Bagian 4: Idola Bersama

23 5 0
                                    

Ona sedikit kecewa majalah Kreativa jadi telat didistribusikan karena sempat ada masalah di percetakan. Untungnya, pihak percetakan mau bertanggungjawab dengan cara memberikan potongan harga. Zaman sekarang ini, siapa sih yang tidak suka dapat diskonan? Kemarahan Ona pun berangsur reda, apalagi setelah melihat hasil cetakannya yang sesuai ekspektasinya.

Pagi ini, setelah bel istirahat berbunyi, pengurus harian Klub Majalah Kreativa berkumpul di sekre untuk menjalankan tugas selanjutnya setelah majalah dicetak, yakni mendistribusikan majalah ke semua murid SMA Nusa Indah.

Keenam pengurus harian Klub Majalah Kreativa berdiri di depan kardus-kardus berisi majalah. Setiap dua orang bertugas untuk membagikan tumpukan majalah itu ke satu angkatan. Selin dan Fio bertugas membagi majalah itu ke kelas sepuluh. Gema dan Ona bertugas membagi majalah itu ke kelas sebelas. Sisanya di-handle oleh Arka dan Fatma.

"Mumpung jam istirahat masih ada nih, meski dikit. Pendistribusian majalah dimulai sekarang aja kali ya," ujar Selin. Cewek itu melirik jam di pergelangan tangannya. Masih pukul 09.33 WIB.

Ona yang sependapat dengan Selin mengangguk setuju. "Yuk. Yang naik pakai lift aja biar nggak ngos-ngosan," serunya sembari mengangkat satu kardus.

"Gue yang bawa aja, Na." Gema hendak mengambil alih kardus dari tangan Ona, tapi Ona tidak mengindahkan kalimatnya.

"Lo bawa kardus yang lain aja biar nanti nggak bolak-balik. Ringan, kok ini." Ona berjalan mendahului Gema yang tampak kecewa bantuannya tidak diterima.

Kelas pertama yang Ona dan Gema datangi adalah kelas XI A, yang tidak lain adalah kelas Ona. Sebelum masuk ke ruangan yang saat ini hanya dihuni oleh beberapa orang karena kebanyakan sedang keluar untuk jajan, Ona mengembuskan napasnnya cukup panjang. Melelahkan juga membawa sekardus majalah.

"Kenapa, Na?" tanya Gema.

Ona jelas gengsi untuk mengakui kalau dia kelelahan. "Nggak papa. Yuk!"

Kelas yang semula hening berubah ramai ketika Ona dan Gema masuk membawa tumpukan majalah. Pasalnya, majalah tahunan sekolah adalah hal yang ditunggu-tunggu. Bukan karena kebiasaan membaca di Nusa Indah sudah bagus, tapi karena di majalah itu ada Kolom Profil Idola.

Bagi sebagian besar murid Nusa Indah, Kolom Profil Idola dipandang seperti ajang penghargaan. Nama siapa yang terpampang di sana adalah pemenangnya. Meski tidak ada trofi, ucapan selamat dari orang-orang biasanya menjadi kebanggaan tersendiri.

"Kali ini foto siapa yang dipajang di Kolom Profil Idola, Na?" tanya seorang cewek di baris belakang. Nadanya kelewat antusias.

"Pasti Riga, nggak, sih? Dia, kan, belum lama menang lomba. Terus, sekarang lagi jadi perwakilan sekolah lagi. Keren banget ...." sahut yang lain.

Ona memutar bola matanya malas. Riga ini, sedang tidak ada di kelas pun namanya masih disebut-sebut. Menyebalkan!

"Lo nanti baca aja sendiri," ucap Ona sambil membuka kardus dan membagi-bagikan majalah Kreativa ke setiap meja yang ada di kelas itu. Saat tiba di meja Riga, yang tentu saja kosong karena anaknya sedang mengikuti lomba, satu sudut bibir Ona terangkat. Sebentar lagi, sebentar lagi pandangan orang terhadap Riga akan berbeda. Lihat saja!

^^^

Kecepatan membaca orang-orang di XI A sepertinya meningkat per hari ini. Belum ada satu jam majalah Kreativa dibagikan, suara-suara yang menggaungkan nama Auriga Dwitama mulai terdengar. Awalnya mereka hanya berbisik-bisik karena masih ada guru di kelas. Setelah pelajaran selesai, kelas jadi luar biasa ramai.

"Ini serius Riga begini?"

"Nggak mungkin Riga kita begini, kan?"

"Ini tulisan siapa yang bikin, sih? Bagus, tapi jelek! Soalnya jelek-jelekin Riga."

Neighbor from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang