17. Tak sesingkat itu

16 3 0
                                    

Pagi nya Laura terbangun dari tidur nyenyak nya seperti biasa ia melihat laki-laki tampan di samping nya sedang tertidur lelap.

"Laura punya gw..." Gumam Xanetra tak sadar ia masih dalam mimpi, mendengar ucapan itu membuat Laura terkekeh geli ia menahan tawa nya, mata nya kini lekat menatap ke wajah rupawan Xanetra.

Mata lentik oh sangat indah hidung mancung bibir yang sangat indah pahatan yang sempurna Laura sungguh terkesan dan takjub akan pahatan kekasih nya, ia tak pernah menyangka ia akan berada di samping Xanetra hewan buas dan mampu menenangkan hewan buas itu.

Tangan cantik Laura mulai mengusap wajah Xanetra lembut, mata laki-laki itu terbuka ia langsung tersenyum manis saat melihat Laura sedang menatap nya takjub.

Senyuman Xanetra barusan langsung membuat hati Laura tak karuan jantung nya berdegup kencang seakan tak beraturan pipi nya memerah namun mata nya tak lepas dari kedua bola mata coklat Xanetra.

"Kenapa sayang?" Tanya Xanetra tersenyum lebar.

Meski Xanetra terkenal di kalangan wanita tapi jarang sekali Xanetra tersenyum selembut ini atau notabene nya tidak pernah, namun kini Laura merasakan jantung nya akan lepas melihat senyuman lebar manis dari kekasih nya.
***
Di meja makan seperti biasa mereka berbincang santai sambil menikmati makanan, namun kini suasana hangat itu harus terpecah kan saat suara seorang wanita terdengar memanggil nama Xanetra.

"Xann... Xanetra'' panggil Cinderelle mendekati meja makan.

Muncul lah wanita cantik bertubuh tinggi dan langsing warna kulit putih sempurna kini mengenakan pakaian casual nya mendatangi Xanetra yang sedang asyik bicara dengan Laura.

"Eh kamu Laura ya, hai salam kenal aku Cinderelle." Ucap Cinderelle.

Namun Laura hanya mengangguk pelan mata nya terus menatap ke arah piring di depan nya, Xanetra yang mulai sadar mata gadis nya kini penuh air mata yang ia tahan.

"Sayang, kenalin ini rekan bisnis ku."Ucap Xanetra menenangkan kekasih nya sambil mengelus pundak gadis itu pelan.

"Oh hai aku Laura." Ucap Laura singkat kemudian ia naik ke lantai dua meninggal kan kekasih nya bersama Cinderelle.

Xanetra memijit kepala nya pelan kemudian ia menyilangkan kaki nya lalu duduk di depan Cinderelle.

"Ada apa?" Tanya Xanetra seketika aura Xanetra berubah derastis sangat beda saat ada Laura dan tidak ada laki-laki itu kini menjadi sangat datar menyeramkan bahkan dingin.

"Bentar lagi ada rapat." Jawab Cinderelle kebingungan apa yang terjadi.

"Oh kau pergi aja dulu saya nyusul." Suruh Xanetra.

"Oke." Balas Cinderelle santai kemudian pergi meninggal kan Xanetra.

Xanetra segera menaiki tangga ia memasuki kamar namun kamar di kunci dari dalam.

"Laura, please jangan ngambek pagi-pagi okey, Cinderelle itu rekan kerja kami ga ada hubungan apa apa kok Laura Cinderelle bahkan udah punya tunangan.

"Ga peduliii." Sahut Laura teriak.

Terpaksa Xanetra harus mendobrak pintu kamar nya.

'brakk' pintu terbuka terlihat lah gadis kecil nya sedang menyakiti tangan nya dengan Silet menggaris tangan nya dengan Silet sehingga garisan tangan sudah terbentuk di sana beberapa darah mengalir di tangan kecil Laura.

Hal itu sedikit membuat Xanetra kaget lalu mendekati Laura.

"Apa kaya gini?, jangan lukai diri kamu sendiri dong sayang, kan yang salah aku." Tegas Xanetra mengelap darah di lengan Laura dengan selembar tissue.

Laura menangis se isakan ia mengusap air mata nya kasar, Xanetra kemudian memeluk gadis itu suara tangis Laura semakin kencang.

"Udah, gapapa kok," Xanetra menenangkan Laura.

Beberapa menit menenangkan Laura akhirnya gadis itu tenang.

"Xan, kita putus aja yah." Ujar Laura ia menatap kebawah.

"Kenapa?" Tanya Xanetra sedikit kecewa.

"Aku ngga pantes bersanding sama kamu, aku dari keluarga biasa kamu dari keluarga kelas atas." Tegas Laura mendongak kan kepala nya untuk melihat wajah murung datar dan dingin Xanetra.

"Itu ngga jadi masalah, aku cinta kamu bukan status keluarga kamu atau apalah." Bantah Xanetra.

"Tapi Xan aku jauh dari kata sempurna, aku yang selalu cemburuan yang selalu marah-marah ga jelas."

"Aku kaya ngga pantes banget buat kamu Xan." Sahut Laura lagi kini air mata nya mulai turun membasahi pipi chubby Laura.

"Kenapa gitu? Aku ngga pernah mikir gitu, aku cuma mau kamu ada di samping aku ngga lebih."

"Udah Xan aku ngerasa capek banget harus selalu ovt sama orang-orang terdekat kamu." Sahut Laura kemudian ia bangkit dari kasur yang ia duduki, aku berjalan keluar namun tangan besar Laura menahan lengan nya.

"Xan." Laura menepis tangan Xanetra kemudian ia keluar meninggal kan Xanetra sediri.
***

Xanetra Laura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang