Siang ini cuaca tampil dengan begitu bersahabat, meski matahari menyembul malu malu dalam balutan mendung yang tak begitu gelap, namun angin sepoy yang dingin menabahkan kesan santai membuat cuaca terlihat begitu 'agak sedikit' bersahabat.
Seorang lelaki terduduk di belakang sebuah bangunan luas, lelaki itu menyesap ujung Rokok yang ia nyalakan saat ini, menikmati nikotin nikotin yang hinggap ke bibirnya, lalu keparu parunya dan ia buang dengan bebas, ia nampak begitu santai hari ini.
"Ting".
Sebuah notifikasi muncul dalam layar ponsel miliknya, ia menatap sekilas acuh, lagi lagi memilih tak peduli dan asik kembali melamunkan hal yang masih abu abu dalam benaknya.
"Ting".
"Ting".
"Ting".
Kali ini notifikasi tampil lebih banyak, membuatnya sedikit terganggu dan mau tidak mau, mengecek ponselnya yang sedari tadi ia letakan di samping kursi panjangnya.
'Dua kasus besar yang menyeret nama besar, adaapa sebenarnya negara ini?'.
'Tindakan ilegal dan pencucian uang, serta sekandal menteri perdagangan?, apa yang terjadi sebenarnya?'.
'Menilik lebih dekat, profil Nabila, Jurnalis Yang Viral karena dua kasus boomingnya!'.
'Siapakah orang di balik Jurnalis Viral?, Apakah Nabila adalah agen mata mata tersembunyi, atau salah satu simpanan dari pejabat tinggi?'.
Artikel artikel dengan banyak judul berseliweran, lelaki itu terkekeh saat melijat judul terakhir yang ia baca, sedari awal ia memang tau kemana arah media ini menggiring opini.
"Senjata Media memang sangat tajam, satu kalimat typo saja, bisa di goreng berbagai macam berita oleh media".
"Ah menyebalkan!".
"Manusia bodoh". umpatnya, lelaki itu kembali menyimpan ponselnya, ia tak ingin terbebani banyak hal lagi, mendemgar dua berita viral yang meledak sekarang membuatnya senang, tugasnya jadi lebih ringan saat ini.
"Ron!". Mata lelaki itu menelisik, menatap orang yang memanggilnya tadi, ia menghela nafas saat melihat Tama, Diman dan Alvin yang masih berada dalam bescamp luas itu.
"Apa?, Lu pada gak keluar?". tanya lelaki tadi yang ternyata Rony, ekspreainya datar, acuh tak acuh tak peduli pada mereka.
Alvin mendekat lebih dahulu, disusul Diman dan Tama yang mengikuti, ia menepuk bahu Rony lalu duduk sejajar dengannya di kursi yang masih panjang itu, "Lagi lagi tebakan lu bener, media bener bener kacau sama kasus kemarin". ucap Alvin mengawali, lelaki sipit itu tersenyum Palsu, agak terpaksa namun tulus?.
"Tapi agak kasian gak sih sama tuh cewek, Fitnahannya kenceng banget, simpanan penjabat katanya?, ah elah yang ada simpenannya Lu Ron!". Tama dengan gaya asalnya menyeletuk, pada dasarnya diantara mereka semua, Tama ini salah satunya orang yang ceplas ceplos, ia akan berbicara sesuai yang ia rasakan, meski kadang banyak menlukai orang sesekali oleh kata katanya.
"Omonganya!, gak bisa di filter emang nih, tapi emang iya sih". Diman terkekeh, sedikit setuju dengan celetukan Tama.
Rony sendiri diam, ia kembali membakar Rokok barunya, menyesapnya dengan penuh nikmat sebelum membuang asapnya sembarangan, ia tak peduli anggota anggotanya berbicara apa, ia lebih tertarik dengan isi pikirannya yang lebih berisik dari pada mereka.
"Tapi kemarin tuh cewek kayaknya kekurung di kost kostannya, gila wartawan sekarang emang ya, gak boleh ada bahan dikit bukannya kasusnya yang di sorot, ini malah jurnalis viralnya!". Rony refleks menatap Tama yang bicara santai tadi, ia diam diam menghela nafas, Ah gadis itu bagaimana kabarnya ya?, apa ia kesal karena ia tiba tiba hilang dalam dua hari ini?.