00 -- Prolog

9 3 0
                                    

Rintik hujan terdengar merdu tiap kali tetesannya menghantam tanah. Di antara ribuan tempat di dunia, gadis bersurai legam dengan style serigala melangkahkan kakinya ditengah genangan air yang menggenang di trotoar.

Payung yang melindungi tubuh dari terpaan air yang jatuh, gadis itu menghentikan langkahnya tepat di hadapan palang kereta api yang tertutup, menandakan bahwa kereta akan segera lewat.

'Sepi,' pikirnya.

TUUTTT! JEGLEK JEGLEK!

Gadis itu menyipitkan mata saat kereta melesat dan melintas dengan cepat. Dengan segera mengambil langkah mundur guna menjaga jarak dari percikan air dari kereta api.

Sembari menunggu kereta melintas, gadis itu berdiri tegak, pun manik ruby-nya yang menatap lurus kedepan. Pikirannya melayang ke antah berantah.

WHOOSH!

"—?!"

Sejenak ia berpikir bahwa ia tengah berhalusinasi, tak bisa dipungkiri maniknya melebar kala pemandangan dihadapannya berubah total tepat setelah kereta itu melintas.

Hujan tak lagi turun, kereta itu pun menghilang dari jarak pandangnya.

Kini di hadapannya terpampang pemandangan kota yang diliputi api serta langit yang menyala merah.

SRING!

Tergugu, hal di hadapannya kembali berubah, dimana kini beberapa orang dengan jubah putih berdiri sembari menatapnya dengan ekspresi rumit yang berbeda beda.

"Dari ribuan bintang yang bersinar, yang terpilih akhirnya menapak di bumi ..."

Sang pemimpin menjulurkan tangannya, menatap gadis itu dengan angkuh.

"Wahai utusan tak bernama, patuh lah akan aturan duniawi."

---

The Final Curse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang