02 -- Latihan.

2 2 0
                                    

"Rei, menurutmu Kazumi bisa menang?" Akari bertanya, matanya menyipit saat dia berusaha melihat melalui kabut.

Rei mengangkat bahu, acuh tak acuh. "Tidak tahu."

Akari mengerutkan kening, masih berusaha melihat pergerakan Vinn. Ketika ada kilauan cahaya, matanya melebar. "Rei itu–!"

"Aku lihat, Akari. Tidak usah dijelaskan," ucap Rei. Gadis itu dengan seenaknya merebahkan diri di lantai. "Hehe, kira-kira apa yang akan terjadi ya?"

Mengabaikan percakapan kedua gadis itu, Kazumi berdiri diam di tengah kabut. Manik ruby miliknya bergerak mencoba mengetahui di mana Vinn berada.

"Pergerakanmu lambat, Nona Muda." Ada bisikan di belakangnya. Kazumi dengan cepat berjongkok, nyaris tidak menghindari serangan Vinn. Gadis itu mengayunkan pedangnya ke atas, hampir mengenai perut Vinn jika si pemuda tidak cepat-cepat melompat ke belakang. Dia kembali menyatu dengan kabut.

Gadis berambut hitam itu kembali terdiam. Sedetik, dua detik, lalu senyum kecil terpampang di wajahnya.

TRANG!

"Huh–?"

Serangan Vinn yang seharusnya menjadi kejutan dengan cepat ditangkis oleh Kazumi, membuat pedang mereka beradu. "Taktikmu terbaca, Vinn."

Beberapa ksatria lain terfokus pada pertarungan keduanya, walau tak dapat melihatnya dengan jelas, mereka terperangah kala mengetahui keadaan telah berbalik sepenuhnya.

Walaupun masih belum terlalu ahli, Kazumi cukup tau apa yang harus dia lakukan dan kearah mana pedangnya harus di ayunkan. Sejujurnya ini cukup beresiko mengingat mereka menggunakan pedang sungguhan dan bukan pedang kayu yang umumnya digunakan untuk berlatih.

"Eung ... kurasa ini lebih terlihat seperti pertarungan hidup dan mati daripada latihan," komentar Akari dengan sebutir keringat yang turun dari pelipisnya.

TRANG!

SRING!

Vinn berdecih pelan saat berhasil menangkis ayunan pedang dari Kazumi yang menatapnya datar, gadis itu benar benar memblokir seluruh aksesnya untuk bergerak menghindari serangannya.

"Kelelahan, Tuan Ksatria?" tanya Kazumi dengan nada mengejek, membuat Vinn semakin geram.

Serangan Kazumi tak terbaca, namun masih dapat untuk Vinn hindari dengan kelincahan dan gesitnya. Disela pertarungan intens yang menegangkan, Vinn menyunggingkan seringai kecil, menyadari perbedaan di antara mereka.

Tentu saja, kekuatan antar gender itu berbeda.

TRAK!

"KAZUMI?!"

Rei dan memekik saat lempengan besi yang Kazumi gunakan untuk berlatih terlempar bebas ke udara lantaran Vinn yang mengayunkan serangannya dengan segenap tenaga. Oh, Kazumi dapat melihat senyum kemenangan yang mengesalkan itu.

Tanpa perisai ataupun senjata di genggamannya, Kazumi bersusah payah menghindari serangan Vinn yang membabi buta. Sial, apa dia berniat membunuhnya?!

"Kau tau bahwa kau tak bisa mengalahkan ku," katanya angkuh, "Antara dua pilihan, yang paling jelas dan yang harus kau pilih saat ini adalah menyerah."

"Atau aku akan membunuhmu."

Kazumi mengeraskan rahangnya, membeku di tempat. Enam detik sebelum pertarungan usai, orang orang pasti berpikir ia tak memiliki kesempatan lagi.

... tapi tidak.

Vinn melupakan sesuatu, ia lupa bahwa Kazumi, menyeimbangkan kendali atas kinerja otak dan kemampuan berpedangnya.

The Final Curse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang