07

13 3 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, namun seseorang dengan seragam putih abu-abu yang masih melekat belum tiba dirumahnya.

Karena jarak yang cukup jauh dari sekolah membuat ia membutuhkan waktu kurang lebih satu jam setengah untuk sampai ke tempat tinggalnya.

Tasya menggeleng kan kepalanya, didalam kepalanya sedang berperang dingin antara pikiran dan hatinya.

"Tadi Radit bukan sih" gumamnya tak jelas karena angin sore semakin kencang.

Kepala kecilnya yang diselimuti helm bogo hitam seperti sedang memikirkan sesuatu yang membuat hatinya tak nyaman.

"Mungkin nungguin bunda kali, positif aja lah"
Akhirnya hanya ada kata-kata positif agar kepalanya tak memikirkan lebih jauh kejadian tadi.

Ku alihkan pikiran itu dengan memfokuskan jalan yang sedang ku tempuh.

Motor Scoopy ku melaju dengan kecepatan tinggi tertera di spedometer yang menunjukkan angka 60km/jam.

Setelah satu jam menempuh perjalanan yang cukup menguras mata karena banyak sekali hewan kecil berterbangan membuat mataku sakit, akhirnya komplek perumahan ku pun terlihat.

Motor yang kutunggangi ini berhenti didepan pos satpam, lalu keluarlah dia dengan seragam kebanggaan nya.

"Eh non Tasya, dari mana aja neng magrib-magrib gini baru pulang"

"Tadi mampir sebentar pak dijalan" sahutku seadanya.

Lalu ku tunjukan kartu pengenal pada satpam dan melanjutkan menuju rumahku atau lebih tepatnya rumah ayahku.

"Duluan pak"

Ku lihat rumah bercat putih yang bersebelahan dengan rumah ber cat abu-abu dipadukan hitam.

Kulihat gerbang rumah itu dengan perasaan was-was, bukan bukan gerbangnya yang ku perhatikan namun orang yang berdiri sambil bersedekap dadi yang ku fokuskan.

"Radit?? berarti tadi bukan Radit dong" batinku mengatakannya.

"Nanti deh ku tanyakan saja"

Semakin dekat dengannya semakin yakin bahwa orang itu pasti khawatir padaku melihat raut wajahnya saja sudah terlihat.

Mungkin Radit sudah menyiapkan kata untuk mewawancarai ku nanti.

Ku alihkan wajahku pura-pura tak melihatnya saja, ku lewati dia tanpa menyapa atau sekedar mengklason.

"Bodoamat bodoamat bodoamat"
Komat kamitku tanpa melihat Radit.

Ku liirik dari spion motorku, dia terlihat memasukkan kedua tangannya dalam saku celana yang ia kenakan.

lalu tak berlangsung lama gerbangnya tertutup dan ia tak terlihat lagi, ku belokan motor ini dan memasuki area rumah yang mewah dan tentunya sepi.

"Akhirnya sampai, kaya abis liat setan deh"
Bergidik ngeri dan memakirkan motornya di garasi.

"Bodoamat mau dia nyrocos didepanku atau sampai bilang pada ayah pokoknya bodoamat"
Kataku sambil berjalan memasuki rumahnya.

"Apanya yang bodoamat tasy"

Aku terperanjat saat suara seseorang mengulum di telingaku. Ku tolehkan kepalaku kebelakang

"Astaghfirullah bibiiii"
Sahutku lelah, sudah melihat setan tampan langsung disambut dengan suara tiba-tiba yang mengagetkan ku.

"Maaf tasy, abisnya kamu ga ngabarin bibi kalo mau pulang sore jadi bibi khawatir" jawab bibi yang sedang berjalan ke arahku.

"Terus bibi dari mana"

RADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang