SRET!
Baris demi baris kalimat Kazumi baca dengan seksama, malam ini ia kembali diterangi cahaya lilin dimalam yang sunyi. Masih dengan buku yang sama dengan dua buku tambahan, Kazumi berkutat pada dunianya.
Diantara tiga sampul yang berbeda, buku berjudul 'Asal Usul Abyss' tampak lebih lusuh daripada keduanya.
Kazumi menghela napas pendek, membaca sebuah kalimat.
'... Sebuah kutukan yang akan diterima oleh manusia terakhir yang datang ke Agthaviel ...'
'... Sang Peri Kehidupan enggan memberikan anugerah sihir kepada-nya ...'
'... Garis terakhir keturunan dari bangsa asing, takdirnya untuk menimbun dosa para leluhurnya ...'
Dalam tiap deret kalimat yang tertulis rapih, Kazumi tenggelam dalam diam dengan perasaan rumit, kutukan yang diterima oleh manusia terakhir.
"Sepertinya aku terlalu banyak membaca untuk malam ini," gumam Kazumi meniup lilin setelah menutup dan menyembunyikan bukunya hingga padam, bersiap untuk tidur.
___
KRIET!
"Kazu, baju yang kau minta tadi sudah ku keringkan. Kau bisa ambil di jemuran."
Sang pemilik nama, Kazumi menoleh, mengangguk akan pernyataan Akari, "Baiklah, terimakasih," ujarnya dibalas dengan senyuman lebar.
"Sama sama! Aku duluan ke kantin ya!" Kazumi memberi anggukan kecil, tepat setelah Akari menutup pintu dengan rapat, Kazumi beranjak dari duduknya, berjalan menuju jemuran asrama yang tak jauh dari sana.
Usai mengambil kaos hitam polos berlengan panjang, gadis bersurai legam itu kembali melangkahkan kakinya menyusuri koridor bangunan, menuju ruang ganti yang berada di kamar.
'Perasaanku saja atau lengan ku terasa lebih panas dari biasanya ...?' batin Kazumi, menggelengkan kepala.
SREK!
Kaos putih tergeletak di lantai begitu saja usai Kazumi menanggalkannya, manik ruby-nya terpaku pada cermin yang memantulkan refleksi dirinya. Bukan, ada hal lain yang berhasil mencuri perhatiannya.
"Sejak kapan ini ...?" jari jemarinya bergerak, menyentuh sebuah corak ular berwarna hitam yang melilit lengan kiri atasnya, Kazumi tau jelas benda itu tak pernah ada di sana sebelumnya.
"-kh!!" Kazumi meringis saat corak ular itu bersinar, memunculkan retakan yang menjalar ke bagian lengannya.
"Ini buruk," desis Kazumi. Dengan segera ia memakai kaos hitam panjang, keluar dari ruang ganti sebelum ada yang datang. Mimik wajah datar menyembunyikan semua itu tanpa ragu.
"Kau lama sekali," Rei menatap Kazumi intens. "Tumben sekali kau tidak menggulung lenganmu?"
"Apa itu masalah?" tanya balik Kazumi.
"Tidak juga," Rei mengendikkan bahu. "Tapi, itu semakin membuatmu aneh belakangan ini."
"Apa kau menyembunyikan sesuatu dari kami? Sesuatu yang kau temukan di perpustakaan, mungkin?"
Dahi Kazumi berkerut, "Aku sudah bilang kalau aku tidak menemukan apapun, kau tidak percaya?"
Keduanya saling menatap tajam, mencoba mengulik rahasia masing-masing. Akari datang mencairkan suasana. Menatap mereka dengan bingung.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Akari polos.
"Tidak ada," balas keduanya.
Mata Akari memicing curiga, "Kalian sangat kompak, kalian membicarakan apa di belakang ku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Final Curse
FantasySifat manusia tidak jauh dari egois, serakah, dan angkuh. Egois dengan keinginan, serakah akan kekuasaan dunia, dan angkuh pada yang rendah. Karena sifat itu, mereka saling menjajah satu sama lain. Dunia lain pun mereka rampas habis tak bersisa. Me...