T e r o r [5] Kemarahan Ibu ☑️

223 23 4
                                    

Bertahun-tahun berlalu, hingga Irawan mulai beranjak dewasa.

Namun saat itu, ia harus menerima pahitnya hidup tanpa seorang ayah. Ibunya berubah drastis setelah meninggalnya Bapak Yahya, sehingga Irawan kehilangan sebuah kasih sayang dari orangtuanya yang selama ini ia rasakan. Tidak ada lagi kehangatan, keharmonisan antara mereka, hanya ada pertikaian karena Irawan selalu di anggap salah oleh Ibunya.

Anak kebanggaan yang selalu mendapat cinta dari Ibu dan Bapak, kini ia menjadi anak yang terbuang karena di asingkan oleh Ibunya dari kampung dan di tempatkan di kota besar.

Ibu Rumi menitipkan Irwan kepada salah satu kerabat suaminya di kota, kebetulan ia adalah pemilik pondok.

Meskipun dengan berat, Irawan meninggalkan kampungnya di usia remaja. Ia harus kuat karena di paksa oleh keadaan.

Di dalam hatinya, ia tidak mau berpisah dengan sang Ibu dan adiknya, tapi di sisi lain ini adalah pesan dari Bapak sebelum meninggal dunia.

Tak jarang, Irawan meratap. Ia menangis di balik diamnya, bahkan ia tidak mau berbaur dengan santri-santri yang lain.

Hingga suatu ketika, pemilik ponpes memberi pengertian pada Irawan, sehingga ia pun mulai membiasakan diri tinggal disana.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, kuat tidak kuat, bisa tidak bisa, kamu harus bisa Irawan," Kata salah satu guru yang sangat dekat dengan Irawan kala itu.

Seiring berjalannya waktu, bakat Irawan mulai terlihat, ia mampu menjadi kebanggaan meskipun baru beberapa bulan disana.

Irawan banjir pujian saat ia mampu menghafal Al-qur'an 30 juz dengan fasih dalam waktu singkat, bahkan Irawan mampu membantu meruqyah salah satu santri yang di ganggu oleh mahluk halus penunggu p o h o n beringin. Irawan mampu mengamalkannya dengan benar dan cepat.

"Kamu hebat, Irawan. Kamu bukan anak biasa,"

"Kamu istimewa,"

Kata-kata itu yang selalu di ucapkan oleh semua guru.

"Ada pesan dari seorang Kakek untukmu, beliau yang sudah belasan tahun melindungimu, tanpa kamu sadari." Kata Ustadz Hasan.

"Kakek?" Irawan semakin tidak mengerti.

"Iya, Kakek itu berpesan agar kamu tetap berada di sini, supaya kamu bisa fokus memperdalam ilmu agama.

Syukur-syukur kamu mau ikut bela diri, untuk melindungi dirimu sendiri dan orang lain nantinya.

Persiapkan diri kamu bertemu dengan dia, karena sebentar lagi, dia akan mengajakmu berpetualang, Irawan." Jelasnya.

"Berpetualang? Apa maksudnya Tadz?"

Bukannya menjawab, ustadz Hasan malah tersenyum.

"Nanti juga kamu tahu, sekarang persiapkanlah sebelum hari itu di mulai. Itulah pesan dari sang Kakek."

#POV_IRAWAN

.

.

Ternyata apa yang di katakan Ustadz Hasan itu benar, aku bertemu dengan seorang Kakek di dalam mimpiku. Dia memakai sorban dan berpakaian serba putih, Kakek itu mengajak ku berkeliling awan. Bahkan ia memperlihatkan dimana ketika aku menolongnya, saat aku hendak berangkat ke sekolah.

Kakek itu memberikan sebuah benda bulat seperti kelereng yang hilang menyerap ke dalam telapak tangan sebelah kanan, itu adalah sumber kekuatan ku! Bahkan sampai saat ini benda itu masih ada di dalam telapak tangan.

Aku bisa mengingatnya lagi, setelah belasan tahun Kakek itu membuatku lupa.

"Bukan hanya melindungimu, aku akan melatihmu agar kamu bisa menghadapi masalah besar, yang akan kamu hadapi nanti, Irawan!"

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang