#OneDayOneChapter — Day 2
"Papa jangan tinggalin aku disini"
Teriakan dari gadis itu terdengar amat pilu, isak tangisnya pun terdengar sampai radius dua meter, membuat semua anggota geng motor yang semula berkelahi menatapnya miris.
Berbeda dengan dua lelaki yang kini masih berhadapan, awalnya mereka saling pandang satu sama lain beberapa saat.
"BELVA"
Setelah menyadari suara yang sangat familiar itu, keduanya berlari sekuat tenaga. Berlari menuju jalanan di sebelah kiri yang sudah tak ada satupun pengendara yang lewat, berbeda dengan jalanan di sebelah kanan yang begitu ramai oleh dua geng berbeda.
Gadis yang terduduk di atas aspal itu mendongak, menatap dua lelaki yang berlari kearahnya.
Walaupun dari jarak yang cukup jauh, Belva dapat mengenali dua sosok itu hanya dari postur tubuh serta cara mereka berlari.
Saat sudah mendekat, kedua lelaki itu menyetarakan tingginya dengan tubuh Belva lalu mereka merentangkan tangan tepat dihadapan gadis itu.
Dengan cepat Belva menubruk dada bidang serta menerima rentangan tangan milik salah satu lelaki tadi.
"Lian"
Melihat kejadian yang berlangsung dihadapannya, membuat salah satu dari dua lelaki itu menunduk kecewa.
Dengan sekuat tenaga Nicholine Rayners berlari menghampiri gadis itu, tapi dengan sekejap gadis itu membuat hatinya teriris. Kenapa lagi-lagi gadis itu lebih memilih Gillianus Savero Arnagya, rivalnya, daripada dirinya sendiri.
Ingin sekali Nico berteriak, menghajar lalu mengenyahkan lelaki bernama Lian itu dari hadapannya serta dari hadapan Belva, gadis pujaannya. Atau bahkan mengenyahkan lelaki itu dari dunia, tapi niatnya seketika terurung ketika terdengar tangisan pilu serta bahu Belva yang naik turun mengikuti irama tangisannya.
"Kenapa Papa tinggalin aku sendirian disini?"
Lian terdiam, ia tak bisa memberikan jawaban pada gadisnya itu. Yang bisa ia lakukan hanya mengeratkan pelukannya dan menyalurkan kekuatannya lewat pelukan erat serta hangat darinya.
"Makasih udah selalu ada buat aku."
Jleb
Dalam keterdiamannya, Nico memegang dadanya. Kenapa disana terasa sangat sakit sekali? Apa karena lagi-lagi gadis itu mengabaikan keberadaannya atau ia kecewa karena harapannya yang terlalu besar pada gadis itu? Ingin sekali Nico berteriak tepat ditelinga gadis itu, berteriak bahwa tak hanya Lian yang ada disana untuknya. Tapi dirinya juga ada disana untuk Belva.
Dengan rasa kecewanya, Nico yang diabaikan dan tak dibutuhkan sama sekali itu, ia mulai bangun dan perlahan berjalan meninggalkan dua sosok itu tanpa sepatah katapun. Ia kembali menghampiri teman-teman yang sedang sedari tadi masih di posisi yang sama, bersama anggota RIIZE memperhatikannya yang diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far From Home [END] ✓
Roman pour Adolescents"Kenapa ya, kok aku ngerasa kita semakin jauh dari rumah." "Terus kamu anggap aku ini apa?" "Kamu manusia, Li. Bukan bangunan, jadi mana bisa aku anggap kamu sebagai rumah." "Rumah gak selalu berbentuk bangunan, Bel. Buktinya aja aku udah anggap kam...