05

19 3 0
                                    

Di sebuah ruangan gelap hanya disinari oleh sang bulan  yang masuk melalui celah-celah jendela tak tertutup rapat.

Ia merasakan tanganya yang masih terikat dan kakinya dirantai, badanya yang lemas dan tamaran cahaya yang remang-remang membuat ia semakin sulit bernafas.

Perutnya terasa kosong, sakit dan melilit. Entah sudah berapa hari ia tak diberi makan oleh orang itu, biasanya akan ada satu roti keras untuk sehari dan air keruh yang rasanya seperti bekas cucian tangan orang.

Ingin mengeluh sakit namun ia sudah sangat lelah, sudah sangat muak dan sudah tak punya daya untuk memberontak lagi.

Setiap ia memberontak maka akan mendapatkan hal yang tak diduga, membuat ia memilih diam seperti mayat hidup.

Pikirannya kosong, tatapanya seperti tak ada gairah hidup lagi semakin meyakinkan bahwa ia memang mayat hidup.

Ia menghela nafas kasar dan menyandarkan kepalanya pada dinding dipojok ruangan ini, lalu matanya terpejam dan pikiran membuatnya melayang ke 10 tahun silam.

#flasback on

Kala itu ia sedang berniat pulang selepas mengajar di taman kanak-kanak yang tak jauh dari kontrakannya.
Uangnya yang hanya sedikit membuat ia menyewa kontrakan kecil di dekat pemukiman.

Ia berjalan santai sambil mengamati sekitar, betapa bahagianya keluarga kecil mereka yang lengkap, saling menyayangi dan mengasihi.

Andai dulu ia tak egois pada suaminya dan memilih bersama mereka untuk menghabiskan masa weekend Engan piknik ditaman kecil belakang rumahnya.

Namun ia menghancurkan semuanya, ia pergi untuk bersenang-senang sendiri tanpa memikirkan nasib anaknya.

Saat pikirannya berkecamuk seseorang menutup hidungnya dengan sapu tangan yang ia yakini telah dicampuri obat bius, ia terlelap dan pingsan.

Seorang pria bertato keluar dari mobil hitamnya
"Bawa dia ke gedung tua yang jauh dari pemukiman" ujarnya pada dua bawahanya itu.

Pria dengan kepala plontos mengangguk setuju namun rekanya yang memakai tindik berucap "bukanya ini istri bos, kenapa ga dibawa kerumah bos?"

Pria kepala plontos itu lantas menendang tulang keringnya dan memelototi rekannya itu.

"Lakukan sesuai perintah" perintah si pria bertato tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.

Lalu mereka membawa ia pergi dari sana dengan mobil hitam yang mengarah pada hutan.

Diana terdapat ebuah gedung tua terbengkalai yang tak digunakan lagi, mereka keluar lalu membopong ia bak karung beras.

Ia merasakan tubuhnya seperti melayang dan samar ia mendengar " bos yakin mau taruh dia disini"

"Hem" deheman seseorang yang sepertinya ia kenal namun tak ingin berburuk sangka dulu.

Tiba-tiba orang yang membuat ia melayang berhenti dan menurunkan ku dengan kasar.

Badanku ditendang bahkan tak tanggung-tanggung mukaku disiram air dingin yang membuat ku langsung membuka mata.

"Enak tidurnya?" tuduh, seseorang dengan suara yang sangat ia kenali.

Ia mendongak dan terbelalak kaget, namun tak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan.

"Ditanya bos, Bu bukanya jawab malah melotot gitu"
celetuk, si pria bertindik yang berdiri tak jauh darinya .

Memutarkan kepalanya dan melihat sekitar ternyata ia dikelilingi oleh tiga orang berbadan besar, sisi kirinya si pria bertindik tadi, depannya pria bertato, dan samping kanannya pria berkepala plontos.

RADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang