far from | 15

124 17 1
                                    

Day 15 — #AllopediaOneDayOneChapter

Part ini agak pendek ya guys😁

Part ini agak pendek ya guys😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<><><>

Ting nung..... Ting nung..... Ting nung.....

Belva yang baru saja memejamkan matanya untuk tidur, seketika terbangun kala mendengar bel berbunyi.

"Jam satu pagi?" Gumam Belva saat menoleh pada jam weker digitalnya yang menyala dalam kamar gelapnya. "Siapa yang bertamu di jam segini?"

Perlahan Belva pun turun dari tempat tidurnya, menyalakan lampu kamarnya, lalu keluar kamar dan menuruni tangga dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa. Saat Belva sampai dibawah, ia mendapati sang ART yang berjalan menuju pintu utama, sama seperti dirinya.

"Siapa ya, bi?"

Sang ART menggeleng samar, "bibi juga ndak tahu, non."

"Tapi papa udah pulang kan?"

"Sudah, non."

"Terus itu siapa?"

Keduanya pun berjalan menuju pintu utama, dengan beberapa kali menguap dan mengucek matanya, Belva masih menebak-nebak siap gerangan yang bertamu di dini hari seperti ini.

Saat pintu dibuka oleh sang ART, Belva membelalak kaget manakala sosok Lian berdiri menjulang dengan wajah lesunya.

"Li, kenapa?"

Tanpa menjawab pertanyaan Belva, lelaki itu langsung menghambur ke pelukan gadisnya. Memeluk Belva erat seerat yang ia bisa.

"Aku diusir dari rumah."

"Hah??"

<><><>

"Ada apa ini?"

Vincent yang mendengar suara dari arah ruang tamu seketika menghampiri sumber suara.

Belva dan Lian menoleh dengan wajah gusar mereka.

"Kamu tidak punya etika atau bagaimana, bisa-bisanya bertamu ke rumah anak gadis orang di jam segini!?"

Belva langsung berdiri dan menarik tangan Vincent, "bukan gitu pa, aku bisa jelasin."

"Kamu juga, bisa-bisanya mengizinkan dia masuk." Bentak Vincent membuat Belva tersentak. "Papa sudah tahu alasan dia disini."

Belva menoleh dengan mata yang menyipit. "Maksud papa?"

Vincent tertawa hambar, sedangkan Lian hanya bisa menunduk dalam.

"Bisa-bisanya kamu jadikan putri saya sebagai tempat pelarian."

Belva dibuat semakin tak mengerti, "papa, kok ngomongnya gitu?"

Vincent menoleh pada sang putri, dahinya mengerut. "Jadi kamu tidak tahu kenapa alasan dia datang kesini?"

Belva terdiam.

"Dia diusir dari rumah karena tertangkap basah sedang berduaan di kamar hotel bersama seorang perempuan."

Deg

Berduaan di kamar hotel bersama seorang perempuan? Lian seperti itu?

Belva menatap lain meminta penjelasan, tapi laki-laki itu masih menundukkan kepalanya —enggan menjelaskan apapun.

"Li, yang dibilang papa itu nggak bener kan?"

Lian masih bungkam.

"Jadi sudah jelas kan sekarang, kamu tidak akan pernah diterima disini. Apalagi setelah menyakiti putri saya." Sela Vincent sambil menarik paksa Lian keluar.

Lian yang diperlakukan demikian hanya diam, membuat Belva cemas dan sedikit berlari menyusul sang papa yang tiba-tiba memperlakukan Lian kasar.

"Pergi kamu dari sini dan jangan pernah menemui putri saya lagi!"

Lian menatap nanar Vincent juga Belva bergantian, maniknya yang selalu menampilkan sorot tajam kini terlihat berkaca-kaca. Sambil menyampirkan tasnya asal dibahunya yang semula ia seret.

Lian menghela napas berat, ia beberapa kali mengerjakan matanya. Kemudian kembali menatap Belva dengan sorot mata penuh rasa bersalah.

"Maaf udah ganggu waktu istirahat om sama Belva, kalo gitu saya permisi."

Setelahnya Lian beranjak, ia menaiki motornya dan mengenakan helmnya. Kemudian melajukan motornya meninggalkan kediaman sang gadis dengan suasana hati yang semakin kacau.

Lian benar-benar merasa diasingkan sekarang. Setelah ayahnya sendiri mengusir dirinya dari rumah, beberapa menit lalu ayah dari gadisnya juga mengusir dirinya dan tak mau menerimanya lagi dan gadisnya,... ah Lian sudah tak tahu lagi bagaimana hubungannya nanti dengan gadis itu.

Lian sudah mengecewakannya dan menghilangkan kepercayaan yang sudah sedari lama mereka bangun.

"Maaf, Bel. Aku bener-bener lepas kendali." Monolognya sambil terus memacu laju motornya semakin cepat sampai kecepatannya sudah dilevel tertinggi.

Lian sudah tak peduli lagi pada keselamatan dirinya, ia sudah tak memiliki tujuan lagi bahkan tempat bernaung untuk malam ini pun ia tak tahu harus kemana.

Rumahnya sudah mendepak dirinya keluar dari sana dan bangunan itu tak mengizinkannya masuk lagi kedalamnya dan seseorang yang ia anggap adalah tempat pulangnya pun sudah ia kecewakan.

"Jadi gue harus pulang kemana sekarang?"

<><><>

Jangan lupa save cerita ini ke reading list kalian ya & bantu ramaikan dengan komentar disetiap paragrafnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa save cerita ini ke reading list kalian ya & bantu ramaikan dengan komentar disetiap paragrafnya.

& one more, bantu follow akun ini ya, @dreamjane07

Gomawo.

Far From Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang