05. Tentang Perasaan

89 18 3
                                    

Ni-Ki selesai menceritakan alasan dirinya menangis pada si Rei Noona kesayangan. Yang didengarkan dan dipahami dengan baik.

"Jadi, secara tidak langsung kamu mengaku menyukaiku, Riki?" tanya Rei, yang benar-benar membuat lelaki kelahiran 2005 itu membelalak.

Tidak menyangka itulah kesimpulan yang didapatkan Rei. Memang sih, Ni-Ki tidak sama sekali menyaring ceritanya. Semua dikatakan apa adanya tanpa ada yang dikurangi.

Alhasil, secara tidak sengaja Ni-Ki malah mengakui perasaannya.

Bocah Jepang itu malu luar biasa. Ni-Ki bergerak acak di atas tempat tidurnya, gugup. "Aku tutup teleponnya ya? Jungwon Hyung memanggilku," pamit Ni-Ki.

"Hey, kamu sedang berbohong? Jangan ditutup dulu Riki, kamu bilang merajuk pada Hyung-mu 'kan?" cengah Rei, yang tentu sama membuat Ni-Ki semakin malu.

Rei terkekeh melihat tingkah laku lelaki yang lebih muda satu tahun darinya itu. Saat baru melakukan sambungan video call, Ni-Ki begitu menggebu menceritakan apa yang baru saja menimpanya.

Soal Ni-Ki yang tidak diizinkan untuk memiliki hubungan resmi dengan dirinya. Lalu bocah itu merajuk, katanya.

Bukankah itu cukup jelas, Ni-Ki menyukainya.

"Noona jangan menggodaku!" sebal Ni-Ki.

"Aku, tidak," bela Rei.

"Noona, iya!"

"Baiklah. Maaf, lalu sekarang apa?" Rei memilih mengalah, entah perasaan atau memang mood Riki benar-benar buruk sekarang. Dari pada bertambah merajuk padanya 'kan.

Ni-Ki memasang wajah berpikir, yang mana di pengelihatan Rei tampak menggemaskan. Sama seperti gadis itu, Ni-Ki memanyunkan bibirnya setiap kali berpikir keras. Entah lelaki itu sadar atau tidak.

"Menurut Noona, bagaimana?" Ni-Ki balik bertanya, otaknya tidak menemukan solusi apapun.

"Apanya yang bagaimana? Aku tahu kamu menyukaiku, lalu Hyung-mu melarangmu untuk pacaran denganku, sekarang apa? Aku harus bicara apa?" Rei membeberkan kesimpulan percakapan sebelumnya, sejujurnya gadis itu sedang memancing yang lebih muda bertanya hal lain.

Ni-Ki semakin memanyunkan bibirnya. Rei ini, tidak peka atau apa sih?!

Ni-Ki meletakkan ponselnya pada kepala rajang, sementara tubuh jangkungnya berguling-guling tidak jelas. Lebih tepatnya Ni-Ki total malu untuk kembali bicara.

Mungkin, haruskah dia bertanya mengenai perasaan Rei padanya?

Setelah menarik-hembuskan nafas berkali-kali guna menenangkan diri sekaligus menenangkan debar jantung yang tidak karuan, padahal Ni-Ki belum mengatakan apa-apa.

Menyebalkan.

"Apa Noona menyukaiku juga?" suara Ni-Ki sangat pelan, membuat Rei yang sedang asyik menghapus make up-nya nyaris tidak mendengar.

Tapi bersyukurlah pada kondisi dorm yang sedang tenang tanpa keributan member IVE lainnya, sehingga Rei bisa mendengar pertanyaan Ni-Ki dengan baik.

Tapi, bukan Rei namanya jika tidak lanjut mengusili yang lebih muda. "Kamu mengatakan sesuatu, Ki? Aku takut salah dengar," goda Rei.

Yang tentu mengundang decak kesal dari lelaki di seberang. "Ish, Noona~" rengek Ni-Ki, tanpa sadar.

"Apa? Kamu betulan bilang sesuatu? Aku tidak mendengarnya." Rei semakin gencar berbuat usil, reaksi Ni-Ki adalah yang terbaik.

"Ki, hey, kamu sungguhan tidak bilang sesuatu? Apa kamarku ada-"

"Noona! Aku tanya, apa Noona menyukaiku juga?!" pekik Ni-Ki.

Your Bias is My Boyfriend | Ni-Ki x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang