5. Majalah Tahunan

9 1 0
                                    

Lokananta seperti bertabuh pagi itu padahal nyatanya hanya suara kicau kukila dari balik jendela, namun rasa-rasanya awal hari itu begitu takzim, pula sebab sopan sinar matahari mulai menyelinap masuk sehingga membuat sepasang suami istri berbalut piyama line friends pilihan Eisha itu terbangun.

Hari itu, setelah melakukan segala ritual di pagi hari alias sarapan, mandi, dan bersiap-siap, mereka akan mengunjungi kampus mereka, Toronto University, bangunan yang selama kurang lebih lima tahun menjadi tempat produksi stress sebab hujaman tugas dari dosen yang tak kunjung rampung, kendatipun, disana pulalah Keenan, pria dengan nol besar pengalaman percintaan menyatakan perasaannya pada Eisha.

[]

Itu adalah hari-hari melelahkan semester empat, sejak pertama kali bertemu, kini rasa-rasanya mahasiswa-mahasiswi Universitas Toronto sudah tak heran lagi melihat Keenan dan Eisha bersama, terlebih lagi semenjak Keenan, teruna dengan segudang mobil sport yang gonta-ganti itu memilih naik bus bersama Eisha karena gadis itu tak mau diantarnya. Eisha tak jarang mendengar gunjingan dari kakak maupun adik tingkat bahkan teman seangkatannya mengenai dirinya dengan Keenan, sebagian kecil positif, tapi sebagian lainnya lebih terdengar seperti 'Eisha menggunakan guna-guna agar disukai oleh Si Konglomerat Antisosial Keenan Oberon'.

Eisha tak tahu, bahwa meskipun Keenan dijauhi oleh seluruh mahasiswa dan bahkan nyaris tak memiliki satupun teman, gadis-gadis di universitasnya memiliki fantasi tersendiri tentang lelaki itu, terutama gadis-gadis dengan fetisme pada psikopat dingin atau pria konglomerat untouchable seperti di novel remaja, namun tak seorangpun berani mendekatinya lagi setelah kejadian Keenan membuang air bekas pel serta meludahi seorang kakak tingkat wanita yang berusaha menggodanya semasa ospek, sehingga jadilah berita Keenan mengejar-ngejar gadis introvert tak terkenal menjadi hot topic yang selalu dibicarakan tiap gadis itu lewat.

Beruntungnya puan itu tak pernah mendapatkan bully secara fisik, hanya sindiran dan tatapan tak nyaman dari orang sekitar baik itu di dalam forum normal atau di luar, terkecuali Hilda dan Irene, teman dari segelintir teman yang tersisa untuk sekedar makan di kantin bersama. Siang itu, di tengah-tengah santapan sup ercis mereka, duduk segerombolan adik tingkat disebelah mereka, Hilda yang awalnya bercerita tentang teruna koas yang ia sukai namun rupanya sudah berisitri itu terpaksa terhenti sebab eksistensi mereka yang mulai mengganggu.

"Eh Meyden, kamu nggak daftar beasiswa dari Oberon's corp? Baru buka lagi ngga sih kemarin," entah kenapa, percakapan segerombol adik tingkat yang duduk di bangku kantin sebelah mereka ini terdengar begitu keras. "Loh itu bukannya buat yang ngga mampu ya?" sahut yang lain.

"Lagian susah seleksinya,"

"Ih engga kok, kamu buka aja selangkangan kamu didepan Kak Keenan, pasti langsung keterima, plus bonus jadi pacarnya,"

Oh Tuhan, kala itu telinga Eisha lebih panas daripada sup ercis di hadapannya. Sedang Hilda sudah siap melempar sendoknya, Irene memberi isyarat menggeleng, sebab Hilda dan Eisha keduanya sudah mendapatkan beasiswa itu dan di dalam kesepakatannya tertulis "Tidak terlibat dalam kericuhan kampus baik skala kecil maupun besar."

"Ga perlu buka selangkangan gak sih, cukup jadi temennya Kak Eisha aja, nanti juga keterima, nih buktinya Kak Hilda juga dapet,"

Perlu diketahui, Eisha tidak bisa marah, entah terlalu sering memendam perasaannya atau terlampau lelah untuk sekedar mengutarakan argumen, namun dara itu selalu bisa meredam luapan emosi sekalipun sanubarinya terbakar dengan api sebesar patung budha.

"Kak~" tak tanggung-tanggung, kini salah-satu adik tingkat biadab itu meraih pundak Eisha, "ajarin dong cara nakhlukin Kak Keenan, Kakak pake gaya apa, pake goyangan apa, durasinya berapa lama?" sumpah demi Tuhan, Eisha bahkan belum mendengar satupun ungkapan perasaan Keenan, laki-laki itu hanya mengikuti kemanapun ia pergi (kecuali kadang-kadang bila ia ada janji dengan dosen) dan rumor bisa menyebar semengerikan ini.

Zamhareer.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang