Bab 5 : Ranger In The Dark

46 41 0
                                    

~•°°•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•°°•~

"Jadi kau ini siapa?"

"...."

Sereia mengernyit, apakah lelaki ini tak sadarkan diri? Dengan ragu, Sereia menggoyangkan lengan lelaki didepannya.

"Hei? aku bertanya padamu," ucap Sereia,

"Jangan menyentuhku."

Tangan Sereia mengambang, ia menipiskan bibirnya, kemudian menarik kembali tangannya.

Melihat bagaimana lelaki itu terlihat kesusahan saat memperbaiki posisi bersandarnya. Sereia diam tak bergeming.

Netra gelap miliknya melirik ke arah gadis didepannya. "B-bantu aku.."
Tenggorokannya terasa terlilit, ia terbatuk pelan.

"Aku tidak bisa membantumu tanpa menyentuh." Sereia berkedip cepat, ia bingung. Bukankah lelaki itu yang menyuruhnya tidak menyentuh lagi? Tapi, dia terlihat kesusahan.

Sereia mengernyit saat melihat mulut lelaki itu terbuka hendak mengucap sesuatu, tetapi tak ada suara yang dapat ia tangkap.

"L-luka, luka diperutku..." Sereia menoleh ke arah perut lelaki itu. "Astaga darah! bagaimana ini?!"

"Eh?" Gadis itu memekik pelan saat tangannya ditaruh di atas perut yang terluka oleh sang empu. "Ap-apa?" tanyanya gusar.

Sereia membaca gerakan mulut yang berusaha memberi tahu sesuatu kepadanya. "Pe-jam-kan-ma-ta-mu" ejanya berusaha mengikuti.

Tanpa bertanya, Sereia memejamkan matanya, telapak tangannya terasa dingin menyentuh darah yang mengucur dari perut lelaki didepannya. Ia menghembuskan nafasnya pelan. Tak lama, Tubuhnya terasa terikat, nafasnya terasa tercekat, ia memejamkan matanya erat, sontak Sereia memekik dalam hati.

Dari balik tangan berlumuran darah itu. Pusaran hijau menyala, cahayanya berputar mengelilingi luka yang menganga. Dedaunan disekitarnya bersinar saat bersentuhan dengan cahaya itu. Angin yang semula tenang, kini sedikit bergemuruh.

Lelaki itu mendongak, menatap wajah bersinar didepannya. Cahaya hijau memantul ke arah wajah juga rambut gadis itu. Ia tertegun, netranya terpaku tak berkedip. Helaian rambut coklat itu mengibas terkena angin.

Perlahan, kernyitan didahinya mengendur, ia menghela nafas saat rasa sakit tak lagi ia rasakan. Darah yang bercucuran berangsur-angsur menghilang. Luka itu tertutup bersamaan hilangnya cahaya hijau dan redupnya wajah gadis didepannya.

Netra coklat milik Sereia kembali terbuka, ia segera menarik tangannya. Nafasnya memburu kala mendapati tangan yang semula berlumuran darah, kini putih bersih tanpa noda. Juga, luka itu menghilang.

Senerety - In The Scenery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang