Di sebuah ruangan serba putih terdapat beberapa alat medis dan seorang lelaki yang terbaring lemas diranjang rumah sakit
Tangan yang terinfus dan alat bantu nafas terpasang melekat pada tubuhnya mata yang terpejam menunjukkan ia masih pingsan
Detak jarum jam yang menggema di ruangan tersebut menyatakan keheningan yang lama didalamnya
Ceklek
Pintu ruangan tersebut terbuka oleh seorang wanita paruh baya dan perempuan sebaya lelaki yang terbaring
Wanita paruh baya itu terisak saat melihat anaknya terbaring lemas di ranjang ia menghampirinya dan menyentuh tangan lelaki tersebut
"Dittt" lirih bunda Ani, menatap tak percaya Radit kini berbaring di ranjang rumah sakit dengan alat-alat yang melekat pada tubuhnya
"Buu, Radit sebentar lagi bangun ko tenang ya" tutur perempuan tersebut pada bunda Ani
Melihat bunda Ani yang masih saja menangis sesenggukan dan mengusap-usap wajah radit membuat Rena sang perempuan tersebut tak sanggup melihatnya
Matanya tak bisa berbohong ia juga sedih teman yang selalu mendengarkan ceritanya kini berbaring lemas didepannya
"Dit kalau Tasya tau kamu nyembunyiin ini pasti akan sangat kecewa"batin Rena
Ia memilih mengusap punggung Bu Ani yang masih bergetar, menangisi anaknya yang sedang berjuang melawan penyakitnya
"Bu nanti mama Rena pasti bisa nyembuhin Radit kok tenang ya " ucapnya pada bunda Ani dengan lembut
Bunda Ani memalingkan wajahnya dari Radit ia menatap Rena intens " beneran ya" ucapnya memohon
"Iya Bu tenang aja" kata Rena dengan sungguh-sungguh
" Radit tuh harusnya udah disuruh home schooling tapi dia gak mau katanya nanti ga bisa nikmati masa mudanya" ujar Bunda Ani pada Rena
Rena tau Radit sebenarnya memang harus home schooling namun demi ia bisa menjaga Tasya untuk terakhir kali semasa hidupnya ia rela harus berangkat sekolah
Ia selalu cerita apapun tentang Tasya mulai dari pertama ketamu sampai makanan kesukaan Tasya
" Sudah bunda bilangin kalo berkali-kali namun tetap gak nurut, selalu ada alasan yang diucapkan Radit demi berangkat sekolah" sambung bunda Ani menceritakan Radit pada Rena
" Mungkin Radit ada alasan khusus Bu kenapa ia ingin tetap bersekolah" ujar Rena memberitahu
Bunda ana menghela nafas kasar "mungkin Tasya" gumamnya kirim namun masih bisa didengar Rena karena ruangan yang hening dan hanya ada mereka berdua yang terjaga disini
Rena pun mengangguk membenarkan " berarti Tasya selama ini gak tau Bu?"
Bunda Ani menggeleng pelan " Radit selalu menutupi ini pada Tasya katanya dia ga mau buat Tasya khawatir tentangnya "
Tok tok tok
Saat kami berbincang mengenai Radit tiba-tiba pintu ruangan diketuk oleh seseorang
Dan masuklah Dokter Renita dokter yang selama ini membantu agar Radit sembuh dari penyakitnya selama lima tahun terakhir
"Assalamualaikum bunda Ani" sapa dokter dengan senyum cantiknya
Walaupun sudah mempunyai yaitu Rena ia tetap terlihat cantik dan terlihat mirip dengan Rena
"Waalaikumsalammm Bu dokter, kondisi Radit bagaimana ya dok" sahut bunda Ani ketika dokter Reni menghapirinya
Dokter Rani terlihat mengecek kondisi Radit mulai dari nadi, mata, dada dan sebagainya
KAMU SEDANG MEMBACA
RADITAMA
Teen FictionSeorang laki-laki yang tak bisa kuhindari dari kehidupan remajaku kini, ia selalu bersama ku dimanapun dan kapanpun hanya kami beda sekolah saja karena ia memilih untuk mengikuti kemauan ayahnya. Ia bernama lengkap Raditama Pradipta nama yang biasa...