ada Jeon dan Rosie, maka ia mutlak harus ada disana juga.

Saat keluar dari penginapan ia langsung di hentikan oleh penjaga.

"Maaf, anda mencari Tuan Jeon dan Nona Rosie?"

Vante mengangguk saja.

"Mereka pergi untuk berjalan-jalan sebentar. Tuan Jeon meminta saya memberitahukan kepada anda untuk tidak perlu merasa cemas."

Dahi Vante mengerut samar, "Berapa lama mereka pergi?"

"Sudah dua jam."

"Itu bukan waktu yang sebentar!"

Pria itu mendengus kesal dan langsung pergi menuju mobilnya, ia lalu melesat mencari Jeon yang menurutnya telah membawa kabur Rosie-nya.

Sementara itu di sisi lain Jeon tengah menikmati hidangan lobster bersama Rosie sambil meminum air kelapa. Dengan suasana yang sejuk di dalam sebuah kedai bertepatan di pinggiran pantai.

"Enak?" Tanya Jeon melihat Rosie yang nampak makan dengan lahap. Bahkan gadis itu tak berhenti menggumam.

"Sangat! Ini makanan paling enak yang pernah kumakan!" Jawab Rosie sambil fokus memakan hidangan seafood lain nya yang tersaji.

"Syukurlah jika kau suka. Kau tidak punya alergi 'kan?"

Rosie kontan menggeleng, "Tidak, paman. Aku tidak alergi apapun."

Jeon pun hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ia pun menyudahi makan nya. Pria itu sudah cukup kenyang dengan melihat Rosie-nya makan dengan lahap.

"Setelah ini kita akan kemana lagi?" Ada terselip semangat dibalik pertanyaan gadis itu.

Sayangnya Jeon hanya mampu tersenyum kecut, "Maaf Rosie. Setelah ini kita harus pulang. Vante mungkin saja mengkhawatirkan kita."

Rosie mencebikkan bibirnya kesal, "Untuk apa mempedulikan paman Vante? Dia bahkan tidak mempedulikan ku." Jawab Rosie sembari fokus mengupas kulit kepiting, ia sama sekali tak memandang Jeon.

"Terkadang dia memang seperti itu, jangan terlalu di ambil hati. Vante di didik keras sejak kecil karena itu ia menjadi pria yang cukup dingin. Namun sebenarnya dia sangat perhatian."

Rosie pun terdiam, memang benar apa yang dikatakan oleh Jeon. Vante memang sangat dingin dan cukup kasar. Namun pria itu cukup perhatian, terbukti dari seberapa banyak ia membantu Rosie bahkan rela mengorbankan banyak waktunya untuk Rosie. Walaupun kata-kata pria itu kadang pedas, seharusnya Rosie sadar bahwa Vante hanya tak hebat dalam menunjukkan perasaan nya yang sebenarnya. Ia hanya bersikap keras pada dirinya sendiri dan orang lain.

Hell Or Heaven - Taerosékook [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang