Setelah resleting sleeping bag terbuka, tangan Megha bergerak, menyilang.
Bersamaan dengan itu, Reigha meraih sesuatu di dalam tas, di sampingnya.
Megha yang gugup. "Mau apa sih?" batinnya.
Tubuh laki-laki itu sudah berpaling dari tas, kini menghadap ke arahnya.
Namun, melihat tangan Megha menyilang di depan dada, Reigha menatap aneh. "Kau berpikiran apa, hah?"
Mata gadis itu melirik ke kanan kiri, sebelum kemudian sadar, jika tangannya seolah sedang menutupi dada. Ia jadi malu sendiri.
Suaminya geleng-geleng kepala. "Kau itu masih bocil, jangan aneh-aneh kalau mikir!" ketusnya sambil meletakkan sembarangan benda di tangannya tadi, tepat di atas lipatan tangan Megha.
"Ye... siapa yang berpikiran aneh-aneh?" Gadis itu kesal sendiri, tapi, Reigha tidak peduli, justru fokus masuk kembali ke dalam sleeping bag-nya sendiri.
Melihat benda di tangannya, Megha berkata, "Ini apa lagi?"
"Pasang di perut dan berhentilah mengeluh!" sahut suaminya, sambil sudah tidur miring, membelakanginya.
Ya, laki-laki itu sedang membuat Megha nyaman jika mau menempelkan plester penghangat di perutnya, walaupun tanpa bilang apa-apa.
"Oh.. plester penghangat? Tulisannya huruf china, ya mana kutahu?" Megha akhirnya mengikuti instruksi di gambar bagian belakang kemasan saja.
Ia membuka kemasannya, mengeluarkan plesternya. "Awas, jangan mengintip!"
Tidak ada jawaban satu pun dari mulut sang suami. Laki-laki itu bahkan sudah menutup mata, pura-pura tidur.
Megha mulai memasang plester penghangat itu di perutnya, sambil sesekali melirik ke arah sang suami, yang bergeming saja dari tadi.
Itu justru membuat Megha kesal. "Awas saja kalau kau tertarik kepadaku nanti. Melirik pun tidak boleh!" batinnya.
Padahal dirinya tidak jelek-jelek sekali, bahkan mungkin terbilang cantik, dengan postur tubuh idealnya.
Entah kenapa laki-laki itu tidak menaruh perhatian sama sekali begitu.
KREET...!"
Suara resleting terdengar, barulah Reigha membuka matanya.
Gerakan masih terdengar, karena Megha kesulitan memasukkan tangan ke dalam sleeping bag-nya, setelah menutup resleting tadi.
"Hah." Begitu frustasi, hembusan napas terdengar dari Reigha.
Laki-laki bertatapan mata dingin itu mau tidak mau menoleh ke belakang.
Tanpa bicara apapun, tangannya bergerak, membuka resleting sleeping bag-nya sendiri, kemudian membuka resleting sleeping bag milik istrinya.
KREET!
Lantas, tatapan matanya mengkode, agar gadis itu segera memasukkan tangannya.
Megha menurut, tangannya masuk, sambil menatap aneh ke arah suaminya itu.
Setelah berhasil menutup sleeping bag-nya, sang suami berbalik lagi, tidur memunggunginya.
"Aneh, dia itu sungguhan perhatian, atau malas terganggu olehku saja, sih?" celetuk Megha menyindir dengan suara jelas, biar dengar.
Namun, mendengar pun tidak mengubah apa-apa. Laki-laki itu tetap saja cuek.
Selagi Megha berpikir, hangatnya plester mulai terasa. Gadis itu pun bisa senyum, karena tidak perlu kedinginan seperti tadi lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/352621352-288-k610676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ReiGhaRa : Never be an option
RomanceNEVER BE AN OPTION! Gelimang harta tidak serta merta membuat Megha Padma Wisesa bahagia. Di tengah pengabaian orang tuanya, gadis penuh luka itu justru terpaksa menikah dengan Reigha Mahendra, laki-laki dingin, cucu dari seorang pebisnis sukses bern...