T e r o r [4] Kakek misterius ☑️

159 17 2
                                    

"Apa saya bilang?!" Ucap Pak Kepala desa penuh amarah.

"Kalian semua pantas di katakan b o d o h! Bisa-bisanya kalian mau aja, nurut sama bocah ingusan seperti Irawan!" Sambungnya.

"Masih bocah, sok-sokan sengaja mau ketemu sama mahluk yang lagi neror kampung? Itu sama saja nyerahin nyawa dengan cuma-cuma!"

"Kalian ingat kan? Ustadz Saiful saja pernah mencoba melawan dan mencaritahu penyebab teror ini, tapi beliau angkat tangan, hingga  akhirnya beliau menyerah!

Eh, sekarang kalian malah percaya sama bocah yang nggak bisa apa-apa dan nggak tau apa-apa seperti Irawan!"

"Lihatlah sekarang? Yang di takutkan terjadi lagi kan! Sudah di pastikan pak Pardi akan menjadi korban selanjutnya! Ini karena ulah kalian sendiri yang ceroboh, melawan pamali di kampung ini!"

"Kalian malah mengikuti kata-kata Irawan, anak dari sosok yang sedang meneror kalian sendiri! Kalian waras?" Geram pak Kades, matanya tajam menatap Tamara yang sedari tadi hanya diam ketakutan.

"Kami menyesal mengikuti Irawan, padahal mereka adalah biang keladi dari masalah ini! Ternyata arwah bapak mereka yang meneror kampung kita ini!" Warga pun mulai kesal pada Irawan dan Tamara.

Tamara ketakutan mendapat imbuhan tudingan warga, mereka menghakimi bahwa dirinya dan Irawan lah biang dari masalah ini. Sementara Irawan belum juga menyusulnya di rumah pak Kades, dia masih mengejar sosok Bapak Y a h y a yang tak lain adalah bapaknya sendiri.

Saat Irawan kembali, sorot mata semua warga tajam mengarah padanya, memandang keduanya penuh dengan k e b e n c i a n.

"Ternyata yang membuat resah dan meneror kampung ini adalah Bapakmu, Wan!"

"Ternyata Y a h y a jadi arwah jahat!"

"Kamu harus bertanggungjawab atas semua yang sudah terjadi, Wan! Bagaimana caranya kamu menyembuhkan Pardi, mengembalikan warga yang sudah Bapak kalian renggut, dan selamatkan kami semua, amankan kampung ini kembali! Jangan biarkan Y a h y a terus meneror kampung!" Kesal warga.

"Bisa-bisanya orang yang di kenal alim di semasa hidupnya, bahkan bergelas kyai yang selalu taat, ternyata di akhir hayatnya begini? Rohnya  jahat dan berkeliaran meneror kampung, bahkan Bapak kalian membunuh warga kampung ini satu persatu!

Karena pak Y a h ya kami tidak bisa tenang! Karena Bapak kalian kami selalu merasa ketakutan! Sebenarnya, kesalahan apa yang Bapak kalian perbuat selama ini, Wan!" Ucap bapak Anton ikut menuding.

"Tunggu dulu, saya bisa jelaskan bapak-bapak. Orang yang sudah meninggal itu tidak mungkin bisa mengganggu manusia. Karena jika itu terjadi, melainkan itu adalah jin Qorin yang menyerupai orang yang sudah tiada tersebut. Contohnya Bapak kami." Jelasku.

"Saya juga bukan Tuhan, yang bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal kembali, tapi saya akan berusaha mencari tahu sendiri, apa penyebab teror ini.

Tappi untuk masalah bapak Pardi, saya akan mencoba mengobatinya."

"Alah omong kosong! Bisa apa anak cingis sepertimu, Wan!" Kata warga bersorak, kian tak mempercayai perkataan Irawan.

"Saya akan mencobanya. Tolong izinkan saya,"

#POV_IRAWAN

.

.

Satu persatu warga mulai menjauh, pulang ke rumahnya masing-masing. Sementara aku dan Tamara tidak pulang ke rumah, melainkan menuju rumah pak Pardi.

Setelah sampai di rumah bapak Pardi, kami di sambut dengan sikap yang entah. Istri dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu sedang menangis meratapi pak Pardi yang terbaring lemah di ranjang usang.

Tak terasa air bening menetes. "Aku harus bisa mengobati lukaa di wajah pak Pardi yang semakin menjalar p a r a h di seluruhnya, karena ulah qarin yang menyerupai Bapak."

#POV_AUTHOR . .

.

.

Irawan mulai mengobati luka pak Pardi dengan ramuan-ramuan herbal racikan sendiri dengan dibantu oleh Tamara. Setelah itu, Irawan membacakan doa ruqyah syari agar ilmu jahat itu keluar dari dalam tubuh pak Pardi, karena dia sudah di tandai menjadi k o r b a n selanjutnya.

Tamara membantu Irawan dengan membaca doa, seperti yang sedang Irawan baca. Tapi sayang, berdoa tanpa ilmu tidak akan berjalan lancar, berdoa tanpa ilmu tidak akan berjalan semulus apa yang kita kira.

Tamara tumbang, ia tersungkur ke tanah karena ada serangan tak kasat mata yang mendorongnya dengan kuat. Spontan melihat adiknya jatuh, Irawan menghentikan bacaan dengan nafas tersengal dan langsung membantu Tamara bangkit.

"Ra!" Teriak Irawan.

"Kamu nggak apa-apa kan?"

"Sa-kit, Bang!" Jawab Tamara memegangi dadanya.

"Jangan lakukan apapun, Ra. Cukup berdoa untuk dirimu sendiri saja, jangan ikut membantu merapal doa itu."

Tamara mengangguk.

Ketika Irawan hendak bangkit, tiba-tiba Tamara muntah d a r a h. Di belakang Tamara, ada sesosok mahluk sedang tersenyum menyeringai, berkulit hitam, berbadan tinggi besar, matanya merah menyala, memiliki tanduk di kepala, giginya bertaring panjang. Ya, itu adalah Iblis, raja dari syetan yang terk u t u k!

Saat itu juga, Irawan bisa tau. T e r o r di kampungnya bukan karena mereka sendiri, melainkan ada dalang di balik ini semua. Ada seseorang yang bersekutu dengan Ibl1s, untuk tujuan tertentu! Tapi siapa?

FLASHBACK * . .

Bukankah Irawan hanyalah anak kampung biasa, yang tidak memiliki kemampuan apapun?

Semuanya berawal dari sini

"To-long ...."

"T o l o n g .."

Irawan berlari mencari arah suara itu berasal. Saat itu, ia masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Nak, to-long!" Ucap Kakek merintih.

Seorang Kakek tertindih ka-yu besar yang tumbang, ia merintih kesakitan meminta pertolongan.

Bersusah payah, Irawan membantu mendorong kayu tersebut, meskipun selalu gagal. Saat itu Irawan hampir berputus asa, namun sang Kakek memberikan sebuah benda bulat kecil, seperti kelereng berwarna emas, Kakek meminta Irawan untuk meletakan kelereng tersebut ke telapak tangannya.

Kelereng menghilang .....

Irawan sempat terkejut, saat mengetahui kelereng itu menghilang karena menyatu ke dalam telapak tangannya.

Hingga kekuatan besar yang entah dari mana itu mampu membuat Irawan dengan mudah mendorong batang kayu tersebut dari tubuh sang Kakek.

Tanpa pikir panjang, Irawan langsung memberikan air minumnya untuk sang Kakek dan memberikan bekal makanan nya, karena Kakek sudah pucat dan sangat lemas.

"Kakek tidak apa-apa? Ayo ikut saya ke rumah. Pasti orangtua saya mengizinkan Kakek tinggal," Ucap Irawan saat itu.

"Tidak." Singkatnya.

"Kamulah orangnya." Kakek tersenyum penuh arti.

"Karena kamu telah menolongku, aku akan menjadi pelindungmu." Kata Kakek.

"Apa maksud Kakek?"

"Kamu masih terlalu kecil untuk tahu, percayalah suatu saat nanti, kita akan bertemu lagi."

"Kamu pasti akan mengerti, Irawan! Tapi tidak untuk sekarang ini."

Hening ....

"Ada ancaman besar yang sedang mengikuti langkahmu, tapi percayalah aku akan selalu melindungimu."

"Pulanglah, dan lupakan semuanya." . .

TEKKKKKKKKKKKK . .

Kakek itu menghilang, ingatan Irawan pun ikut menghilang.

BERSAMBUNG.

Next ❓

Tinggalkan jejak setelah membaca ya ...

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang