•Cello dan lukanya

134 41 2
                                    

Happy reading

*
*
*

Brian menghela napas gusar. Tangannya tak berhenti memberikan usapan lembut pada kepala Cello. Sesekali ia akan menyeka air mata yang menetes, meskipun sang empu tengah terlelap. Tatapannya sendu saat tak sengaja menangkap lebam yang mulai terlihat membiru di pipi Cello. Brian tak bisa membayangkan betapa kerasnya tamparan yang Andreas berikan.

"Brian."

Brian menoleh dan mendapati Zyan yang datang dengan tergesa. Di belakangnya ada Hesa yang juga terlihat cukup panik. Brian sengaja meminta Zyan datang ke sekolah untuk menjemput Cello. Ia tak bisa meninggalkan kewajibannya di sekolah, meskipun perasaan cemas tak berhenti mengganggu hatinya.

"Abang baru pulang kuliah?" tanya Brian, tanpa menghentikan gerakannya mengusap kepala Cello.

"Nggak. Gue tadi mau ke kampus sama Hesa, cuma dosen tiba-tiba bilang nggak bisa hadir. Jadi, langsung aja ke sini. Cello kenapa?" Zyan mendekat, melihat keadaan adik kost-nya.

"Cello di-bully, sama orang yang bikin Sam masuk rumah sakit waktu itu," jawab Brian sambil membuang muka.

Zyan mengangguk. "Udah diobatin?"

"Belum. Nanti Abang coba bujuk dia, ya. Dari tadi dia nangis terus soalnya," pinta Brian.

Zyan tersenyum tipis. Ia menepuk pundak Brian singkat, sebelum meminta Hesa membantunya menaikkan Cello ke punggung. Namun, suara rintihan Cello saat Hesa menyentuh tubuhnya membuat Zyan memutuskan menggendongnya di depan.

"Gue pulang dulu, ya. Lo jangan khawatir, juga jangan berlebihan ngasih pelajaran ke orang yang udah celakain Cello," ujar Zyan sebelum meninggalkan ruang UKS.

Brian meraup wajah kasar, kemudian mengambil ponselnya. Ia menatap lamat sebuah notifikasi di lock screen, yang menunjukkan sebuah pesan dari Andreas.

Andreas

|Ke rooftop, sebelum bocah lo habis di tangan anak buah gue.

"Sebenernya mau lo apa?" gumam Brian sambil mencengkram erat ponselnya.

=||-----||=

"Assalamualaikum," ucap Brian dan yang lain saat memasuki kamar Cello.

Mereka baru saja pulang dan langsung menuju ke kamar nomer 6. Zyan dan Hesa yang sedang menunggu di kursi langsung menoleh sambil menjawab salam.

"Bareng semua? Kalian nggak ada ekskul?" tanya Zyan.

"Nggak, Bang. Kita langsung pulang, tapi Brian tadi udah minta izin ke pengawas, kok," jawab Getha sambil mendudukkan diri di samping Zyan.

"Bang, Cello udah diobatin?" tanya Brian setelah meletakkan tasnya di meja.

Zyan menggeleng dengan helaan napas berat. "Nggak mau, katanya mau nungguin lo dulu. Tadi niatnya mau gue anter ke rumah pakdhe, tapi lagi nggak ada orang. Daren juga pergi kayaknya."

Brian mengangguk kemudian segera menghampiri Cello di atas. Ia duduk di tepi kasur, menatap Cello yang sedang meringkuk di balik selimut. Tangannya ia bawa menepuk pelan punggung yang bergerak naik turun itu.

"Cel," panggil Brian. Sedikit demi sedikit Cello mulai membuka selimut yang menutupi kepalanya.

Kedua matanya merah dengan bekas lelehan air mata di pipi. Cello menatap sayu pada Brian yang tengah mengulas senyum hangatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MARCEL You're Not Alone|| Chenle ft NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang