T e r o r [11] Membuka mata batin ☑️

123 9 2
                                    

🪶

"Minta tolonglah pada, Rehan!" Titah Kakek Dullah sukses membuat mataku membola sempurna.

Kenapa Kakek menyuruhku meminta tolong pada Rehan?

Apa mungkin, Rehan memang memiliki kelebihan yang tidak semua orang mengetahuinya?

Tapi bagaimana mungkin, tiba-tiba aku meminta tolong di ajarkan cara memisah sukma pada Rehan? Hmm ...

"Re-Re-han?" Kataku terbata.

"Ya! Rehan bukan anak biasa, dia mempunyai banyak kemampuan.
Rehan sudah di takdirkan untuk menjadi temanmu, dia di gariskan oleh Tuhan, untuk membantumu, Irawan!"

Aku terdiam, berusaha mencerna perkataan Kakek Dullah.
Tiba-tiba, awan putih yang sedang ku pijak, runtuh.
Aku pun terjatuh, dan berteriak memanggil Kakek Dullah yang hilanh entah kemana, saat angin besar meghampiriku dan membawaku melayang kesana kemari dengan cepat.

"A a a a a a a a a!"

🪶

"Irawan, bangun!"

"Ir, bangun!"

"B a n g u n!"

Terdengar suara seseorang sedang memanggil-manggil namaku, aku merasakan tubuhku bergoncang seperti ada orang yang menggoyang-goyangkan tubuhku tanpa henti.

"Bangun! Sadar Ir! Ayo bangun, Irawan!"

Tamparan keras mendarat di kedua pipi secara bergantian, persis seperti yang pernah di lakukan Tamara ketika ada sosok tangan panjang misterius yang berusaha menyakitiku, bahkan mengambil nyawaku saat tidur.

"Astagfirullahaladzim ....."

Aku membuka kedua bola mataku, ternyata ada wajah Rehan yang terlihat sangat jelas, tepat di depan mataku.

PLAAAAAKKKKKKKKKKK ..

Spontan, aku langsung menampar wajahnya dengan sangat keras.
Rehan menjauh dan merintih kesakitan karena tamparan keras dariku.

"Maaf, Han. Tanganku melayang sendiri,"
Ucapku merasa bersalah.

"Ih parah banget kamu, Ir! Di tolongin malah nampar. Ibarat air susu di balas air tuba ini mah!" Gerutu Rehan memegangi pipinya yang terasa panas dan perih.

"Lagian kamu ngapain di depan muka ku, Han? Kenapa juga kamu nampar- nampar aku tadi?" Kesalku.

"Kamu tiba-tiba menggigil, makanya aku bangunin. Karena susah, aku tampar!" Jawab Rehan begitu enteng.

"J a h a t! Orang kalo mengginggil itu di pakein selimut, bukan di tampar!" Kataku.

"Di tolong itu, ucapin terimakasih. Bukan di tampar!" Sindir balik Rehan.

Kami terdiam dan saling memandang, ada sesuatu yang hendak kami ucapkan, namun tertahan satu sama lain.

"Kamu dulu, Ir!" Kata Rehan mengawali.

"Kok aku?"

"Iya, nanti gantian!" Jawab Rehan datar.

"Mmmm, -----"

"Cepet!" Desak Rehan

"Aku mau ngomong sesuatu, Han"

"Iya apa?"

"Selain punya indra ke enam, kamu punya kelebihan lain ya?" Tanyaku dengan sangat berhati-hati.

"Kata siapa?"

TERORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang