'MENTRI PERDAGANGAN TERLIBAT SKANDAL JUAL BELI MANUSIA?, KORUPSI LIMBAH DAN KEJAHATAN SEKSUAL!".
BOOMING.
Satu kata yang ramai di perbincangkan orang orang saat ini, bak sebuah bom jatuh wibawa seorang mentri perdagangan di negara itu runtuh dalam satu malam di tangan Koran Harian Terbit, ntah bagaimana ricuhnya situasi sekarang, polisi berbondong bondong mencari dan menangkap pelaku, Nabila juga ambil bagian, gadis itu sedari pagi tadi di tahan di kantor polisi sebagai saksi, tulisannya di pertanyakan kebenarannya, ia juga di cercai beberbagai macam pertanyaan dapat yang di jawabnya dengan lugas.
"Bagaimana kamu bisa menuliskan artikel seperti ini!". seorang polisi membentak, nadanya tak sabaran, ia menjatuhkan Koran terbitan miliknya diatas meja, Ramai, saat ini bukan hanya memuat tentang Mentri saja, ia juga menjadi sosok yang ikut ikutan di tarik dalam berita tersebut.
"Saya menuliskan sesuatu yang saya ketahui, bukan kah ini sebuah teguran untuk para penguasa itu, mereka sibuk berleha leha, sementara rakyat makan sehari saja pun susahnya minta ampun". Gadis itu mendongkak menatap Polisi menantang.
"Bukti sudah saya ajukan bukan?, analisa saya tak pernah salah, saya bahkan bisa membawa dua saksi atau lebih yang bisa memberikan keterangan lebih lanjut jika kepolisian kurang berkenan dengan apa yang saya ucapkan".
"Omongan saya dapat di pertanggung jawabkan".
Polisi diam, dua orang berseragam di ujung ruangan mendekat, tiga orang total yang ada didalam sini, menintrogasi Nabila sedari beberapa jam yang lalu.
"Hah, Baiklah!". Seorang polisi dengan bintang empat masuk, perawakannya lebih tua, mungkin ia adalah kepala dari para polisi muda ini.
"Kamu masih menjadi saksi disini, maka kamu masih akan kami awasi beberapa hari kedepan, kami pihak kepolisian, akan menganalisa semua bukti dan tuduhan yang kamu tuliskan di artikel itu, jadi satu anggota kami akan mengawasi kamu kemanapun saat ini dan beberapa waktu kedepan".
"Jaga jaga, agar seseorang tak melarikan diri". Nabila mendengus, tuduhan palsu sekaligus satiran itu memang untuknya, namun ia tak peduli, ia sudah muak saat ini.
Seseorang kembali masuk lewat pintu, kali ini lelaki muda dengan tampilan serupa seperti orang orang yang mengintograsi Nabila tadi berdiri dihadapan polisi bintang empat.
"Ini anggota kami, kamu akan diawasi olehnya mulai sekarang". tanpa memperdulikan kesopanan, Nabila mengangguk sekali lalu berjalan ingin keluar kearah pintu.
"Jangan merasa besar, seekor kelinci kecil tidak baik lompat tinggi tinggi". lagi sebuah sindiran kembali di ucapkan oleh Polisi bintang empat itu, Namun Nabila tak peduli, ia ingin pulang dan rebahan, biarkan saja Polisi yang mengawasinya berdiri di depan Kontrakan miliknya, is pusing sekali hari ini.
****
"Gimana Ron?". tanya seseorang yang duduk bersandar di sofa.
Rony yang sedang mengutak atik kamera miliknya hati hati, menatap orang tadi dan mengangguk tenang, ia tau kemana arah pembicaraan ini di mulai.
"Tenang aja, beres semua, Lu hubungin saksi kemarin yang kita tangkep, bilang sama mereka untuk jujur di hadapan Polisi Polisi itu, kalo ternyata Polisi sialan itu mainin hukum lagi, gue sendiri yang bakal lepasin gadis itu di penjara". Rony menatap datar pada lawan bicaranya, terlihat delapan orang itu mengangguk acuh menatap Sang ketua.
"Lu yakin sama gadis itu Ron?". kali ini orang lain yang bertanya, suara halus seorang gadis yang hanya ada dua dalam ruangan itu terdengar sangat halus.