*MPLS*

252 50 0
                                    

Happy reading

*

*

*

*

Barisan calon peserta didik baru tertata rapi di halaman sekolah. Masih menggunakan seragam biru putih mereka, para calon siswa itu sedang mendengarkan pidato penyambutan dari sang kepala sekolah.

Hari memang masih pagi, tapi posisi berbaris yang menghadap timur membuat beberapa orang memejamkan mata, menahan silau. Termasuk di antaranya adalah Cello. Remaja itu berusaha menutupi wajahnya dengan topi. Sinar matahari tidak begitu cocok dengan kulitnya yang sangat putih. Wajahnya akan langsung memerah, terlebih jika ia hanya berdiri diam seperti ini akan membuat kepalanya pusing.

Zefran yang berdiri di belakang Cello terus mengamati bagaimana teman barunya itu menunduk. Sesekali terlihat tangan Cello terangkat untuk memijat pangkal hidungnya. Dengan sedikit keraguan, Zefran menepuk pundak sempit di depannya. Cello sedikit menolehkan wajah ke belakang.

"Cel, kita tukeran, yuk," ajak Zefran dengan berbisik sangat pelan. Cello mengkerutkan dahinya tak mengerti.

Zefran menghela nafas, kemudian secara perlahan menarik tangan Cello agar mundur. Berusaha tak menarik perhatian, Zefran menukar posisinya dan Cello dengan mudah.

Cello mengerjap menatap Zefran di depannya. Merasa lega karena ia tak lagi merasakan silaunya matahari, karena terhalang tubuh jangkung Zefran. Sedikit iri melihat perbandingan tubuh mereka yang lumayan terlihat. Zefran sangat tinggi, bahkan Cello hanya sebatas lengan atas remaja itu.

Di barisan berbeda tak jauh dari tempat para siswa baru, Getha dan Gema telah mengamati kedua juniornya sedari tadi. Mengingat pembicaraan semalam bersama Zyan, secara tak langsung kini mereka ikut mengawasi keadaan Cello dan Zefran—atas permintaan Galih.

"Zefran anaknya peka juga, ya. Persis kaya Bang Galih," ucap Gema dengan berbisik.

"Kata gue, si Zefran calon siswa populer sih. Apalagi tampangnya lumayan juga," balas Getha dengan berbisik juga.

"Lo tau nggak? Gue tadi udah sempet takut kalo Cello tiba-tiba pingsan," ungkap Gema sambil terus menatap pada Cello yang tengah mengusap peluhnya.

"Sama, tu anak keknya rapuh banget gitu, mana pantangannya banyak banget. Jadi kasihan gue," balas Getha sambil menggeleng pelan. Ia berdecak kesal lantaran kepala sekolah tak kunjung menghentikan pidatonya.

Setelah beberapa saat berlalu, pidato itu pun selesai. Para calon peserta didik baru dibentuk menjadi beberapa kelompok, dengan masing-masing satu anggota OSIS yang mendampingi.

Lagi, Cello merasa cukup lega bahwa ia berada di satu kelompok yang sama dengan Zefran. Setidaknya ada orang yang ia kenal, meskipun belum akrab. Cello memilih menatap ke sekeliling. Ia masih ragu untuk bergabung bersama Zefran yang sedang berkenalan dengan 5 anggota kelompok lainnya.

"Halo semua," sapa Samuel sambil tersenyum.

"Bang Sam ikut OSIS juga?" tanya Zefran.

"Iya," jawab Samuel kemudian menatap keenam anggota lainnya termasuk Cello. "Kenalkan semuanya, saya Samuel Abrivan. Kalian bisa memanggil saya Kak Sam. Nah, untuk pertama, ayo kita mulai perkenalan dulu. Dimulai dari kamu," ujarnya sambil menunjuk Zefran.

MARCEL You're Not Alone|| Chenle ft NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang