"Saya udah selesai dengan cerita saya. Sekarang kamu istirahat dulu. Cerita tentang kamu bisa nanti," ujar Asta yang kemudian melepaskan tangannya dari Hedia.
Hedia mendengus. "Aku gak perlu cerita soalnya kamu udah tau tentang aku, kan? Ngaku deh."
"Papa kamu Sanjaya Irawan, pernah kerja di kejaksaan, punya posisi tinggi juga sebelum akhirnya buka firma hukum Sanjaya and Partner, dan kamu kerja di sana sebagai senior associate. Ibu kamu Irene Utomo, bagian dari keluarga Utomo yang punya Yayasan Harapan Utama," ujar Asta mengaku.
"Wah," balas Hedia tidak percaya. "Kamu kayanya tau riwayat hidup aku deh."
Asta mengangguk. "Sebatas riwayat hidup aja. Saya gak tau kehidupan pribadi kamu yang gak nampak. Saya cuman tau dari apa yang bisa dicari aja."
"Kenapa?"
Asta menaikan sebelah alisnya mendengar pertanyaan tersebut.
"Kenapa kamu cari tau tentang aku?" tanya Hedia dengan jelas.
"Saya merasa kamu ancaman pas kita ketemu di Bali. Saya pikir kamu sengaja bikin interaksi dengan pakai anak kecil. Karena itu saya cari tahu tentang kamu. Dan ternyata kamu masyarakat sipil, gak ada ancaman apapun."
"Curigaan banget deh jadi orang," balas Hedia yang kemudian mendengus.
"Saya lagi dalam mode menjadi prajurit. Saya di sana dalam tugas untuk melindungi presiden dan para petinggi lainnya."
"Karena itu kamu ngenalin diri sebagai 'San'?"
Asta mengangguk sebagai jawaban.
"Aku mau panggil kamu Marga kalau gitu," ujar Hedia.
Asta menaikan sebelah alisnya.
"Biar beda aja. Jadi kamu tau, kalau ada yang panggil kamu 'Marga', berarti yang panggil itu aku. Hedia Utomo Irawan, pacar kamu."
"Terserah kamu aja," balas Asta karena tidak ingin berdebat dengan Hedia. "Sekarang istirahat. Obrolan kita bisa dilanjut nanti pagi."
"Kamu bakal pulang?" tanya Hedia dengan tatapan mata sedih.
Asta menggelengkan kepalanya. "Saya bakal jagain kamu. Saya gak percaya orang yang jaga di luar kamar kamu."
Hedia kembali tersenyum cerah. "Makasih, ya, Marga."
Asta mau tidak mau tersenyum mendengar panggilan tersebut.
"Ih, kamu senyum lagi," seru Hedia dengan senang. "Kamu harus banyak-banyak senyum, Marga. Aku suka banget liat senyum kamu. I feel warm whenever you smile."
.
.
."Belakangan ini kata orang di base kamu jarang dateng. Sekalinya dateng pasti telat. Ada misi rahasia untuk kamu sendiri, bukan?"
Asta menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengumpulkan makanan di atas piring ke atas sendok. Matanya kemudian melirik ke arah Clara dan menjawab, "gak ada, Pak."
Pratama mengangguk. Walaupun sebenarnya ia yakin, pasti ada sesuatu yang dirahasiakan Asta namun tidak disampaikan. "Apapun itu, Bapak mau kamu pulang."
"Ya," jawab Asta dengan singkat. Ia menyuapkan suapan terakhir sarapan dan menelannya dengan cepat. "Asta sudah selesai."
"Ke ruangan Pak Lukman, ya, Asta. Beliau mau ketemu kamu."
"Ya. Nanti siang."
"Pekerjaan kamu nanti, ketemu Pak Lukman dulu yang penting."
"Baik, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal The Show ✓
General FictionHedia pernah ada obrolan seperti ini dengan Marga; "Mas, kalau kita hidup di universe lainnya, kita bakal saling jatuh cinta, gak?" Marga tersenyum lembut dan mengangguk. "Aku tau rasanya jatuh cinta ke kamu, jadi aku mau jatuh cinta lagi ke kamu. G...