10. Meet

684 77 7
                                    

Lisa POV

Aku berada di ruangan ini, ruangan yang sama dengaan Jennie sejak awal aku membawanya. Teman yang dimaksud Irene memiliki urusan yang mendadak sehingga belum bisa datang sesuai harapanku. Aku tidak mungkin meninggalkan Jennie sendirian karena Jennie masih sering merasakan sakit di daerah perutnya.

Jennie berkali kali memintaku untuk pergi tapi aku tidak pergi. Bagaimana bisa dia mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain? Perawat tidak mungkin tinggal di ruangannya.

"Lisa kau belum makan malam." Jennie melihatku yang sedang duduk agak jauh dari nya. Aku melihat dia berusaha bangun jadi aku menghampirinya untuk membantunya duduk.

"Aku sudah memesan makan malamku, 30 menit lagi kau harus makan malam kemudian minum obat." Ucapku. Aku tahu perasaan Jennie, dia pasti merasa tidak enak karena keberadaanku di sana. Namun aku harus bagaimana? Aku tidak bisa pergi karena dia hanya sendirian. Tidak ada orang lain di sini.

Aku menggenggam tangan Jennie sebagai tumpuan kekuatannya. Dia harus hati hati karena perutnya sensitif, akan sakit jika salah bergerak.

"Asam lambungmu kronis, kau harus menjaga pola makan mu dan mengurangi alkohol." Ucapku, aku memiliki pengalaman buruk dengan asam lambung, teman masaa kecilku meninggal karena penyakit umum itu. Dia merasa itu bukan apa apa sehingga dia terus melanggar ucapan dokter hingga lambung dan usus nya bocor dan tidak terselamatkan lagi.

"Aku hanya manusia biasa, perlu untuk berbuat lalai." Jennie terkekeh. Aku menghela napas, aku serius karena asam lambung bukan hal yang perlu disepelekan.

"Kau benar benar harus menjaga itu semua, Jennie. Masalah perut bukanlah hal yang tidak penting. Itu sangat penting, lihat dirimu sekarang." Aku bicara dengan nada khawatir. Aku teringgat mendiang temanku itu.

"Nee, aku akan mengatur pola makanku." Jennie tersenyum canggung, kurasa aku terlalu serius saat bicara?

"Maafkan aku, kau harus tetap berada di sini. Harusnya kau menemui Yubi karena dia juga sedang sakit." Ujar nya. Aku kemudian duduk di kursi yang ada di sebelah bed.

Tentang Yubi, aku terpaksa tidak mengunjunginya meskipun dia sedang sakit. Aku memeriksa ponselku berulang ulang kali, jika dia mengirimku pesan mungkin aku akan segera ke sana tapi dia tidak bertanya apapun. Jadi aku pikir dia melupakannya. Yubi juga memiliki keluarga di sini, dia punya teman jadi mungkin mereka akan memberikannya perhatian. Yubi tidak sepenuhnya membutuhkanku, aku yakin itu.

"Ini tidak akan menjadi masalah bagi nya. Dia gadis yang santai dan pengertian, dia teman yang baik. Ku rasa dia juga pulang ke rumah orang tua nya, jadi aku tidak perlu datang menemuinya."

Jennie kemudian mengangguk.

"Kau masih merasakan sakit di daerah perut?" Tanyaku. Jennie menggeleng dan itu membuatku cukup tenang. Setidaknya dia hanya perlu pemulihan untuk bisa pulang ke rumah.

"Lisa maafkan aku-"

"Berhenti meminta maaf, lebih baaik ceritakan tentang dirimu." Aku tiba tiba ingin bertanya. Aku sudah bisa menebak pasti dia menatapku aneh, dan benar saja. Jennie mengerutkan dahinya sekarang.

"Aku?"

"Ya, ceritakan tentang dirimu."

Jennie diam sejenak, dia seperti berpikir akan memulainya dari mana. Aku bersedia menunggu, kupikir dengan tahu seperti apa Jennie akan lebih leluasa bagiku untuk berteman dengannya.

"Aku merupakan keturunan asli Korea, namun di usiaku yang menginjak 4 tahun aku dibawa ke Jepang karena orang tuaku berpisah. Aku tinggal bersama Ayah ku karena hak asuh jatuh ke tangan Ayah ku. Aku tidak datang ke Korea selama bertahun tahun dan ke sini lagi saat orang tua ku rujuk. Itu saat aku berusia 14 tahun. Kami tinggal di sini lagi setelah 10 tahun kami berpisah. Kemudian saat aku mulai masuk sekolah menengah atas, orang tuaku pergi ke Jepang karena urusan bisnis, aku tidak bisa ikut dengan mereka karena aku tidak bisa meninggalkan studiku jadi aku hanya berkunjung jika memiliki waktu luang."

Crushed Flowers | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang