Dari kejadian semalam, aku tidak mau mengulur waktu lagi membawa Tamara ke kota untuk sementara waktu.
Urusan kampung ini, akan ku serahkan semuanya pada Tuhan.
Semoga Ia selalu melindungi semua warga kampung dari segala marabahaya dan kejahatan mahluk jahat itu."Maafkan Irawan ya Bu, Kami belum bisa melakukan amanah yang Ibu katakan. Tapi kami janji, akan kembali lagi kemari mewujudkan keinginan Ibu." Lirihku.
🪶🪶🪶
"Ja-di selama ini, kamu di pesantren Bang?" Tanya Tamara.
"Iya, Ra!"
"Kenapa kamu baru jujur, Bang? Bahkan Ibu juga bohong tentang keberadaanmu padaku dan semua orang.
Ibu bilang, kamu sedang merantau ke kota, mengadu nasib. Kamu bertemu orang baik dan bekerja disana.""Apapun itu, tanpa kita sadari, Ibu berbohong untuk kebaikan kita, Ra! Dulu, aku merasa di asingkan disana. Aku berpikir, kamu yang lebih beruntung dariku, kamu bisa tinggal di kampung terus sama Ibu.
Tapi ternyata di balik ini semua, ada alasan tersendiri kenapa Ibu sampai melakukan ini dan harus berbohong, Ra!""Kamu Ingat kan, sama isi surat Dari Ibu?" Sambungnya.
Tamara mengangguk, "Jadi, sekarang kita akan berangkat kesana Bang?"
"Iya, Ra. Sekarang kita siap-siap sebelum ada orang yang melihat keberangkatan kita. Lagipula perjalanan dari sini ke kota memakan waktu, kita harus secepatnya berangkat!"
"Oke!"
🪶🪶🪶
.
.Total perjalanan kurang lebih 20 jam, kami sampai di jam pagi menjelang subuh.
Kedatangan kami di sambut baik, bahkan mereka (Para Guru ponpes) sudah tau, maksud kedatangan kami kemari.Karena lelah melakukan perjalanan jauh, kami istirahat terlebih dahulu di kamar masing-masing.
Tamara di kamar para santriwati, sedangkan aku beristirahat di kamar santri laki-laki.Setelah beristirahat, tubuhku mulai segar kembali. Lelah perjalanan jauh sudah tidak terasa lagi, apalagi sekarang aku sudah bertemu dengan mereka yang sudah ku anggap sebagai keluarga sendiri.
"Irawan, akhirnya kamu balik lagi kesini! Aku kesepian nggak ada kamu, tau!" Ucap Rehan.
"Iya, aku tau hidupmu hampa tanpaku, Han!" Jawabku terkekeh.
"Helleh, jadi GR deh!"
"Oh iya, Ir! Badan kamu kok bau banget kapur barus sih?" Tanya Rehan mengendus-endus tubuh Irawan.
"Ah, masa sih?"
"Iya tau, bau banget gini! Apa jangan-jangan kamu lagi di incar ya?" Celetuk Rehan enteng.
Irawan terdiam, memikirkan perkataan Rehan.
"Hey, malah bengong! Kamu itu sudah di tandain, Ir! Ati ati loh," Sambung Rehan mewanti-wanti.
"Iya, tau!" Jawabnya singkat.
Rehan langsung duduk di sebelah Irawan yang sedang sibuk, melipat baju-bajunya.
"Hebat dong ya, Ir! Biasanya orang yang lagi di incar tuh ga nyium bau dirinya sendiri loh, kok kamu bisa tau sih?" Rehan semakin penasaran.
"Kan tadi kamu yang bilang, Han? Taunya ya dari kamu tadi,"
"Hm, iya iyadeh, tapi kamu nggak terkejut loh atau nggak kepo kek sama perkataanku tadi."
Irawan menggeleng dan terkekeh, sementara Rehan semakin bingung dengan sikap Irawan, yang sedang mencoba menyembunyikan sesuatu darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR
Mystery / ThrillerTerror itu membuat warga kampung sangat resah dan terancam, karena sudah banyak sekali korban berjatuhan. Belum di ketahui penyebab teror itu datang, hingga suatu hari Irawan pemuda kampung asli yang di asingkan ke kota oleh Ibunya itu mampu memecah...