BAB 6

2.1K 168 0
                                    

Alana berpikir ada yang salah dengan zenon, bagaimana bisa zenon di novel sangat berbeda dengan zenon yang ada di depannya saat ini.

"Gimana?" Tanya zenon, ekspresinya sangat menjengkelkan untuk dilihat, alana menghembuskan nafasnya kesal mendengar tantangan dari zenon.

"Au ah gelap" balasnya lalu meninggalkan zenon ke kamar, sedangkan zenon tertawa puas.

Seandainya zenon meminta hak'nya dengan baik-baik, alana pasti akan menunaikan kewajibannya juga, tapi laki-laki itu malah menjadikannya sebuah lelucon membuat alana tidak habis pikir.

Alana menatap layar tv tanpa minat, dirinya baru saja selesai videocall dengan zelo yang ke-5 kalinya hari ini, tapi masih tetap saja rasa rindunya pada bocah itu tidak berkurang, sedangkan zelo belum kembali setelah pamit untuk latihan.

Oh betapa kesepiannya dia padahal baru sehari zelo pergi.

Entah bagaimana ia merasa bersyukur dengan kesempatan kedua yang Tuhan beri, ia sudah menikah, mempunyai anak dan suami, meskipun zelo bukan anak kandungnya tetapi bolehkan alana mencurahkan kasih sayangnya pada zelo sepenuhnya, tidak dicintai zenon bukan masalah bagi alana, yang terpenting laki-laki itu bertanggung jawab juga menghormatinya sebagai pasangannya.

******
Zenon melirik jam yang tersemat di pergelangan tangan kirinya, sudah pukul 21.00, alana sedang apa ya, apakah dia sudah makan malam, sehabis latihan tadi sore ia tidak langsung pulang, teman-teman satu timnya mengajak untuk berkumpul sebentar.

"Gue balik duluan ya" pamit zenon

"Masih jam 9 malem bro"

"Zenon kan udah bukan duda, jadinya udah ada yang nungguin dirumah" timpal dani yang di sambut tawa oleh teman-temannya.

"Gue balik" ucap zenon sambil melambaikan tangannya,tidak memperdulikan ledekan teman-temannya.

Dalam perjalanan pulang, ia mampir dulu sebentar ke kios roti bakar yang dekat asrama, siapa tau alana mau ngemil, hitung-hitung sebagai permintaan maaf karena sudah menjahilinya tadi pagi.

Sekitar jam 10 malam zenon baru sampai rumah dinasnya, hanya lampu teras yang menyala, apa alana sudah tidur ya, karena dalam rumahnya gelap sekali, benar-benar tidak ada penerangan.

Di bukannya pintu depan pelan, langkah kakinya membawa ia ke kamar utama, dilihatnya alana meringkuk di pojokan kasur kamar mereka.

"Hey...are you okey ?" Sapanya pelan sambil menyentuh bahu alana, wanita itu membalikan badannya tetapi langsung memeluk zenon erat.

"Aku bangun tidur, keadaan udah gelap, terus hp ku kehabisan baterai" jelas alana, zenon mengusap-usap punggung alana lembut. Alana sangat takut gelap ternyata.

"Kamu kemana aja si, lama banget balik latihanya" sambungnya lagi setengah kesal, ia melepaskan diri dari pelukan zenon.

"Maaf, tadi kumpul dulu sama tim"

Setelah itu zenon bangkit, untuk memeriksa meteran listrik mereka, tentu saja alana kembali lagi menempel padanya.

"Apa saya gak usah nyalain listriknya aja ya" ucap zenon jail yang langsung di hadiahi cubitan dilengannya.

Setelah listrik kembali nyala, saat ini alana dan zenon sedang memakan roti bakar yang tadi zenon bawa, laki-laki itu masih sempat-sempatnya mandi hampir tengah malam begini, ditambah aroma musk yang menguar dari zenon membuat alana nyaman dan tidak nyaman secara bersamaan. Bagaimana bisa, zenon masih sangat tampan tengah malam begini, dengan kaos polos hitamnya,otot-ototnya tercetak jelas dibalik kaos yang dia kenakan sekarang,jangan tanya keadaan alana sekarang. Rambut acak-acakan, wajah sembab sehabis menangis. Dasar tidak adil...

Alana kaget saat tiba-tiba tangan zenon sudah ada di sisi mulutnya,membersihkan sisa remahan roti yang tertinggal.

Ekspresi alana yang terkejut dengan mulut setengah terbuka justru membuat zenon gemas. Dengan gerakan secepat kilat ia mengecup bibir alana tanpa izin dahulu, karena reaksi alana tidak marah ia mencoba sekali lagi bedanya kali ini bukan hanya kecupan karena alana juga membalas ciumannya, zenon memainkan lidahnya mengabsen setiap inci mulut alana, tangannya dengan lihai melepas kancing piyama alana, meraba-raba gunung indah di depannya.

Tanpa menunggu persetujuan alana
Zenon langsung menggendong alana ke kamar.

"Kita lanjutkan dikamar".

MENDADAK  JADI IBU TIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang