Happy reading
*
*
*
Suara dentuman terdengar saat pintu toilet ditutup dengan kuat. Dua orang siswa yang bertugas sebagai penjaga, berdiri di luar. Mengawasi sekitar agar tidak ada yang mengganggu sesuatu yang tengah terjadi di dalam.Sementara itu di dalam toilet, dua orang siswa dengan tinggi badan yang berbeda, saling melempar tatapan. Satu orang nampak menyandarkan tubuhnya pada dinding. Bagian celananya terlihat basah, akibat terkena tumpahan air dari ember yang tak sengaja tertendang. Satu orang lagi tersenyum sinis saat melihat siswa yang menjadi lawannya tampak terpojok.
"Kamu siapa, sih? Kenapa kamu gangguin aku?!" Siswa yang lebih pendek terlihat semakin menempelkan tubuhnya pada dinding.
"Hem? Lo nggak inget sama gue kah? Kita 'kan dulu temen satu SMP. Yah, meskipun cuma setengah tahun, sih. Tapi jujur, gue kangen sama wajah ketakutan lo itu ... Marcello Adinata," ujar siswa itu dengan senyum miring di wajahnya.
Rasa puas seketika menghinggapi hatinya begitu melihat wajah Cello yang mulai menegang. Tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan sesuatu. Ia tersenyum puas begitu melihat wajah pias Cello saat melihat benda di tangannya.
"Lo ingat gunting ini? Gunting yang sama, seperti tiga tahun lalu. Gimana kalo kita bikin lagi? Kita belum sempat gambar bareng waktu itu 'kan?" Seringaian jahat tercetak di wajah itu, membuat tubuh Cello bergetar seketika. Ia semakin menempelkan tubuh, begitu remaja di depannya semakin mendekat.
Rasa sesak tiba-tiba mendera bagian dadanya. Ingatan-ingatan buruk seketika berputar di benaknya bagaikan kaset rusak. Ia membuka mulut untuk meminta bantuan. Namun seakan terhalang sesuatu, suaranya bahkan tak keluar sama sekali.
Cello memegang tangan yang kini bertengger apik di lehernya. Ia berusaha menyingkirkan tangan dari remaja yang kini telah berada tepat di depannya. Dengan seringai menyeramkan di wajah, remaja itu benar-benar mencerminkan seorang iblis.
Kedua mata Cello membulat begitu melihat remaja itu mulai mengarahkan gunting padanya. Cello menahan nafas, begitu ujung benda tajam itu mulai menyentuh bagian perutnya.
"Mari kita mulai ...."
Cello memejamkan mata erat, bersiap menahan rasa sakit yang sebentar lagi akan mendera perutnya. Namun sebelum itu terjadi, sebuah panggilan keras tiba-tiba masuk ke dalam telinga Cello.
"CEL ..."
"CELLO!"
Gelap ...
Itu lah yang Cello rasakan setelahnya.
••=•==••=•==••=•==••
"CEL ..."
"CELLO!"
Sayup-sayup terdengar suara memanggil namanya. Kedua mata yang semula tertutup itu akhirnya terbuka dengan cepat. Manik hazelnya menatap sekitar dengan gemetar, mendapati dua orang yang sedang mengelilinginya. Meskipun suasana remang---karena pencahayaan di ruangan itu hanya bermodal cahaya senter ponsel, wajah dua orang itu masihlah menunjukan kekhawatiran yang jelas.
"Abang ..." ucap Cello dengan suara pelan, nyaris berbisik.
Helaan nafas lega terdengar dari Brian dan Zyan yang tengah menungguinya. Listrik yang tiba-tiba padam ditambah suara gemuruh petir di luar membuat keduanya khawatir akan keadaan Cello. Apalagi mereka baru mendapat pesan dari mami Cello kalau putranya itu takut gelap dan juga petir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARCEL You're Not Alone|| Chenle ft NCT Dream
Fiksi PenggemarMarcel, nama yang Cello dapatkan dari orang-orang tersayangnya. Hingga suatu hal terjadi, menjadikan remaja itu kehilangan jati diri, menutup diri dari pergaulan selama hampir tiga tahun, dan menolak dengan tegas nama Marcel sebagai sapaannya. Cell...