Welcome back guys, makasih udah buka bab ini. Baca sampe habis yaa.. dijamin kalian tertarik hehe.
Are you ready? Let's goo...
------
"Berline, kamu udah pulang yaa? Gak bilangan sama Mama."
Terlihat wujud Evy melalui pintu kamar yang setengah terbuka. Ia hanya berdiri sambil membawa nampan. Tatapan matanya amat meragukan.
"Lupa Maa..."
"Dari jam berapa kamu balik?"
"Dah lama Ma, tiga jam yang lalu." Berline mulai mengacak-acak berkas.
"Waduh, pasti belum makan yaa kamu."
"Bentar Ma! Berline masih sibuk!!"
Sudah dipastikan si anak perempuan sedang sensitif. Evy merasa beruntung karena tidak asal masuk kamar, takut jika konsentrasi anaknya menghilang. Ya meskipun cukup sakit menerima nada tinggi anaknya berulang kali.
"Ada apa Ma?" Anand baru datang, hingga menemukan istrinya seperti menahan sesuatu di hati. Ekspresi Evy sungguh menyedihkan.
"Biasa Pa... Berline lagi giat belajar, ga mau diganggu dulu," lirih Evy.
Sekilas Anand ikut mengintip melalui celah pintu. Pria itu merasakan aura ambisi yang kuat, memang belum saatnya untuk diajak ngobrol.
Di balik layar, terdapat sosok Kenav berdiri kaku tanpa mereka sadari. Tangan si lelaki kacamata meremas kresek yang digenggam sejak tadi. Rasanya memberi hadiah untuk adiknya pasti sangat sulit bagi Kenav. Bertemu orangtuanya saja tidak mau, apalagi kakaknya.
🔪🔪
Masa perawatan di Rumah Sakit telah berakhir usai beberapa hari. Nara mendapatkan lampu hijau untuk mengikuti study tour bersama mahasiswa berprestasi. Ya, itung-itung refreshing dalam rangka merayakan gempuran tugas kuliah.
"Kamu yakin mau ikut nak? Padahal baru sembuh sehari loh." Arama menggeleng heran.
"Papa jangan khawatir, Nara janji bakal tanggung jawab sama diri sendiri kok."
"Sebesar apapun kepercayaan Papa sama kamu, tetep aja Papa bakal inget kamu nak. Nanti inget makan atau belom, kecapean atau gimana, itu bakal tetep Papa pikirin."
"Pa, gapapa kok... kalau ada sesuatu yang Nara butuh, pasti bakal nelpon kalian."
"Pokoknya jangan merasa diperotkan ya nak, Papa sama Mama dijamin bakal stay 24 jam buat bantuin Nara."
Nara tertegun. Kalimat Arama barusan seolah menyentuh hati yang paling dalam, tidak terduga sebelumnya. Manik hitam mulai meloloskan puluhan embun bening, Nara sungguh terkesan mendengar kepedulian Arama.
"Ehh ga boleh nangis loh... kan Nara kuat," tegur Arama dengan candaan.
"Ih jahat, dah terlanjur!" Nara segera mengusapnya sebelum memeluk Arama dengan lembut.
Arama terkekeh pelan sambil mengusap rambut putrinya secara acak. Sebenarnya Arama sangat memahami perasaan Nara. Anak ini hanya berusaha untuk tangguh di depan orang terdekatnya.
Askar ikut tersenyum menghayati adegan di seberang, betapa hangatnya keluarga Nara. Sontak, perasaan Askar ikut teduh.
"Aras, ntar nyampe sana ga bole lupa vc ya! Biasanya kau bandel dikasi tahu!" titah Dewa, ayah Askar.
Oh iya, bahkan Askar sampai lupa terhadap peran Ayahnya yang lumayan protektif hari ini. Askar hanya cengengesan tak jelas. Sesekali menggaruk tengkuknya yang sudah dicium nyamuk rabies.
"Ao, ao, kayak monyet aja kao! Wajib VC Papi kao ntar!!"
"Makanya kasi Aras burger, bukan tahu... kan Aras ga bandel jadinya."
"Gausah bercanda. Kau harus jaga kesehatan sampe balik, awas aja bikin Mami kau sedih!"
Senyuman Askar berubah kalem, kini auranya seperti bunga matahari yang baru mekar untuk dijadikan kuaci.
"Aras pasti bakal usahain Pi, tapi kalo terjadi apa-apa sama Aras, berarti emang udah di luar kendali Aras."
Sialan! Kalimat itu seharusnya dipendam saja, daripada mengundang kegundahan hati Sang ayah. Kini Askar benar-benar merasa bersalah akibat keceplosan tiada tara.
"Pi, Aras minta ma—"
"KAPARAT KAU!!"
Gabuag!!
Dewa meluncurkan serangan tinju khas bapack-bapack ke ujung kepala anaknya, tanpa mengurangi rasa malu. Bahkan orang lain sudah mulai memperhatikan mereka, termasuk Nara.
"Aduhh sakitt Pih..."
Istilahnya doang seperti anak manja, namun mendapatkan didikan VOC.
"Rasain, udah berani ngomong aneh! Buruan sono masuk! Ntar anginnya ikutan numpang di tubuh kau."
Ya meskipun terkesan keras, Askar tetap sayang dengan Ayahnya. Disamping kekurangan sifat itu, yang Askar tahu, kalau ia sudah memiliki Ayah yang penuh perhatian.
Sesi berpamitan diakhiri dengan suara sopir yang menyuruh para mahasiswa masuk. Perjalanan akan segera dimulai, mereka melambaikan tangan ketika bus sudah berputar haluan meninggalkan rombongan orangtua yang penuh harapan.
🔪🔪
"Aneh banget ga sih rasanya tiba-tiba diajak liburan?" celetuk Berline.
"Gapapa lah, biar lo bisa makan hidangan real, bukan ilmu mulu."
Kemungkinan Berline sedang malas berdebat tentang hal sepele. Gadis itu enggan membalas, cukup memendam sambil menggeleng. Lebih baik ia membuka sosmed untuk mencari hiburan tambahan.
Kinclongan botakmu
Pemberi cahaya kebatinan
Mari kita nikah, sambil pargoy
Tabraklah satelit~Berline sedikit salfok, sekali lagi gadis itu berusaha mendengar secara seksama. Barangkali telinganya yang mengalami gangguan.
LAGU APAAN TU COK? PERUSAK NUANSA!!
Aksi protes Nara membuktikan kalau telinga Berline masih normal. Setidaknya Nara berani menegur sopir itu, membuat Berline bisa bernafas lega.
"Diem kau ah! Padahal lagu ini khusus penumpang premuim, masi mending abang yang baek mau puterin buat kalian."
"Ganti bang, kite pun pengennya lagu yang normal-normal aja."
"Ck! Mahasiswa susah dibilangin. Gak menghargai komposernya," gerutu sopir sembari menyetel handphone-nya.
Serupa tapi berbeda $%#^€£~
"Ehh kenapaa nii??!"
Tiba-tiba nada beralih seperti kaset rusak. Alhasil, pemutaran video mendadak mengalami buffering, bersamaan dengan akun sosmed yang lainnya ikut blank. Seluruh postingan menjadi kosong.
"Owalah cok, sinyal gue makin berkurang nih!"
"Sama coy, gue jadi gagal dapet diamond."
"Kalian ada yang mau ga sinyalnya?"
"Gak ada anjir!! Mati serentak."
"Weee bacemane ni? Masa kita harus loss contact sama keluarga?
"Mana kegiatannya 2 hari lagi!"
"Kalian harus tenang, siapa tau sinyalnya bakal kembali kalo kita sampe yaa."
Tiada satupun sinyal yang masih stabil. Firasat mulai memicu ranah negatif, perasaan mereka langsung campur aduk, bingung harus berbuat apa di tengah kepanikan ini.
Elsya terlihat berkutat di dalam lingkaran overthinking. Mungkin ada seorang ahli yang berhasil memblokir akses internet menurut Elsya.
"Apakah ini saatnya?"
#BERSAMBUNG
Owalah kawan, sampe sini dulu yaa. Makasi udah luangin waktu kalian buat part ini... see you next timee 👋👋
![](https://img.wattpad.com/cover/359783431-288-k643812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Theory 247 ✅
Misteri / ThrillerCivitas akademika Universitas Antajaya dibuat gempar akibat sebuah kasus yang merenggut nyawa salah satu mahasiswa berprestasi. Nara yakin kalau pelaku sengaja ingin menjatuhkan nama baik kampus sebagai motif pembunuhan. Dari segi pelaku, ada enam m...