*Beban*

255 46 6
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca

*

*

*

Cello menghembuskan nafas lelah setelah menghabiskan sarapannya. Roti bakar dengan selai stroberi menjadi menu sarapannya pagi ini. Cello menatap jam yang melingkar apik di tangannya. Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ia sengaja bangun lebih awal, karena masih ada sesuatu yang harus dikerjakannya.

"Nulis surat buat OSIS favorit? Aku aja nggak tau siapa yang jadi favoritku," gumam Cello sambil mengambil sebuah buku dari dalam tasnya.

Sambil mengetukkan pulpen pada dagu, Cello mengingat kembali kejadian yang dialaminya selama dua hari kemarin. Ia mengira-ngira, siapa anggota OSIS yang berhasil membuatnya kagum.

Cello berdecak kemudian menulis asal sesuai apa yang terlintas di otaknya. Selama 10 menit berlalu, ia akhirnya bisa menyelesaikan tulisan itu. Cello melipat kertasnya dengan rapi, lalu memasukkannya ke dalam saku. Agak terburu ia melakukannya, karena suara ketukan di pintu.

Cello membuka pintu kamar dan mendapati Zyan yang sedang tersenyum. Rasa canggung seketika memenuhi hatinya. Setelah kejadian waktu itu, Cello baru kembali bertemu Zyan pagi ini.

"Cel? Ada apa?" tanya Zyan memecah lamunan Cello.

Cello terperanjat kemudian tersenyum kikuk. "Hehe, nggak papa, Bang. Ada apa, ya?"

"Udah sarapan belum? Kalau belum sarapan, Abang bikin nasi goreng," ucap Zyan.

"Aku udah sarapan, Bang. Tadi bikin roti bakar," tolak Cello.

"Roti doang? Emang kenyang?" tanya Zyan heran.

Cello mengangguk sambil menjawab, "aku nggak biasa sarapan nasi."

"Ya udah. Abang balik kamar dulu, ya," pamit Zyan yang dibalas anggukan Cello.

Cello menutup pintunya saat Zyan telah pergi. Satu tangannya memegang pelipis yang tiba-tiba terasa berdenyut. Langkahnya ia bawa menghampiri meja. Cello duduk sambil meraih kotak obat yang ia sengaja letakkan di sana.

"Lah, tablet tambah darahnya ketinggalan, kah?" gumam Cello bingung saat tak mendapati obat yang dicarinya.

Yakin obatnya tak terbawa, Cello pun beralih memijat perlahan pelipisnya. Cara itu cukup ampuh untuk mengurangi rasa pening yang menyerang saat ini.

Pintu kembali diketuk, disusul suara Zefran yang terdengar memanggilnya. "Cello, ayo turun."

Cello segera mengambil tas dan tak lupa memakai kembali atribut MPLS-nya. Ia membuka pintu dan mendapati Zefran yang juga telah siap dengan atributnya.

Setelah Cello mengunci kamar, mereka berdua berjalan beriringan menuju lantai bawah. Sudah ada Gema yang tengah menikmati sarapan di gazebo. Sementara Getha terlihat sedang memanaskan motornya. Ada juga Zyan yang telah siap berangkat.

"Kalian udah sarapan?" tanya Gema di sela kunyahannya.

"Udah, Bang," jawab Zefran, sedangkan Cello hanya mengangguk.

MARCEL You're Not Alone|| Chenle ft NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang