"Kazumi ... kau serius tidak menemukan apapun kemarin?" tanya Rei pelan. Gadis berambut pirang itu melirik Kazumi yang duduk di seberangnya, mengunyah sarapan dengan tenang.
"Tidak."
"Hee ..." Rei memakan sayuran, menyipitkan mata karena rasanya. "Bukannya kau pandai menemukan barang?"
"Hah? Sejak kapan aku begitu?" Kazumi membalas, menatap Rei heran. Melihat Rei yang hanya mengangkat bahu, Kazumi mengerutkan kening. "Tidak ada apa-apa yang berkaitan dengan yang kita cari. Lupakan itu, kau sudah membaca sejarahnya?"
Rei meluangkan waktu untuk mengunyah makanannya, membuat tatapan Kazumi dan Akari tertuju padanya cukup lama. Kemudian dia mengangkat bahu lagi. "Belum."
"Ehh, kau membuat kami menunggu lama," gumam Akari. "Aku juga belum, sih. Tapi kemarin aku melihat-lihat daftar isinya. Kelihatannya memang agak ... mencurigakan."
"Mencurigakan bagaimana?"
"Entah. Tapi memang terlihat cocok untuk sihir-sihir aneh." Akari berkedip.
"Begitu?" Kazumi bergumam. Dia berdiri, membawa nampan makanan miliknya yang sudah kosong. "Cepatlah, kita harus segera ke ruang pelatihan."
"Apa- hei! Tunggu kami, Kazumi!" Akari menghela napas melihat Kazumi duluan mengembalikan nampan. Dia mengalihkan pandangan ke Rei yang masih mengunyah makanannya. "Apa hanya aku yang merasa Kazumi bersikap aneh?"
"Hm?" Rei menatap Akari, alisnya terangkat tinggi sementara mulutnya masih mengunyah. "Tidak juga, tidak tahu. Mungkin perasaanmu saja."
Gadis itu berdiri dan mengangkat nampannya, dengan sengaja memukul kepala Akari ringan dengan nampan itu. "Cepatlah, Akari. Hari ini katanya keluarga Duke mau melihat 'Para Pahlawan Dunia Lain' ini 'kan?"
"E-eh ... tunggu aku, Rei!"
---
Akari dan Rei berjalan memasuki area dimana para pahlawan berkumpul, satu hal yang menggambarkan keadaan tempat ini adalah, rusuh.
Belum ada tanda tanda kedatangan Putra Mahkota maupun Duke di sana, hal bagus mengingat mereka harus datang bersiap diposisi sebelum mereka sampai.
"Dimana Kazumi?" tanya Akari melirik sekitar yang ramai. Rei melirik sekitar, menunjuk pada satu titik, "Disana, ayo!" serunya menghampiri gadis bermanik ruby itu.
"Lama sekali kalian," dengus Kazumi dibalas kekehan dari keduanya.
"Perhatian semuanya! Yang mulia Putra Mahkota telah tiba!"
"Duke Alastair telah tiba!" seru penjaga membuat para ksatria buru buru berbaris.
Tatapan semuanya tertuju pada sosok putra mahkota, dibelakangnya tampak seorang pria bersurai legam dengan manik kelabu yang tajam mengikuti, beberapa dari mereka berdecak kagum.
Ah tidak, masih ada seorang lagi.
"Berkedip, Akari," tegur Rei saat tatapan Akari tak lepas dari sosok pemuda di belakang duke, gadis itu tersentak.
"Uh ... kau mengagetkan ku Rei!" bisiknya.
"Sepertinya setelah ini ada yang tidak ingin pulang," sindir Kazumi.
"Hah?! Tidak tuh ...? Uh ... Boleh sekalian di bawa pulang ga, ya?" gumam Akari membuat Kazumi dan Rei memutar mata malas. Sudah lelah dengan tingkah Akari yang selalu jatuh hati pada pandangan pertama.
"Beri hormat pada Putra Mahkota dan Keluarga Duke Alastair!!" seru seorang prajurit.
Dengan serempak, semua para pahlawan membungkuk hormat. Setelah sepuluh detik, Putra Mahkota memberikan isyarat untuk kembali berdiri. Seorang pria paruh baya dari keluarga Duke maju, memberikan pidato.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Final Curse
FantasySifat manusia tidak jauh dari egois, serakah, dan angkuh. Egois dengan keinginan, serakah akan kekuasaan dunia, dan angkuh pada yang rendah. Karena sifat itu, mereka saling menjajah satu sama lain. Dunia lain pun mereka rampas habis tak bersisa. Me...