15. Siapa yang Harus Minta Maaf

44 4 11
                                    

Ni-Ki mengabaikan pesan dan panggilan masuk yang datang dari nomor Rei selama dua minggu ini. Pemuda itu sudah kembali ke Seoul, Korea Selatan seminggu lalu.

Word Tour periode kali ini sudah usai. Semua berjalan lancar, dan kembali dengan utuh ke dorm. Hanya saja, sempat ada huru-hara yang diciptakan si Maknae, Ni-Ki menghilangkan tiket pesawat menuju Korea.

Dan untungnya diurus cepat oleh Staff sehingga Ni-Ki tetap bisa pulang bersama yang lain.

Ni-Ki membalik ponselnya, ketika dering telepon masuk atas nama Rei kembali datang. Untuk yang ke-8 kali perhari ini.

Ni-Ki punya alasan, meski pun jika dari POV perempuan akan terdengar egois dan menyebalkan.

Ni-Ki ingin mengikuti saran para Hyung untuk dirinya dan Rei bertemu, berkomunikasi, saling jujur, saling minta maaf juga (mungkin), dan mencari jalan tengah untuk segala huru-hara yang dipendam masing-masing pihak.

Tapi, sekali pun Ni-Ki sudah tahu semua yang disembunyikan dari Rei. Pemuda itu belum siap dengan apa yang harus dia bagi pada Rei, pemuda itu belum siap apabila mendengar semuanya secara langsung dari Rei -yang selama ini didengar dari Jungwon dan Sunoo-.

Ni-Ki butuh waktu.

Pemuda itu sedang bergelut antara hati dan pikirannya. Ia belum bisa benar-benar menerima bahwa Rei pernah berlaku demikian, dan belum yakin apakah Rei bisa memaafkan Ni-Ki yang juga sama salahnya.

Ya mungkin Ni-Ki tidak se keterlaluan Rei. Oke, itu kalimat pembelaan. Ni-Ki mungkin melakukan kontak fisik yang melebihi batas pertemanan dengan beberapa gadis -berpelukan dan menerima cipika-cipiki- diluar urusan pekerjaan.

Tapi.. ah, sudahlah.

Tidak akan ada akhirnya.

Dua hari berikutnya, yakni di akhir pekan, Ni-Ki putusan dia sudah siap. Pemuda itu akan menghubungi Rei dan mengajak gadisnya bertemu untuk melaksanakan saran Hyung-nya.

Maka, ponsel ditangannya diotak-atik guna menghubungi Rei. Di Panggilan pertama, telepon langsung diangkat. Ni-Ki mendengar sedikit kehebohan dari seberang sana.

Seperti orang yang sedang berbaring, lalu bangkit dengan tergesa, seolah terkejut.

"Riki? Ini benar kamu?" Rei segera bertanya.

"Iya," jawab Ni-Ki.

"Bagaimana kabarmu? Kemana saja? Kenapa telepon dan pesan dariku kamu abaikan?" Rei mencecar Ni-Ki dengan banyak kalimat tanya.

Ni-Ki menghela nafas. "Noona, kamu punya waktu malam ini?" Pemuda itu langsung pada inti niatnya menghubungi Rei.

"Em, iya, kurasa?" Ada keraguan, dan kebingungan yang bisa ditangkap Ni-Ki dalam nada bicara Rei barusan.

"Aku ingin kita bertemu di hotel biasa, jam 9. Aku tunggu."

Percakapan itu berakhir begitu saja. Ni-Ki tidak berniat untuk se ketus itu, tapi entahlah, itu terjadi dengan natural.

Ada sedikit perasaan bersalah yang terselip di hatinya karena mengabaikan pertanyaan-pertanyaan Rei. Tapi, Ni-Ki meyakinkan dirinya jika semua akan diselesaikan nanti malam.

***

Rei melangkah menuju salah satu unit kamar hotel yang biasanya digunakan untuk berkencan dengan Ni-Ki. Sesuai perjanjian tadi siang.

Tidak seperti kencan-kencan sebelumnya, dimana Rei akan datang dengan mood paling baik. Dan kebahagiaan meletup-letup, juga perasaan kasmaran yang khas.

Your Bias is My Boyfriend | Ni-Ki x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang