;broken

594 77 17
                                    

□■□■□■


Asap keluar dari belah bibir tipis pemuda yang kini sedang bersandar di jendela kaca yang sedikit terbuka. Salah satu tangan memegang rokok yang tinggal seperempat, sedangkan yang satunya dia gunakan untuk menggenggam ponsel yang kini didekatkan di telinga. Dering ketiga, panggilannya diangkat oleh seseorang yang berada di negeri seberang.

"What's going on, Son? Bukannya di sana sudah tengah malam?"

Basel, pemuda yang kini sedang melakukan panggilan suara dengan papanya mendongak. Tangannya menekan puntung rokoknya ke asbak. Dengan ponsel yang masih di telinga, kini kakinya melangkah perlahan mendekati ranjang.

"Aku melakukannya."

Hening sejenak. Belum terdengar balasan dari papanya. Basel mengulurkan tangannya yang bebas ke seseorang yang kini terbaring lemas di ranjang. Mengelus pelan surai kecoklatan yang sedikit basah. Turun menyentuh kelopak mata yang terpejam. Ada jejak basah disana, dan tak perlu waktu lama untuk mengetahui bahwa jejak basah itu adalah jejak air mata.

Jemari panjang Basel berhenti saat menyentuh sudut bibir yang terdapat luka, hasil dari perbuatannya yang cukup kasar karena mendapat perlawanan dari seseorang yang kini terbaring lemah dengan selimut sebagai pelindungnya dari dinginnya malam.

"Jezlan? Kamu melakukannya dengan Jezlan?"

Basel serasa ditarik kembali dari lamunannya saat mendengar suara serak papanya.

"Iya. Dad.. sekarang Basel melakukan hal yang benar, kan?"

Terdengar suara tawa dari seberang, "of course, Son. You claimed yours. Tidak ada yang salah dengan itu."

Seringai muncul di bibir Basel saat mendapat jawaban yang dia inginkan dari sang papa.

"Karna kamu sudah memiliki Jezlan seutuhnya, cepat atur kepulanganmu kesini. Daddy sudah mulai capek mendengar rengekan papimu yang ingin punya teman di mansion."

"Oke, Dad. Setelah masalah disini selesai Basel dan Ezlan akan secepatnya pulang."

"Kami tunggu."

Dan Basel memutuskan sambungan teleponnya, lalu melemparnya asal. Fokusnya kini kembali ke wajah yang kini terlihat mulai terganggu dengan aktivitas tangan Basel. Mata yang awalnya tertutup mulai terbuka. Tatapan mereka bertemu.

Jezlan yang harus kembali bertemu pandang dengan seseorang yang paling menakutkan dihidupnya seketika bergetar. Mata yang masih bengkak kembali berkaca.

"Kenapa bangun, hm?" Jari Basel masih mengelus pipi yang terasa dingin. Wajah Basel menunduk, membuat Jezlan langsung memalingkan wajahnya menjauh.

"Kenapa diam? Apa suara lo abis karena aktivitas kita semalam?"

Sungguh, Jezlan ingin segera keluar dari suasana seperti ini. Namun apa daya, pergerakannya terkunci dengan badan Basel yang sudah berhasil mengukungnya.

Badan Basel yang hanya terbalut celana panjang membuat badan yang mulai terbentuk sempurna itu terpampang dengan jelas. Hanya selimut yang kini menjadi pelindung Jezlan satu-satunya, yang mana digenggam Jezlan dengan sekuat tenaga.

Merasa tak sabar karena tak mendapat respon yang diinginkan, Basel kembali merenggut dagu Jezlan agar kini keduanya dapat bertatapan dengan langsung.

"Sudah lupa cara menjadi anak manis?"

"To–tolong.. lepasin aku.. a–aku tidak akan bilang siapa-siapa ta–tapi tolong lepasin aku A–acel.." negosiasi yang diberikan Jezlan mungkin tetap memberikan kerugian untuknya, namun lebih baik untuk menyimpan aibnya sendiri dan bebas daripada harus terus terjebak di keadaan seperti ini.

"Lo mau bilang siapapun juga gue gak peduli Ezlan. Lo ngelakuin itu malah akan mempercepat waktu kepulangan kita ke rumah."

Mata Jezlan melebar. "Pulang?"

Apa maksud Basel? Pulang kemana yang dia maksud?

Basel mencuri kecupan di bibir Jezlan, membuat Jezlan meringis karena bibir Basel menekan tepat di luka Jezlan.

"Iya. Pulang ke tempat dimana lo sepenuhnya jadi milik gue. Tanpa gangguan dari siapapun."

Bisikan Basel membuat Jezlan dengan cepat mendorong badan Basel yang sedikit lengah. Akibatnya kini Basel tersungkur ke lantai dan hal itu dipergunakan Jezlan untuk melarikan diri.

Namun langkah pertama yang diambil Jezlan, itu juga menjadi langkah terakhir yang dapat Jezlan lakukan. Seluruh tubuh Jezlan sakit bukan main, terlebih di bagian belakangnya. Keadaan Jezlan yang memprihatinkan tak membuat rasa iba Basel muncul. Justru pemandangan punggung mulus yang diberikan Jezlan secara percuma, membuat nafsu Basel kembali terpantik.

Basel menjilat bawah bibirnya. Entahlah, semua hal di diri Jezlan terlihat sempurna. Bahkan badan yang kini penuh ruam merah keunguan malah terlihat berkali lipat lebih menarik dari sebelumnya. Tak ingin membuang waktu percuma, Basel lalu mengangkat tubuh Jezlan lengkap dengan selimut yang masih Jezlan pertahankan.

Meletakkan tubuh Jezlan di ranjang, disusul dirinya ikut merebah dengan tangan mulai merayap masuk di balik selimut. Wajah Jezlan kembali pucat. Bayangan bagaimana dirinya dihabisi Basel semalam mulai muncul di kepalanya seperti kaset rusak.

"Tidak.. menjauh.. menjauh dariku brengsek!" Jezlan meronta, memukul, dan menendang apa saja. Kejadian yang sudah dia lalui semalam sungguh membuatnya trauma.

Basel yang kesabarannya mulai hilang akhirnya menangkap kedua tangan Jezlan dan ditahan di atas kepala Jezlan. Pandangannya menusuk, terlihat rahangnya mengeras dengan suara gigi bergemeletukan.

"Beraninya lo ngumpatin gue?!" Emosi Basel sudah tidak bisa diredam setelah mendengar Jezlan menyebutnya brengsek.

Keadaan seperti ini kembali membuat Jezlan bingung. Seharusnya Jezlan yang marah, dan sudah sepantasnya Basel disebut brengsek dengan segala kelakuan bejat yang sudah dia lakukan ke Jezlan. Tapi kenapa keadaan saat ini berbanding terbalik? Kenapa Basel yang marah dan Jezlan yang menurut Basel pantas mendapat hukuman?

"Nurut dan gue akan bersikap lembut. Jadi kucing yang manis dan gue gak akan nyakitin lo, Ezlan."

Bodoh jika sekarang Jezlan mempercayai semua ucapan Basel. Tidak menyakiti? Lalu apa yang tengah tangan Basel lakukan ke kedua tangannya sekarang? Apa yang bibir Basel lakukan ke bibir dan lehernya sekarang? Apa itu yang disebut tidak menyakiti?

Bohong. Semua yang diucapkan Basel adalah kebohongan. Air mata Jezlan kembali turun bersamaan rasa sakit yang kini kembali menyerang di seluruh tubuhnya.

"Gue sayang lo, Ezlan."

Dan kini, kata itu menjadi kata yang paling Jezlan benci di hidupnya. Sebesar Jezlan membenci nasibnya yang harus kembali dirusak oleh sahabatnya sendiri.

□■□■□■

Keknya seru nih kalo vote sama komen di part ini rame, update depan bakal lebih cepet up wkwk

Seperti biasanya gimana part ini?

Mau bilang apa sama Basel? Atau Jezlan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOT YOU [JAYNOO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang