Bab 17

3 0 0
                                    

Di dalam ruangan yang terasa mencekam, Ethaniel menatap Kayla dengan tatapan tajam yang penuh dengan pertanyaan dan kekhawatiran.

Sementara itu, Kayla duduk dengan tenang, memainkan kuku-nukunya dengan santai tanpa menunjukkan ekspresi yang jelas.

Atmosfer di ruangan terasa tegang, di mana keheningan hanya terpecah oleh suara langkah-langkah kecil dan sentuhan kuku Kayla yang terdengar jelas.

Ethaniel mencoba untuk membaca ekspresi Kayla, mencari jawaban dari tatapannya yang santai namun misterius.

Kedua mereka terdiam, membiarkan ketegangan mengisi ruang di antara mereka. Setiap detik terasa seperti berat, dengan keheningan yang memenuhi ruangan dan menciptakan ketegangan yang sulit dijelaskan.

Meskipun Ethaniel menatap Kayla dengan tajam, Kayla tetap tenang dan tidak tergoyahkan.

Kedua karakter ini saling bertatapan dalam momen yang penuh ketegangan dan misteri, di mana perasaan dan pikiran mereka saling berbenturan.

Ruangan yang sebelumnya hening kini terasa penuh dengan emosi yang tidak terucapkan, menciptakan suasana yang tegang dan membingungkan di antara Ethaniel dan Kayla.

"Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Ethaniel, "Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?" sambungnya.

Kayla tersenyum sinis, "Jadi mengajak bertemu cuma untuk membahas masalah sepele?"

"Sepele kamu bilang? Dampak dari perbuatanmu itu merusak hidup seseorang," jelas Ethaniel dengan sedikit tekanan.

"Lalu? Dia juga merusak hubungan kita," tak mau kalah Kayla berkata.

"Yang membuat hubungan kita rusak adalah kamu, egois. Pergi tanpa pernah memberitahu, tanpa pernah berdiskusi dulu dengan aku, menjatuhkan orang lain demi kepuasanmu."

Dalam percakapan yang tegang, Ethaniel menegur Kayla dengan tajam, menanyakan alasan di balik tindakannya dan apakah dia menyadari konsekuensi dari perbuatannya.

Kayla, dengan senyum sinis, menanggapi dengan nada sinis pula, menunjukkan ketidakpedulian terhadap seriusnya situasi.

Ethaniel mencoba menjelaskan bahwa dampak dari tindakan Kayla telah merusak hidup seseorang, mencoba untuk membuatnya menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.

Namun, Kayla balik menyerang dengan mengatakan bahwa orang lain juga telah merusak hubungan mereka, menunjukkan sikap yang defensif dan tidak mau menerima tanggung jawab.

Ethaniel menegaskan bahwa hubungan mereka rusak karena perilaku egois dan tidak bertanggung jawab dari Kayla.

Dia menyoroti bahwa Kayla tidak pernah berdiskusi atau mempertimbangkan perasaannya sebelum bertindak, menunjukkan ketidakpedulian dan keegoisan yang telah merusak hubungan mereka.

Percakapan ini mencerminkan ketegangan dan konflik yang dalam antara Ethaniel dan Kayla, di mana keduanya saling menyalahkan atas masalah yang terjadi.

"Oh, sekarang kamu menyalahkan aku, bagus. Terus terus bela selingkuhanmu itu, perempuan munafik, gampangan, hina-"

"Stop, aku tidak ingin mendengar kamu menghina Alinka lagi. Aku sudah menjelaskan bahwa semua ini hanya kesalahpahaman, kamu hanya melihat aku dan dia, sementara sebenarnya ada banyak orang lain di sana, seperti Kevan, Sangga, dan kru lainnya."

"Aku hanya bersikap profesional saja."

Kayla berhenti memainkan kukunya, "Lalu, kamu menginginkan apa dari aku?"

"Sudahi itu semua, minta maaf pada Alinka."

"Tidak mau, aku sangat anti dengan minta maaf kepada wanita gampangan."

the art of letting goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang