Percaya atau tidak, Asta dan Hedia berhasil melewati 3 tahun ini bersama-sama. Walaupun memang, Asta sering meninggalkan Hedia untuk tugas yang lama dan jauh. Tetapi mereka berdua melewatinya dengan baik. Asta semakin mengenal Hedia dan Hedia yang terkadang masih sulit memahami Asta.
Asta tidak seterbuka Hedia, karena itu Hedia agak kesulitan untuk memahami Asta. Tidak seperti Hedia yang bercerita apa saja kepada Asta tanpa berhenti dan tanpa sensor. Tidak ada hal yang tidak diceritakan Hedia kepada Asta sepertinya.
Hari ini Hedia akan menceritakan banyak hal lagi kepada Asta. Mengingat lelaki itu baru pulang dari tugas tiga bulannya.
"Nina, saya makan siang di luar. Ada kemungkinan gak balik kantor."
Nina menyatukan ujung telunjuk dan ujung jempol tangan kanannya untuk membuat simbol 'ok'. "Aman, Mbak. Udah dari dua minggu yang lalu kan minta untuk kosongin jadwal setelah makan siang. Hp Mbak, mau di saya?"
Hedia menggeleng. "Walaupun minta kosongin jadwal setelah makan siang, saya harus stand by terima telpon dari klien. Saya pegang uang dua puluh miliyar soalnya," ujarnya berbisik.
Nina membulatkan mata dan mulutnya. "Uang semua itu, Mbak?"
Hedia membuat wajah sombong. "Nanti saya kasih kamu pas saya udah dapet bagian saya."
Nina mengerang bahagia. "Gak sabar beli rumah."
Hedia menatap sinis ke arah Nina. "Bonusnya gak nyampe bisa beli rumah sih."
Nina terkekeh mendengar itu. "Hati-hati, Mbak. Selamat bersenang-senang dengan pacar abdi negaranya."
"Thanks, Na. Saya pergi dulu, ya."
Baru saja berbalik, Hedia sudah mendapati Asta dengan pakaian serba hitam. Senyum lebar tampil di wajah Hedia melihat Asta yang menghampirinya. Tanpa malu memeluk Asta di depan karyawan lainnya.
Nina pun diam-diam mengabadikan momen tersebut dengan ponselnya. Kapan lagi Nina bisa melihat Hedia yang tegas dan berwibawa menjadi Hedia yang manja dan mudah merengek? Tentu saja hanya ketika ada kekasih abdi negaranya.
Oh, tentang abdi negara.
Hedia saat itu, saat masih awal berkencan, kebingungan harus menjawab apa tentang pekerjaan yang dilakukan Asta. Lalu lelaki itu sepakat untuk memakai kata umum saja. Yaitu, abdi negara. Banyak orang pasti akan berpikir jika Asta adalah polisi atau tentara. Itu lebih aman untuk dikatakan ke khalayak umum. Karena itu Nina bisa menggoda Hedia terkait hubungannya dengan Asta.
"Aku gak kecepetan datengnya, kan?" tanya Asta.
Penggunaan kata ganti 'aku' ini baru berjalan dengan lancar setahun belakang ini, setelah Hedia banyak merengek dan mendiami Asta ketika menggunakan 'saya' untuk menunjuk diri sendiri.
"Nggak, kok. Aku justru baru mau ke bawah. Mau nunggu kamu di bawah aja biar gak nungguin aku."
"Ayo kita berangkat sekarang," ajak Asta yang kemudian melingkarkan tangan pada pinggang Hedia.
Keduanya berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar.
"Bapak dan Ibu udah di restoran?" tanya Hedia kepada Asta.
"Gak tau. Hp aku mati."
"Udah berapa hari?"
"Gak tau."
"Suka kebiasaan," ujar Hedia yang kemudian membuka ponselnya untuk mengirim pesan kepada Clara.
Asta melihat sekilas layar ponsel Hedia. Nama Clara tampil di layar ponsel kekasihnya. "Dua hari yang lalu ngapain aja sama Clara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal The Show ✓
General FictionHedia pernah ada obrolan seperti ini dengan Marga; "Mas, kalau kita hidup di universe lainnya, kita bakal saling jatuh cinta, gak?" Marga tersenyum lembut dan mengangguk. "Aku tau rasanya jatuh cinta ke kamu, jadi aku mau jatuh cinta lagi ke kamu. G...