9. Hospital

728 83 8
                                    

Lisa POV

Aku menunggu Jennie di depan IGD, dia pingsan di trotoar itulah sebabnya aku membawanya ke rumah sakit. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa, jadi aku menghubungi Irene karena dia teman dekat Jennie. Namun ternyata Irene sudah dalam perjalanan ke rumah keluarga Seulgi sehingga dia belum bisa datang dan memintaku untuk membantu Jennie. Aku langsung mengiyakan Irene.

"Kerabat Miss Kim?" Aku langsung berdiri menghampiri dokter.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanyaku.

"Dia terlalu banyak minum alkohol sehingga asam lambungnya naik. Dia harus mengurangi alkohol yang ia konsumsi agar lambung dan liver nya stabil. Miss Kim hanya perlu istirahat." Aku mendengar penjelasan dokter. Semalam Jennie bersama kami di apartemen Seulgi dan ku lihat dia tidak terlalu banyak minum, tapi entahlah mungkin dia memiliki riwayat asam lambung yang parah sebelumnya.

"Miss Kim harus dirawat sampai dia membaik," Aku mengangguk kemudian berterima kasih. Dokter itu kemudiaan pergi dan aku melihat brankar Jennie di bawa oleh dua orang perawat.

Aku mengikutinya. Mata Jennie tertutup, dia sepertinya masih pingsan.

Kami sampai di ruang VIP rumah sakit, dua perawat itu membungkuk dan pamit. Tinggalah aku dan Jennie di ruangan yang sangat dingin ini. Aku mendekati Jennie kemudian mengentuh dahinya, memastikan apa dia mengalami demam dan ternyata tidak.

Aku mendekati sofa kemudian duduk di sana. Mataku tidak lepas dari Jennie yang berbaring pingsan. Gadis itu... Aku seperti pernah melihatnya, tapi di mana?

Aku mengingat ingat kapan aku pernah bertemu Jennie, tapi aku tidak ingat apapun. Atau mungkin aku salah. Mungkin aku belum pernah bertemu Jennie sebelumnya, tapi wajah itu tidak asing.

"Sudahlah." Aku menyerah.

Aku tidak bisa menebak kapan Jennie akan membuka matanya, namun yang pasti aku akan berada di sini menemaninya. Ini aneh, kami baru saling mengenal tapi kesan pertama adalah menjaganya di rumah sakit. Pengenalan yang sangat baru bagiku.

Incoming call
Irene

Aku mendapatkan panggilan dari Irene. Dia pasti khawatir soal Jennie.

"Lisa-ya, Jennie sudah bangun?"

"Belum, tapi dia sudah dipindahkan dari IGD. Kami berada di ruang rawat VIP sekarang, tidak perlu khawatir." Wajah Irene terlihat khawatir, dia benar benar peduli terhadap temannya.

"Kau harus berada di sana untuk sementara waktu, dia tidak punya siapa siapa di sini." Aku sedikit terkejut dengan ucapan Seulgi. Jennie anak yatim piyatu? Aku tidak tahu.

"Orang tuanya di Jepang, Jennie hidup sendiri di sini." Ternyata aku salah. Aku pikir orang tuanya sudah meninggal dan Jennie hidup sendiri sebatang kara. Pikiranku benar benar seperti cerita novel.

"Kau tetaplah di sana, aku sudah menghubungi teman kami yang lain untuk datang." Aku hanya mengangguk kemudian sambungan telpon terputus.

Aku kembali memperhatikan Jennie yang tak lama kemudian menggerakkan tangannya. Aku langsung berdiri menghampirinya menunggu matanya terbuka.

"Hey." Aku menyapa saat dia membuka mata. Wajah itu kembali menunjukkan ekspresi terkejut. Dia berusaha bangun tapi aku menahannya.

"Kau harus istirahat." Kataku.

Dia melihatku kemudian melihat sekeliling ruangan. "Aku membawa mu ke rumah sakit karena kau pingsan di trotoar. Asam lambungmu naik, kata dokter kau banyak terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Dan kau harus dirawat untuk sementara sampai kau pulih dan merasa lebih baik." Aku menjelaskan.

Crushed Flowers | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang