"Lu ngapain masih ngikutin sih Paul, ini udah seminggu, kasusnya juga udah kelar, Mentri Perdagangan udah di tangkep dan gue terbukti nerbitin artikel yang bener!". Nabila mendecak, tangannya berkecak, ia marah pada Polisi muda yang mengikutinya itu, sudah satu minggu penuh ia merasa di ikuti dan di awasi, was was dan risih tentu saja ada, namun sebagai perantau yang baik yang menjaga adat ia tau mengusir pemuda itu secara paksa adalah bentuk ketidak sopanan.
Paul diam, ia duduk di kursi biasanya yang disediakan untuknya, kontrakan kecil ini hanya memiliki dua ruang, dan ruang untuk Paul adalah sebuah kursi sedang depan pintu yang sengaja Nabila taruh disana, ia tidak akan mungkin bukan mengajak lelaki itu masuk dan menginap dalam kontrakannya, Mau di tahur dimana mukanya jika keluarga nya di desa tau.
"Dret-Dret-Dret".
Paul tergesa gesa bangkit, ia mengangkat ponselnya menjauh dari Nabila yang mendengus, gadis itu hampir darah tinggi rasanya jika teeus seperti ini setiap hari, manusia irit bicara itu susah sekali untuk di ajak bicara.
Seolah mendapat kesempatan, Nabila memperhatikan keadaan, ia mengendap endap keluar kontrakan meninggalkan Paul yang masih sibuk dengan ponsel di telinganya, ntah siapa yang menghubungi lelaki jangkung itu, Namun Nabila berterimakasih untuk siapapun itu, setidaknya ia bisa menghilang sejenak dari pantauan Polisi Muda tersebut.
****
"Hah gerah banget, Mau minum yang dingin dingin!". keluh Nabila, gadis itu kini berjalan kaki sembari mengalungi Kamera miliknya, kali ini ia akan mencari kembali berita menarik untuk di terbitkan, setelah seminggu kemarin ia menjadi saksi tahanan yang diawasi oleh Polisi polisi itu.
"Asiknya kemana ya?, cari berita gimana?, grup lagi sepi ini".
"Hufth". gadis itu terduduk setelah berjalan terlalu lama, ia membeli minuman dingin diwarung samping jalan, lalu meneguknya sedikit, menghilangkan rasa haus yang tadi menerpannya.
"Ngapain Nab disini?".
Terkejut, Nabila berbalik, hampir saja ia menyemburkan minuman yang masih belum terteguk di tenggorokannya, ia melotot melihat Rony yang tersenyum dan duduk disebelahnya, sedari kapan?, kok pemuda itu seperti jelangkung saja, datang tak di undang, pulangnya pamitan tapi.
"Uhuk-Uhuk".
"Ron!, gak usah ngagetin bisa!". Teriak Nabila, gadis itu wajahnya memerah, minuman yang di teguknya tadi sedikit masuk ketenggorokan dan membuatnya tersedak.
Rony terkekeh melihat itu, ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling yang sepi, lalu mendekatkan wajahnya ke gadis yang masih misuh misuh itu, "Polisi jangkung itu udah gak ngikutin?". tanya Rony dengan wajah yang dekat.
"Gak Aku kabur, Paul nungguin mulu di depan kontrakan, padahalkan udah seminggu, Pak mentrinya juga udah kebukti bersalah, Tapi masih aja dia ngawasin!". Rony mengangguk mengerti mendengar itu, ia melihat minuman yang di pengang Nabila, merebutnya Paksa dan meneguk setengah dari minuman tersebut.
"Ronyyyyyyy!!!!!!".
"Itu punya Nabbbbb!!!".
Nabila berteriak setelah melihat botol minumnya kosong habis di minum Rony, gadis itu menepuk bahu Rony kencang, menyalurkan amarahnya yang kini datang setelah ia tahan sedari tadi, Ah Nabila gemas sekali, Rasanya ia ingin menggigit pemuda di depannya ini, "Ngeselin banget sih, Nab gigit tau rasa kamu". geram Nabila yang terdengar oleh Rony.
"Hahahahahaha".
"Ayok gigit, mau dong di gigit!". Rony tersenyum menantang, kali ini pakaian lelaki itu rapih dengan jaket army miliknya dan jeans panjang di kakinya, ia teelihat sangat maskulin saat ini, aurannya benar benar terlihat aur auran, ditambah lelaki itu sekarang seakan tak tau malu, berteriak terbahak bahak di tepi jalan membuat beberapa pasang mata memandangnya dengan aneh.
"Udah ngambeknya, nanti Gue beliin merk lain yang banyak!". acuh Rony, lelaki itu menoyor kening Nabila menjauh, membuat gadis itu mendengus.
"Kenapa merk lain?, Nab maunya itu, lagian kenapa sih seneng banget ngebuat emosi, itu merk halal juga terkenal lagi!".
"Limited Edision ini!". kekeh Nabila, ia masih merajuk kesal lada Rony yang kini tersenyum gemas menatapnya.
"Tau dari mana itu halal?". Ron memiringkan kepalanya menghadap Nabila, ia menatap gadis itu penuh tanya.
Nabila mengerutkan keningnya, kok Rony sepolos itu, jelas jelas logo halal dengan besar tertulis disana, lelaki itu malah menanyakan hal sepele untuk di bahas, "Mabok ya kamu Ron?, itu gambarnya jelas gitu apaan?, stiker warnet?". kesal Nabila, ia banyak kesal sekali hari ini, bisa bisa kepalanya pecah, memang benar seharusnya ia jauh jauh dari para lelaki ini, satu hari ini sudah dua lelaki yang membuatnya pusing bukan kepalang.
"Ye!, keliatannya tukang mabok gitu gue". Toyor Rony, ia menatap malas gadis yang kini menatapnya tajam.
"Gue juga lihat logo halal disana, tapi emang lu yakin kalo produk itu bener bener halal?, jangan mau dibego begoin perusahan gede deh, lu tuh mayoritas, jangan mau di kibul kibulin minoritas!". Nabila memasang raut tak percaya, ia menatap Rony rumit, kenapa lelaki itu bisa menyimpulkan sejauh itu, memangnya apa yang Rony ketahui dari perusahan tempat industri prodak tersebut.
"Jangan ngelamun, muka Lu tambah jelek". ejek Rony tersenyum culas, ia menatap Nabila, kakinua diselonjorkan, lalu kedua tangannya menopang tubuhnya di belakang, kepalanya masih setia menatap gadis yang berada disebelahnya itu.
"Lu lagi cari bahan terbit kan?, kalo gue bilang itu bahan bagus, lu mau nyari tahu sendiri?, jangan minta bantuan gue, rugi dong kemarin udah dikasih bahan artikel yang bagus, masa sekarang minta lagi?". Rony menarik turunkan alisnya dengan tatapan menggoda, ia bisa lihat binar keraguan di mata bening milik Nabila, gadis itu seperti berfikir serius akan ucapannya tadi.
"Jangan fitnah deh Ron?, Kalo pun minuman tadi ada bahan yang gak halal emang bahannya apa?, cuman minuman doangkan, mungkin ada kesalahan". ucap Nabila, meskipun ragu ia tatap balik Rony.
Rony tertawa, lelaki itu kembali menarik perhatian sekitar, ia mengusap puncak kepala Nabila, lalu merangkul gadis itu, menariknya sedikit lebih dekat dalam kukungan bahunya, "Mereka gak ngeluarin minuman doang, ini tuh milik brand besar, coba lu cari tahu siapa yang ada dibaliknya?, inget semua orang besar gak bener bener sebersih itu buat besar". bisik Rony, bibirnya terhalang hijab hitam milik Nabila, namun hela nafas yang keluar dari mulutnya menghembus hangat disana.
"Pikirin baik baik dulu, nanti lu bisa hubungin gue kapanpun itu".
"Gue bakal pertimbangin sedikit membantu, tapi jangan berharap lebih sama gue, gue gak sebaik itu nolongin seseorang yang gak nguntungin sama sekali". Rony tersenyum misterius, tatapannya menggelap tajam, ntah untuk apa, namun sepertinya Nabila rasa itu benar benar bukan pertanda yang baik.
______________________
TBC.
Yoks, kita lanjut....
Double Up!!!🙌🙌