Seperti yang ayah bilang tadi malam hari ini motor ku sudah bisa diambil, namun kali ini aku sendirian tak seperti biasanya yang selalu bersama Radit.Aku tak ingin selalu merepotkannya karena aku paham suatu hari nanti pasti kami akan menjalani kehidupan masing-masing.
Atau mungkin karena kejadian tadi malam yang membuat ku mengurungkan niat untuk mengungkapkan pesan ayah, melihat wajah radit yang sangat antusias membuat ku tak enak jika harus selalu merepotkan nya.
Aku menunggu bus datang seorang diri di halte dekat rumahku, aku memang sangat jarang menaiki kendaraan umum, namun aku pernah pulang sekolah sendiri karena tak membawa motor dan Radit tak bisa menjemput ku kala itu.
Bus pun datang dan aku beranjak masuk untuk memilih kursi yang kosong, aku memilih memasang earphone yang terdapat di tasku dan memandang jalan yang begitu ramai akan muda-mudi yang menikmati hari liburnya.
Terlalu larut dalam pikiranku sampai bus berhenti pun aku baru sadar, aku turun di dekat mall yang ada di kota ini.
Aku memilih berjalan kearah tempat yang ditunjukkan ayah lewat maps. Aku melihat-lihat sekitar siapa tau aku melewatkan jalannya dan malah tersesat.
Namun bukan itu yang aku temui. Tapi, aku melihat seorang anak kecil yang menangis dipinggir jalan
ku hampiri ia "de kenapa disini" celetuk ku padanya sambil berjongkok
Ia melihat kearah ku dan menangis keras
"Eh eh Mesya kamu ngapain sendiri" sambungku dengan nada bingung."Ka tata huaaa" ia mengis keras aku merengkuh badannya kedalam pelukanku.
Ketika ia sudah mulai tenang ia menatapku " Kaka tadi bunda suruh aku tunggu tapi aku malah pergi" ucapnya sesegukan.
Aku mulai paham ia tersesat dari bunda Ani, masih ingat Mesya ia adiknya Radit yang kemaren perpisahan itu.
"Tenang ya udah ada Kaka nih" ujarku sambil mengeluarkan tisu dari dalam tasku.
Aku mengelap wajahnya yang banyak berlinangan air mata, aku mengamati sekitar.
"Ka tata mau beli es krim nih, Mesya mau ikut ga?" usulku padanya ketika aku melihat supermarket yang tak jauh dari tempat kami berada.
Ia mengangguk dan mengusap pipinya yang basah sisa-sisa air mata yang mulai mengering.
Kamu pun beranjak pergi ke supermarket demi mengembalikan mood bocah kecil di samping ku ini.
Tapi sebelum itu tadi aku sudah kasih kabar bunda Ani bahwa anaknya ini bersamaku."Gimana suka ga mes" cetusku padanya yang sedang memakan ea krim dengan lahab.
"Heum ka tata selalu hebat, nanti kerumahku ya kak mau kasih liat gambar aku kemaren hasil perpisahan" sambungnya padaku sambil menyengir lucu yang memperlihatkan gigi ompong nya.
"Iyaa, kita ambil motor Kaka di bengkel dulu " ajaku berdiri dan kami pun pergi ke bengkel.
Aku sudah sampai didepan gerbang rumah Mesya disana terlihat motor Radit yang nangkring digarasinya.
"Bukanya anak itu mau jalan ya" dahiku mengerenyit dan kami pun masuk.
Aku memakirkan motorku didekat motor Radit.
"Yuk kak kayanya bunda udah pulang deh itu ada motornya ka Radit "
Aku mulai bingung dengan Radit, katanya mau jalan udah di terima ko malah ga jadi.
Biarlah nanti kutanyakan sendiri.
"Assalamualaikum bundaaaa" teriak Mesya saat kami sudah di depan pintu rumahnya.Pintu pun terbuka dan muncullah sosok laki-laki dengan stelan santai kaos hitam pendek dan celana putih selutut.
"Ngapain kamu" juteknya padaku sambil bersedekap dada dan bersandar di daun pintu.
"Kenapa sih kamu, aku cuma nganter Mesya doang tadi ga sengaja ketemu" kataku tak terima dia tiba-tiba jutek padaku tanpa alasan.
Aku mendorong tubuhnya agar menyingkir dari pintu, aku dan Mesya masuk untuk menemui bunda yang ternyata berada di dapur.
"Bundaaa" panggil Mesya sambil berlari dan memeluk bundanya itu.
"Kamu kemana aja mess, tadi bunda khawatir loh untuk ka tata ngabarin bunda kalo kamu sama dia" cecar bunda pada Mesya yang hanya ditanggapi dengan menyengir lucu dan tak lupa ketinggalan gigi ompongnya.
"Itu Bun tadi aku liat Mesya kaya orang ilang lo, mana kasian banget nangis dipinggir jalan udah persis banget kan haha" godaku pada Mesya.
"Ih ka tata tuh yang kaya orang ilang masa makan es krim belepotan kalah sama Mesya yang makanya anggun" ledek Mesya sambil mengulurkan lidahnya padaku.
"Sudah-sudah, dit tolong ambilin piring dilemari sampingmu" pinta bunda yang membuatku langsng menolehkan kepalaku kebelakang.
"Dari kapan dia disitu" batinku.
Aku tak memusingkan hal itu, aku beranjak pergi menghampiri bunda untuk membantu membawa kue-kue cantik yang rasanya sayang kalau dimakan.
"Bunda ko ga ajak-ajak aku bikin kue " celetukku tiba-tiba.
"Tadi bunda udah bilang sama bi Inah, tapi katanya kamu lagi pergi ambil motor sendirian makanya tuh anak yang pake item-item ga jadi pergi padahal mah udah rapih " goda bunda pada Radit yang sedang mengulurkan piring yang diminta bunda tadi.
Aku melihatnya intens dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Apalo liat-liat, sana pergi lagi lain kali ga usah ngabarin lagi kalo main pergi" rantau Radit dengan muka kesalnya.
Tapi aku tak marah justru wajahku terasa hangat, aku tau kalau Radit sedang mengkhawatirkan ku.
"Yaudah besok-besok aku turutin kata-kata mu"
Cetusku dengan tampang polos.Ia melihat horor dengan mata tajamnya yang membuat ku seketika mengangkat kedua jari telunjuk dan tengahku sambil berkata "piece"
"Ditt" panggilku saat kamu sudah berada di sofa rumahnya sambil melihat televisi yang menayangkan si botak kembar dua kesukaan Mesya.
Ia menolehkan pandangannya dan mengangkat alisnya seolah menjawab "apa"
Aku ingin mengungkapkan kata-kata ku yang dari tadi sudah berputar-putar dikepala yang tak seberapa ini
"Kamu ga jadi pergi" akhirnya kata-kataku keluar.
"Enggak" singkatnya dan memutar kepalanya kembali untuk melihat si botak.
"Kenapa?" Aku masih sangat penasaran kenapa ia tak jadi pergi.
"Masih nanya, kamu kenapa pergi jauh ga bilang-bilang sama aku, tau gitu tadi malam aku ga usah ajak Rena jalan" sanggahnya cepat seolah aku memang yang salah disini.
Aku menghela nafas dan tersenyum manis padanya.
"Apa senyum-senyum gitu" rajuknya padaku.
Nah kan, senyum salah jawab salah udah kayak ngomong sama cewe datang bulan aja.
" Maaf Radit Pradipta yang paling ku sayanggg" tukasku padanya dengan muka ceria seperti biasanya.
Aku senang ternyata Radit masih mengkhawatirkan ku disaat aku pergi jauh tanpa mengabarinya.
Tapi aku sedih kelakuan Radit yang seperti ini malah membuat ku jatuh sedalam-dalamnya padanya.Aku memandangnya sangat lama tak ingin Radit pergi jauh dariku, tak ingin Radit bersama yang lain disaat hati ini tak ingin yang lain.
"Dit itu didepan ada yang nyariin kamu" ungkap bunda tiba-tiba yang membuat ku ikut penasaran.
"Siapa Bun" jawab Radit dan beranjak berdiri untuk melihat siapa tamu yang datang kerumahnya.
" Mana bunda tau liat aja sendiri, cewe loh dit" ujar bunda saat Radit mulai jauh dari ruang keluarga ini.
Aku mengerenyit kan dahiku, "cewe siapa, apa jangan jangan ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
RADITAMA
Teen FictionSeorang laki-laki yang tak bisa kuhindari dari kehidupan remajaku kini, ia selalu bersama ku dimanapun dan kapanpun hanya kami beda sekolah saja karena ia memilih untuk mengikuti kemauan ayahnya. Ia bernama lengkap Raditama Pradipta nama yang biasa...