02.

24 5 0
                                    

Aku melihat kearah jam dinding didekat pintu kamarku ternyata aku sudah menghabiskan 4 jam untuk membaca novel.
Aku menutup novel tersebut dan meletakkan diatas meja belajar ku, aku berniat turun kebawah untuk makan malam.

Ternyata disana sudah ada ayah yang duduk menunggu ku untuk makan malam, entah kapan ayah pulang aku tak mendengar deru besin mobilnya tadi mungkin karena aku keasikan membaca novel sampai tak memperhatikan sekitar.

" Ayah nyampe jam berapa" tanyaku sambil menggeser kursi didekat ayah.

"Tadi sebelum Maghrib, kamu abis ngapain baru turun?" Jawab ayah padaku sambil menuangkan air putih.

"Aku habis baca novel, tadi pinjam di perpustakaan sekolah yah"  celetuk ku sambil melihat Bi Inah  menyiapkan makan malam kami hari ini.

Aku melihat ada beberapa makanan kesukaan ku disana, aku seketika tersenyum dan " terimakasih Bu Inah tau aja aku lagi pengen asam udang hehe"

" Iya tasy tadi bibi liat di tukang sayur masih ada udang keinget Tasya suka" jelas bibi padaku sambil mengambilnya untukku.

"Wahh bibi ini selalu enak tau" ceriaku saat merasakan makanan ini.

"Bibi kebelakang dulu ya pak, tasy" pamit bi Inah pada kami.

" Tasy tadi pulang bareng Radit kan"
tanya ayah padaku ketika kamu sudah selesai makan malam dan duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.

" Iya yahh tenang aja" sahutku sambil membuka cemilan dan memakannya.

"Kayanya besok ayah ga bisa nemenin kamu ambil motor di bengkel tasy, kamu sama Radit gapapa?" Pinta ayah kepadaku.

Ayah selalu seperti itu mementingkan pekerjaan nya yang paling ia sayang, sudah tak dihiraukan lagi, aku hanya mengangguk dan berniat keluar rumah untuk menghirup udara segar.

"Aku ke taman belakang yah" pamitku bangun dari sofa dan berjalan keluar.

Aku duduk dikursi taman yang memang Sekar dengan rumahku, aku melihat orang berlalu lalang menikmati malam Minggu yang cerah ini.

Aku melihat keluarga kecil yang sedang camping mungkin mengikuti kemauan anaknya yang terlihat seperti umur 8 tahun. Sangat harmonis ayah yang menemani Putrinya membaca buku dan ibu yang mendengarkan cerita anak laki-lakinya tentang bulan.

Aku selalu iri dengan keluarga yang harmonis itu, bukanya tidak bersyukur namun rasanya sulit.
Ayah cerai saat aku masih kecil mungkin seumuran dengan anak perempuan itu 5 tahunan mungkin, ibu memilih pergi dan tidak pernah mengabariku sampai saat ini, aku ga tau kenapa mereka berdua bercerai yang aku tau hanya ibu memilih laki-laki lain dari pada ayah.

Aku tak membenci ibu, justru aku ingin tau kenapa ibu melakukan itu pada ayah.
Tak terasa air mataku luruh dan seseorang menghapusnya dengan tisu tebalnya.

Aku menoleh dan menemukan seorang laki-laki tadi yang menjemput ku pulang " ditt"

" Apa, kamu ngapain disini sendiri biasanya juga kerumahku ko" omelnya sambil menghapus bekas-bekas air mata diwajahku.

Aku hanya diam dan menatapnya ia terlihat tampan walau hanya memakai baju putih polos dan celana crem pendek selutut.

"Ditanyain juga malah liatin aku kaya gitu, iya aku tanpam ko" sambungnya dan mulai narsis nya.

aku mengalihkan pandanganku kedepan dan menegakan tubuhku yang tadinya bersandar pada kursi.

"Narsis amat sih ditt" timpaku padanya yang mulai mengalihkan wajahnya juga kedepan.

" Ya gapapa dong jadi manusia sesekali harus percaya diri kan"

"Iya bener tapi kamu ga sesekali dit" gemasku padanya

RADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang