8

170 25 20
                                    

Rony menghela nafas, kala langkah kakinya tak sengaja membawa tubuhnya untuk berada di depan sebuah kostan petak yang berjejer, ia melihat satu persatu pintu kost yang berdekatan, hampir saja dengan tanpa di kontrol kakinya kembali berjalan, ingin sekali menghampiri deretan kost ke 2 dari 15 pintu itu.

"Ron!".

Rony tersentak, ia menatap datar orang yang berteriak memanggilnya tadi, pandangan lelaki itu menukik, saat mendapati Paul tengah berdiri, dengan ekspresi panik dan dengan kening yang berkeringat basah.

"Kenapa?".

Paul mendekat, lelaki itu tak memiliki banyak waktu saat ini.

"Nabila hilang!". ucapnya memberitahu Rony.

Mendengar ucapan spontan itu Rony mendongkak, menatap lekat wajah Paul memastikan Polisi muda itu tak berbohong dan macam macam dengannya.

"Bohong". ucap Rony menyela, ia tak percaya.

"Beneran, gue pagi tadi gue mau nganterin paket dia yang kemarin di titipin kurir sama gue, tapi kostannya sepi".

"Gue minta tetangga kostannya tolong panggilin kedalem juga gak ada, kosong Ron, Nabila ilang!". dengan serius Paul kembali menyakinkan, ia benar benar panik saat ini.

"Ah sialan!, kok bisa lu kecolongan!". Rony berteriak, tangannya sebelah menarik kerah baju milik Paul emosi.

"Lu bilang tugas lu ngawasin Nabila di kepolisian, kok lu kecolongan!". bentak  , ia menatap nyalangPaul yang hanya menatap datar, tak membela, memberontak atau sekedar melepaskan.

Paul diam, tak menjawab apapun, ia menunduk menyesal ntah kenapa, "Ketua kepolisian nurunin jabatan gue ke bawahan lagi, tugas gue seolah sengaja di tumpuk biar gue gak bisa ngawasin Nabila lagi".

"Ini juga salah lu, andai kata lu gak bantuin Nabila buat artikel yang viral kayak kemarin, gue masih bisa ngawasin gadis itu!". Emosi Paul, matanya menarawang jauh, helaan nafas berat terhembus sesak, pemuda itu benar benar menyesali nasibnya yang malang saat ini.

Cekalan Rony pada kerah baju milik Paul mengendur, lelaki itu membuang nafas kasar, lalu meninju udara asal, melampiaskan rasa  kesal yang bercokol di hatinya.

"Lu bisa pastiin Nabila gk di culik bukan?, bisa aja dia lagi ke warung atau kemana gitu?". tanya Rony kali ini sedikit mengontrol emosinya.

Paul menggeleng, sayangnya ia tak bisa memprediksi apapun, pasalnya ia melihat beberapa orang yang datang ramai dan sedikit berdesak, perasaannya sedikit khawatir, ia tak bisa menghalau perasaan negatif yang semakin membesar di kepalannya.

Melihat Paul yang hanya diam dan menggeleng, Rony mengacak rambutnya kesal, ah, ada ada saja?, kenapa baru 3 hari ia melepaskan pengawasan dari gadis itu, kini gadis itu hampir terkena bahaya.

"Ada sesuatu mencurigakan pas gue gak ada?". tanya Rony kali ini lebih mendesak.

Paul hendak kembali menggeleng, sebelum ia sadar satu hal yang membuatnya kembali berfikir, "Tiga hari lalu, Nabila ngebawa cewek asing, dia ngenalin diri sebagai penulis historis terkenal".

Rony melebarkan kedua matanya mendengar kalimat terakhir Paul, batinnya menebak, 'Mana mungkin?', lelaki itu menggeleng sekali, mengusir pemikirannya yang tertuju pada satu orang yang mungkin ia kenal.

"Cewek itu ngenalin namanya Salma, lu kenal Ron?". tanya Paul.

'Salma' nama itu kembali terdengar setelah sekian lama tak terdengar kabarnya, Rony menutup matanya pening, kepalanya benar benar pusing saat ini, ah lagi lagi ia kecolongan.

"Paul dengerin gue, tolong lu cari keutara, kita bagi tugas ini biar cepet, biar gue cari ke timur, kali aja Nabila  cuman lagi nyari makan atau apapun itu". mencoba tenang Rony mengintrupsi Paul, ia tak ingin terlihat mencurigakan sedikit apapun.

Mendengar usulan Rony, Paul mengangguk, ia mengiyakan usulan masukakan Rony, mereka berdua harus bekerja sama agar Nabila cepat di temukan.

"Yaudah gue keutara, kabarin kalo lu ketemu Nabila ya". tanpa kata  lagi Paul meninggalkan Rony sendirian, membuat lelaki datar itu menghela nafas lega.

Segera, Rony mengeluarkan ponselnya, menelpon seseorang di ujung telpon sana yang terkoneksi jaringan.

"Rahman, lacak keberadaan Salma, pastikan Diman gak berhianat di balik ini semua".

"Dan kosongkan bestcamp, bawa Novia dan Bunga ke tempat aman, pastikan tempat itu gak mebinggalkan jejak kita sesenti apapun!". tanpa mendengar suara balasan di ujung sana, Rony mematikan posel miliknya, menatap tajam seolah benda itu bisa hangus dan terbakar karena tatapan miliknya.

"Ting".

Sebuah pesan dengan notifikasi yang berbunyi masuk dalam ponselnya.

"Kali ini pastikan posisimu kembali aman, Ranu".

Satu baris kalimat itu, ntah apa maksudnya namun bisa membuat pemuda minim ekspresi itu terbakar.


*****


"Neyl!, bawa Novia sama Bunga pulang, dalam beberapa jam tempat ini harus hangus dan dibakar buat ninggalin jejak". Rahman berseru.

Semuanya menatap bingung pemuda itu, kedelapan orang yang sedang duduk santai itu kini menatap Rahman penuh tanya, ada apa sebenarnya?.

"Ah, lagi lagi ketahuan ya?, cepet banget, pasti gara gara gadis itu kan?!". Tama berdiri, wajahnya menantang namun tingkahnya santai, sedari awal, ia memang tak pernah suka dengan kehadiran gadis hijab itu saat pertama kali di bawa oleh Rony kesana.

"Gak usah cari ribut, cepet lakuin aja yang gue suruh!". intrupsi Rahman.

Semuanya diam, ini bukan yang pertama kali untuk mereka berpindah pindah tempat karena hampir ketahuan, mungkin ini yang kesekian dan sekian yang pernah mereka alami, maklum saja tergabung dalam organisasi yang mengamcam permainan kotor politik pemerintah, membuat kesembilan orang itu rawa terluka, diteror, atau hilang, namun selama mereka dibawa pengawasan Rony, selama itu pula kedelapan orang itu mampu bertahan sedikit lebih lama dari pada tikus tikus kotor yang bersembunyi di balik kata rakyat.

Baru saja Rahman akan melangkahkan kakinya, ia berbalik, menatap Diman yang duduk santai, lelaki itu menunjuk Diman bak sebuah jaksa penuntut umum, "Diman, gue gak tau apa yang lu lakuin sampai Rony nyurigain lu, tapi satu hal yang pasti, gakada tempat buat penghianat disini, jadi pastiin lu bukan bagian penghianat itu bro!". setelah mengucapkan kalimat itu Rahman pergi, ia mempunyai tugas penting lainnya saat ini.

Melihat Rahman yang berlalu begitu saja, semua orang yang tersisa kompak melihat kearah Diman, ada apa sebenarnya?, kenapa lelaki  kalem itu sedikit di curigai Rony, apa  yang sebenarnya di lakukan Diman, hingga Rony mencurigai lelaki  itu.

"Bubar, kita lakuin perintah Rahman, gue bawa Novia sama Bunga ketempat aman, kita bertiga bakal cari lokasi aman buat kalian susul nanti!". ucap Neyl.

"Tam, lu sama Alvin pastiin brangkas milik Rony kebawa, lalu beberapa dokumen dan berkas penting tolong amankan".

"Dan lu Daniel, seperti ucapan Rahman tadi, awasi Diman". Neyl menatap Diman yang hampir memberi protes padanya, "Sorry bro, gue bukannya gak percaya hanya berjaga jaga". ucap Neyl pada Diman, lelaki itu menepuk sekilas bahu Diman sebelum pergi menghilang di kearah pintu keluar, kali ini lagi lagi mereka harus membagi tugas, dan lagi lagi kembali melarikan diri demi menyelamatkan diri.















________________________








TBC.






Kangen author???





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raksa Frasa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang