T e r o r [9] Sosok tangan misterius ☑️

117 12 1
                                    

🪶

"Apakah mahluk itu pelakunya, Bang?
Tapi kemana mahluk itu membawa Bapak!" Tamara menangis, ia langsung lunglai.

"Ingin menguburkan jenazah Bapak secara layak saja susah, Bang! Padahal ini adalah amanat dari Ibu," Renungnya.

"Ra, kita jangan menyerah, ayo cari Bapak lagi!" Kataku, dengan langkah cepat.
Begitupun Tamara ikut memeriksa ke seluruh ruangan.

Kami menyentuh satu persatu sesuatu yang terlihat mencurigakan. Karena di sini, banyak sekali rahasia tersembunyi yang sengaja di buat tidak terlihat oleh mata jeli.

Aku mengangkat satu kaki ketika merasakan sesuatu yang mengganjal di alas sepatu yang sedang ku pijak.

"Ada apa, Bang?" Tanya Tamara mendekat.

"Ada sesuatu di bawah sepatu. Seperti sebuah laci, ini bisa di tarik Ra, lihat!"

Tamara jongkok memposisikan badannya sejajar denganku.
Ada beberapa kunci di dalam laci, yang sudah sedikit terbuka.

Apa sebelum Ibu meninggalkan ruangan ini, Ibu sengaja tidak menutup laci ini dengan rapat? Sehingga kami dengan mudah bisa menemukannya

"Ayo Bang, cepat buka pintunya! Apa benar pintu itu bisa tembus ke kamar Ibu?" Desak Tamara.

"Oke, Ra!"

Irawan membawa sebuah kunci untuk membuka pintu yang terletak di ujung, berlawanan dengan letaj peti.

KRIEEETTTTTTTT

Pintu perlahan terbuka, ternyata apa yang di katakan Ibu benar, pintu di dalam ruang bawah tanah dengan jarak lumayan jauh dari rumah, bisa tembus langsung ke kamar Ibu.

Namun, ....

Ada banyak pecahan beling berserakan di kamar Ibu, bahkan semuanya berantakan, padahal sebelumya kamar Ibu masih rapi, kami ingat betul!

Siapa yang melakukan ini semua?!

🪶

Setelah merapikan kamar Ibu, Tamara sudah ku minta untuk beristirahat di atas kasur, sementara aku masih merenung di bawah ranjang beralaskan tikar.
Mata ini sulit sekali terpejam, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan selanjutnya.
Di amanahkan Ibu menguburkan jenazah Bapak saja, aku tidak bisa! Aku tidak tau harus mencari kemana.

Sekilas, aku mengingat perkataan Ustadz Saiful siang tadi. Aku sedang butuh teman cerita, siapa tau beliau bisa memberikan solusinya dan aku yakin beliau pasti bisa menjadi pendengar yang baik. Tapi, ------
.
.

Tapi, tidak mungkin aku katakan semua masalah ini pada Ustadz Saiful, karena ini adalah rahasia besar keluarga kami. Aku tidak akan menceritakan masalah Ibu dan Bapak padanya.

Ku rebahkan tubuhku perlahan di atas tikar, menutup kedua mataku dengan sebuah bantal, berharap bisa tertidur lelap seperti Tamara.

🪶

"Apa kabar Irawan? Kita bertemu lagi!" Ucap seorang Kakek yang pernah ku temui sebelumnya di dalam mimpi.

"Ka-kek!"

Kakek itu tersenyum kecut, sepertinya ia tau masalah besar yang sedang menimpaku.

"Waktumu tidak banyak, Irawan! Kamu harus bisa menghadapinya." Ucap Kakek

"Aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku hanyalah anak biasa, tidak memiliki kemampuan apapun, Benar kata Tamara, Kek! Apa mungkin aku bisa menghadapi masalah besar ini sendiri?" Kataku

"Jika hatimu berkata bisa, pasti kamu akan bisa.Tapi jika hatimu terus berkata tidak, percayalah kamu akan siap menerima kekalahan sebelum bertarung!" Jawab sang Kakek.

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang